Sejak beberapa tahun terakhir, dampak pemanasan global semakin terasa. Kemarau panjang, mencairnya es di kutub dan menaikkan permukaan air laut, panasnya suhu udara di siang hari, dan fenomena alam lainnya. Pemanasan global adalah permasalahan serius yang kini dihadapi oleh penduduk bumi. Tapi ya mau bagaimana? Sebagai warga bumi yang masuk di era industri dan digital, semua aktivitas dilakukan tidak terlepas dari teknologi dan permesinan.
Jika tidak segera ditangani, pemanasan global tidak hanya berdampak pada kerusakan di bumi, tapi juga berdampak pada kesehatan manusia. Lho kok bisa? Tanpa disadari, pemanasan global juga turut menyumbang dampak buruk bagi kesehatan. Baik dampak jangka panjang maupun jangka pendek.
1. Obesitas
Dampak negatif pertama dari pemanasan global bagi kesehatan adalah munculnya obesitas. Ha kok iso? Ya bisa dong. Bayangkan ketika di siang hari dengan matahari yang bersinar terik dan panas. Satu-satunya hal yang akan dilakukan adalah mager-mageran. Aktivitas yang tidak memerlukan banyak gerak ini akan menjadi kegemaran orang-orang masa kini bersamaan dengan adanya pemanasan global yang bikin siang hari terasa sangat panas.
Kemudian tubuh yang tidak melakukan banyak gerak tersebut masih dimanjakan lagi oleh makanan-makanan manis yang dihabiskan selama mager-mageran berlangsung, Ya siapa sih nggak kelaperan di siang bolong tapi mager mau kemana-mana? Apalagi cuaca sedang panas di luar. Beberapa pilihan makanan dan minuman seperti es teh, es campur, es soda gembira, burger, gorengan, dan lain-lain, akan memuaskan seseorang dalam melakukan kemagerannya.
Teknologi pun seakan-akan mendukung dampak negatif pemanasan global terhadap kesehatan manusia. Kehadiran ojek online (ojol) adalah salah satunya. Sejujurnya, adanya aplikasi ini dapat membuat banyak orang menjadi lebih mager dan mengandalkan jasanya. Mulai dari ketika berpergian, hingga memesan makanan (menurut pengalaman saya biasanya makanan yang dipesan adalah makanan cepat saji).
Dari tiga penyebab itu, dampak jangka panjang yang ditimbulkan adalah obesitas. Karena pemanasan global yang mengakibatkan panasnya suhu udara di bumi, dapat menyebabkan seseorang menjadi mager dan hobi mengonsumsi minuman manis dan segar beserta makanan junk food yang siap saji. Sepertinya ojol juga layak dipersalahkan ya?
2. Diabetes
Dampak kedua dari pemanasan global terhadap kesehatan adalah penyakit diabetes. Fenomena suhu udara yang tinggi ketika di siang hari, akan mendorong orang-orang untuk mengonsumsi minuman yang manis dan dingin. Kebiasaan buruk ini jika terus berlangsung akan berpotensi menimbulkan penyakit diabetes meski tidak mempunyai riwayat keturunan penyakit diabetes.
Eits! Setelah meminum minuman yang dingin dan manis tersbut, pada jiwa-jiwa para pemager, memesan es campur dan es teh sebagai minuman penawar dahaga yang ajaib. Minuman manis tersebut akan sering dikonsumsi bersamaan dengan kemarau panjang yang terik dan panas.
3. Kulit Kering dan Pecah-Pecah
Dampak negatif ketiga dari pemanasan global terhadap kesehatan adalah timbulnya permasalah kulit berupa kulit kering dan pecah-pecah. Pemanasan kulit ini terjadi karena adanya peningkatan intensitas mandi oleh masyarakat karena suhu di sekitar terasa lebih panas dari biasanya. Bagi mereka yang doyan mandi, mandi bisa dilakukan sebanyak 4 kali sehari. Karena adanya kebiasaan itu, kulit akan terasa kerimh dan pecah-pecah. Artinya, ga boleh sering mandi!
Kulit mempunyai tingkat kelembapannya tersendiri. Untuk mengatur kadar lembap itu, tubuh memiliki kelenjar keringat yang membantu metabolisme manusia. Tapi apa daya, niat hati tidak sering mandi karena mager, tapi pemanasan global membuat suhu udara sangat panas. Akhirnya, mandi menjadi sebuah delusi yang harus benar-benar direalisasi. Mandi sebanyak lebih dari dua kali dalam sehari akan menghilangkan keringat, sehingga kulit jadi kering.
4. Batuk dan Pilek
Dampak negatif keempat dari pemanasan glonal terhadap kesehatan adalah batuk dan pilek. Dampak ini muncul karena selama terjadi pemanasan global, Indonesia seringkali mengalami musim pancaroba. Musim pancaroba adalah musim perpindahan dari kemarau dan hujan atau sebaliknya. Selain itu, ketidak konsistenan antara musim hujan dan musim kemarau dapat menurunkan daya imun seseorang. Sehingga akan mudah terserang batuk dan pilek.
Bapil atau batuk pilek yang sering menyerang anak-anak dan balita ini juga akan mudah menyerang orang-orang dewasa atau remaja karena musim beganti-ganti tidak tentu sesuai siklus perubahan musim yang selama ini kita, eh kita, pelajari pada buku materi Geografi.
5. Ketombean
Dampak negatif kelima adalah ketombean. Jangan salah yhaaa~ Ketombean juga bisa dikatakan sebagai masalah kesehatan, meskipun pada rambut. Ketombean dapat muncul ketika rambut seseorang lembab dan sering terpapar panas. Contohnya adalah mereka yang tanpa kerudung tapi suka berpanas-panasan, begitu juga dengan mereka yang berkerudung namun tetap beraktivitas di bawah terik matahari.
Ketombe muncul karena adanya bakteri yang menyerang kulit kepala yang lembab. Keadaan kulit kepala akan semakin lembab apabila terlalu terpapar panas matahari.
Keempat penyakit di atas merupakan dampak negatif dari adanya pemanasan global. Selain lingkungan alam yang terdampak pemanasan global, kesehatan juga perlu dijaga dengan ketat. Itu dimaksudkan agar ketika badan sehat, maka kita akan terus bertenaga untuk mengatasi kerusakan alam, karena sehat dimulai dari diri sendiri. (*)
BACA JUGA 10 Step Skincare Sebenarnya Perlu Nggak Sih? atau tulisan Ade Vika Nanda Yuniwan lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.