Dalam drama terbaru Kim Min Jae, Dali and Cocky Prince, gamjatang ternyata adalah makanan berupa sup tulang babi!
Gamjatang adalah sebuah nama makanan asal Korea yang mungkin kalah populer dibandingkan kimchi dan bulgogi. Orang awam bisa jadi dengan mudah mendeskripsikan dua makanan tersebut lantaran keduanya lebih mudah ditemukan di Indonesia. Banyak pula olahan makanan yang menggunakan kimchi dan bulgogi sebagai salah satu varian rasanya.
Saya sendiri mulai mengenal menu gamjatang ketika menonton acara live Jin dan Jimin BTS yang ngobrolin soal orang tua mereka yang datang ke konser. Diawali dari Jin yang menunjukkan menu makanan mereka pada hari itu, gamjatang, dan mengajak Jimin nge-dad jokes. Agak garing, sih, tapi saya nggak bisa marah ke dia. Hehehe.
Pada saat itu, saya bertekad untuk mencicipi semua menu makanan Korea yang pernah dilahap oleh BTS. Saya sebenarnya bukan penggemar makanan yang bahan bakunya menggunakan kentang. Tapi, kalau orang-orang mengatakan bahwa rasanya sedap dan merekomendasikannya, maka nggak ada salahnya buat mencoba. Saya berencana membeli gamjatang kalau saya menemukan restoran yang menjualnya di Yogyakarta.
Sayang sekali, gara-gara iseng membuka Asianwiki, rencana saya tadi gatot alias gagal total. Jadi kronologinya begini. Alih-alih nonton teaser atau still cuts drama di Twitter, saya lebih suka membaca sinopsis dan mengabsen para pemain drama di Asianwiki. Di sana, semua informasi tentang drama maupun film dari Asia Timur tersedia secara lengkap.
Ketika muncul kabar soal drama terbarunya Kim Min Jae, saya bergegas membaca sinopsisnya di Asianwiki. Pada waktu itu, judul drama blio masih berupa terjemahan literal dari Korea, yaitu Dali and Gamjatang. Belum ada poster resmi, belum ada teaser, yang tersedia hanya gambaran plot secara umum. Dari situ saya mendapatkan sedikit bayangan bahwa drama ini akan mengisahkan soal Jin Moo Hak (diperankan oleh Kim Min Jae) yang merupakan putra kedua keluarga pemilik franchise restoran gamjatang, sup tulang babi, yang bertemu dengan Kim Da Li (Park Gyu Young), seorang peneliti galeri seni.
HAH, GIMANA?
Gamjatang… Kok dari babi? Bukannya gamjatang itu sup dari kentang, ya?
Detik itu juga saya mengirimkan tangkapan layar sinopsis Dali and Gamjatang pada kawan saya yang kuliah di jurusan Bahasa dan Kebudayaan Korea dengan harapan bahwa dia bisa menjawab semua pertanyaan dan kebingungan yang melanda saya. Rupanya dia sama terkejutnya kayak saya. Karena sama-sama senewen dan nggak percaya, akhirnya saya mencari informasi soal gamjatang di Google. Dan benar saja, ternyata gamjatang memang sup yang dibuat dari tulang babi.
Meski memiliki kata “gamja” yang berarti kentang dan “tang” yang merujuk pada olahan makanan semur atau rebusan, nyatanya penggunaan kentang pada gamjatang sekadar bahan tambahan. Dia satu nasib gitu deh kayak cabai dalam cah kangkung. Umumnya, tulang yang dipakai dalam pengolahan gamjatang adalah tulang punggung atau leher babi.
Masih belum diketahui kenapa makanan ini dinamakan gamjatang padahal bahan utamanya adalah tulang babi. Tapi kalau mengacu pada sejarah, gamjatang tercatat pertama kali dibuat di Provinsi Jeolla. Pada zaman kerajaan, mata pencarian masyarakat Jeolla berbasis pada pertanian dan babi dikembangbiakkan secara masif di sana. Tapi ada saatnya ketika populasi babi itu melebihi jumlah yang seharusnya. Maka babi pun banyak disembelih buat diolah menjadi makanan. Uniknya lagi, gamjatang ini diciptakan di Jeolla, tapi jadi makanan ikoniknya Incheon. Apa identitasmu yang sebenarnya, wahai gamjatang?
Jujur saja, meski saya terselamatkan dari kesalahpahaman berkat sinopsis drama Dali and Cocky Prince, saya masih agak overthinking gara-gara poster drama yang memperlihatkan Kim Min Jae yang memegang sewadah penuh kentang. Aduh, nanti kalau penonton lain ikutan salah paham kayak saya gimana? Pengin makan gamjatang karena dikira sup kentang, tapi pas makanannya dateng, rupanya kawan-kawan yang muslim dan vegetarian nggak bisa ikutan makan. Kan sedih.
Sumber Gambar: YouTube TheCooknShare