Dulu saya selalu bertanya-tanya setiap mengantar ibu ke toko emas di pasar kecamatan. Ibu selalu konsisten masuk ke Toko Emas Jago. Beliau tidak pernah mencoba ke toko sebelah. Walau Jago selalu padat pengunjung, beliau tetap setia.
Kebiasaan ini membuat saya heran. Padahal bisa saja ibu memilih ke toko emas yang lebih sepi agar lebih leluasa memilih model. Namun, ibu ini hanya masuk ke toko satu itu saja. Beliau masuk, mengeluarkan perhiasan emas dari dalam dompet, sambil menunggu dilayani melihat model satu per satu, dan akhirnya menukar tambah miliknya dengan yang baru.
Begitu seterusnya hingga pada akhirnya saya bertumbuh dan mulai menggemari beberapa jenis perhiasan seperti cincin, gelang, dan kalung. Ya, semua hal yang cewek banget intinya. Sehingga, mau tidak mau, saya bertanya pada ibu mengapa hanya ke toko emas itu saja tidak ganti.
Daftar Isi
Toko emas nggak punya kartu member, tapi bisa mengikat
Jarang ada toko emas yang menawarkan kartu member, tapi semua pelanggan akan setia kepadanya. Mengapa demikian? Karena, pada umumnya, emas yang kita beli dari toko A akan laku dengan harga yang sesuai di toko A saja. Hal ini karena emas yang kita miliki punya surat jual beli yang hanya diakui oleh toko tempat membeli perhiasan tersebut.
Jadi ya jangan heran, ketika beberapa waktu lalu sempat ramai sebuah toko emas di Pemalang mendadak tutup, customer jadi kalang kabut. Bisa kita membayangkan betapa khawatirnya kita akan menanggung kerugian yang tidak sedikit.
Belum lagi soal apes ketika surat jual beli perhiasan itu hilang. Kadang kita tidak bisa menjual emas ke toko asalnya dengan harga wajar. Potongannya lumayan besar, bahkan bisa rugi. Paling pol dijual di tukang patri emas yang berjajar di sekitar toko.
Selanjutnya, kadung basah
Kadung basah di sini adalah kadang ketika menjual kembali perhiasan yang sudah dikenakan, tidak semua toko emas memakai asas akan membeli sesuai harga yang ada. Situasi tersebut terjadi ketika jarak antara membeli dan menjual tidak lama. Kira-kira hanya kisaran bulan, belum sampai tahunan.
Kita sebagai customer di toko emas tertentu bahkan bisa mendapatkan potongan variatif. Kalau di Toko Jago langganan ibu, sih bisa 5%. Yah, terlihat kecil dan rasanya kayak sewa saja.
Potongan tersebut berlaku kalau barangnya mulus saja, ya. Tak jarang juga karena pemakaian ada defect sedikit pada perhiasan. Bisa dekok, permata hilang, sampai patah. Jangan tanya, pasti akan ada kerugian di sana.
Menjadi cerminan budaya lokal
Ya, jadi ketika mau pindah ke toko lain itu rasanya agak “eman” karena adanya potongan demi potongan yang terjadi. Kalau mau hijrah rasanya harus mantap secara lahir dan batin karena belum tentu toko sebelah lebih baik dari toko langganan.
Belum lagi emas dari satu toko ke toko yang lain memiliki karakteristik yang berbeda. Mulai dari variasi model yang beda-beda dari setiap toko. Lalu, berbagai pelayanan ajaib, mulai dari gratis sepuh dan patri. Hadiah untuk pembelian dengan nilai tertentu, mulai dari dompet penyimpanan, kalender, hingga mangkok.
Yah, intinya toko emas adalah cerminan budaya lokal. Meskipun tanpa adanya kartu member, ada peraturan aneh yang disepakati oleh customer dan penjual. Kesepakatan tidak tertulis inilah yang mengikat customer untuk tetap setia. Customer tetap beli emas meski rasanya seperti sedikit menyewa. Yah, lumayan buat memenuhi sedikit rasa jemawa dan flexing di antara ibu-ibu kompleks.
Penulis: Anisa Fitrianingtyas
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA Harga Emas Lagi Lesu, Perlukah Kita Khawatir?