Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Culture Shock Saya Sebagai Orang Kota Jakarta yang Pindah ke Kampung: Apa-apa Murah, tapi Jadi Orang Nggak Enakan

Nasrulloh Alif Suherman oleh Nasrulloh Alif Suherman
11 Juli 2024
A A
Culture Shock Saya Sebagai Orang Kota Jakarta yang Pindah ke Kampung: Apa-apa Murah, tapi Jadi Orang Nggak Enakan

Culture Shock Saya Sebagai Orang Kota Jakarta yang Pindah ke Kampung: Apa-apa Murah, tapi Jadi Orang Nggak Enakan (Pixabay.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Sudah dua bulan saya menikah dan pindah dari Jakarta ke kampung istri saya. Iya, saya benar-benar pindah ke kampung. Ke sebuah desa di bawah kaki Gunung Salak, masih banyak sawahnya dan nggak perlu pakai AC kalau mau dapat hawa dingin. Sebuah perpindahan drastis untuk saya yang terbiasa hidup di daerah urban. 

Sejak kecil, saya selalu tinggal di Jakarta. Walaupun orang tua adalah perantau, tapi saya dibesarkan sebagai manusia Jakarta. Saya juga beberapa kali ke kampung, baik ke kampung ibu atau bapak saya. Tapi, ya, hanya untuk mudik. Bukan hidup sehari-hari. Baru kali ini saya benar-benar pindah, dan banyak culture shock yang saya alami di sini. 

Di kampung, hampir semuanya saudara

Tidak seperti orang-orang di Jakarta yang kebanyakan adalah pendatang, di kampung itu justru kebalikannya. Hampir semuanya orang asli kampung tersebut. Penghuni kampung yang sudah puluhan tahun, bahkan sudah beberapa tahun generasi tinggal di kampung tersebut. 

Di Jakarta, walaupun tergantung warga kelurahannya, lebih banyak yang individualis dan tidak kenal dengan tetangganya. Kalau pun kenal, itu pun karena satu jalan atau satu gang saja. Nah, kalau di kampung sama sekali nggak seperti itu. Bahkan, sampai kampung-kampung sebelahnya masih kenal dan masih paham. 

Karena saya penasaran, saya tanyakan saja kepada istri saya. Kok bisa hampir kenal semuanya. Eh, ternyata kalau ditelusuri dari pohon keluarga, masih saudara. Entah kakeknya masih adik-kakak, atau ipar dari sepupu, dan lain sebagainya. Hebatnya, kok bisa masih hafal? Karena hal itu, saya jadi takut salah manggil. Mau dipanggil Mamang (sebutan paman dalam bahasa Sunda), ternyata Aki (kakek dalam bahasa Sunda). Mau manggil bibi, eh ternyata teteh. Bingung deh. 

Guyubnya kebangetan, beda sama Jakarta

Karena tinggal di Jakarta kali ya, makanya saya merasa guyub antartetangga itu secukupnya saja. Saya tetap menyalati tetangga kalau ada yang meninggal, ikut tahlilan di malam harinya, tetap datang kalau ada yang hajatan, dan sejenisnya. Seadanya saja, nggak lebih dari itu. Sekadar menghadiri dan partisipasi saja. 

Tapi, kalau di kampung itu lebih dari itu. Kalau ada yang meninggal, nggak hanya menyalati saja. Tahlilan diadakan sampai 7 harian nonstop, sampai bantuin bungkusin berkat tahlilannya. Lalu, kalau di Jakarta perbaikan jalan itu rata-rata sudah dilakukan oleh pihak kelurahan. Jadi, warga tinggal terima jadi saja. Di kampung tidak begitu. Warga kampungnya juga ikutan memperbaiki. Jadilah, saya bantu angkat semen, pasir, kerikil, sampai ngecor. 

Kalau hajatan, tetangga juga pasti bantu (ini saya berani bilang, bahkan hakulyakin, tetangga itu bantuin) untuk menyiapkan. Mau itu masakan, bawa piring, sampai hal-hal kecil lainnya. Pokoknya, semua hal itu guyub sekali. Tidak ada ruang untuk seorang individualis yang tidak mau membantu atau dibantu, deh. 

Baca Juga:

Ironi Pembangunan Kota Malang: Sukses Meniru Jakarta dalam Transportasi, tapi Gagal Menghindari Banjir

Saya Pengguna Setia Transjakarta dan Setuju kalau Tarifnya Naik asal 4 Hal Ini Terpenuhi

Murah tidak masuk akal, nggak seperti Jakarta

Benar-benar nggak masuk akal. Contohnya, kalau misalnya cabe di Jakarta sekilo bisa ratusan ribu, di sini murah banget. Gimana mau mahal? Petaninya tetangga sendiri, jadi harganya belum kena distribusi dan sebagainya. Oke, itu bahan mentah ya, jadi belum terlalu valid. 

Bakso, di sini masih ada yang di bawah 5 ribu. Coba, di mana bisa nemu bakso harga segitu di Jakarta? Kalau pun ada, itu bakso colok abang-abang yang pakai boraks biar kenyal. Di sini benar-benar bakso komplit dengan bihun, mie kuning, dan sayurnya. Sambel? Ada! 

Terus, beli nasi bungkus dengan lauk komplit. Masih dapat dengan harga 10 ribu saja. Pakai telur balado loh itu, masa bisa sih semurah itu? Apa karena ini di kampung, jadi uang tidak dikejar-kejar amat? 

Gampang tidak enakan

Pindah dari Jakarta ke kampung istri saya bikin sikap nggak enakan muncul di diri saya. Gimana nggak? Karena karakter manusianya yang gampang guyub dan membantu, jadi sikap gampang tidak enakan keluar sendiri. Jadi tidak enak kalau tidak ikut tahlil, jadi tidak enak tidak bantu ngecor jalan, jadi tidak enak kalau nggak bantuin bungkusin makanan buat acara hajatan dan lain sebagainya. 

Asli, baru di sini saya merasa gampang tidak enak bukan hal yang negatif. Karena semua orangnya kebanyakan begitu, jadi merasa bukan hal yang salah untuk dilakukan. Sebenarnya kita bisa saja untuk tidak enakan, tapi tetap bantu balik ke orang lain yang membantu kita saat di kampung. Kalau kamu malah nggak enakan, minta bantuan terus tapi ogah bantu balik, itu ngelunjak namanya. 

Jadilah, adaptasi yang sudah saya lakukan beberapa bulan ini memang bikin agak lelah batin. Biasanya banyak sendiri aja, sekarang jadi harus ketemu orang. Social battery saya jadi gampang cepat habis karena harus bertemu dengan orang lain, sesuatu yang bukan kebiasaan saya. Kalau kamu sendiri yang pernah merasakan, apakah berhasil melewati kehidupan kampung yang sebegitunya?

Penulis: Nasrulloh Alif Suherman
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Culture Shock Orang Jawa yang Merantau di Tanah Sunda, Banyak Orang Ngomong Pakai Dialog ala FTV

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 14 Juli 2024 oleh

Tags: culture shockJakartakampung
Nasrulloh Alif Suherman

Nasrulloh Alif Suherman

Penulis partikelir. Menulis di selang waktu saja.

ArtikelTerkait

Cikago, Kawasan Paling Nyaman dan Murah untuk yang Kalian yang Cari Tempat Menetap di Jakarta cijantung, kalisari

Cikago, Kawasan Paling Nyaman dan Murah untuk Kalian yang Cari Tempat Menetap di Jakarta

12 Desember 2023
Challenge Seratus Ribu untuk Makan Hemat di Jakarta Selama Seminggu!

Challenge Seratus Ribu untuk Makan Hemat di Jakarta Selama Seminggu!

9 Desember 2019
Sleeper Bus Juragan 99 Trayek Malang Jakarta, Bus "Angkuh" yang Bikin KA Eksekutif Jadi Nggak Worth It bus malang-jakarta kereta api eksekutif

Sleeper Bus Juragan 99 Trayek Malang Jakarta, Bus “Angkuh” yang Bikin KA Eksekutif Jadi Nggak Worth It

5 Juli 2024
Aral Rintangan yang Saya Lewati di KPU hingga Berhasil Mengurus Pindah TPS di Jakarta

Aral Rintangan yang Saya Lewati hingga Berhasil Mengurus Pindah TPS di Jakarta

13 Januari 2024
Tim Mendang-Mending_ Surabaya-Jakarta PP Mending Naik Bus Atau Kereta Api_ terminal mojok

Tim Mendang-Mending: Surabaya-Jakarta PP Mending Naik Bus Atau Kereta Api?

6 Oktober 2021
Kemacetan di Pinang Ranti Jakarta Nggak Pernah Selesai Gara-gara Angkot Ngetem Seenak Jidat

Kemacetan di Pinang Ranti Jakarta Nggak Pernah Selesai Gara-gara Angkot Ngetem Seenak Jidat

10 November 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Jalur Pansela Kebumen, Jalur Maut Perenggut Nyawa Tanpa Aba-aba

Jalur Pansela Kebumen, Jalur Maut Perenggut Nyawa Tanpa Aba-aba

2 Desember 2025
Pengajar Curhat Oversharing ke Murid Itu Bikin Muak (Unsplash)

Tolong, Jadi Pengajar Jangan Curhat Oversharing ke Murid atau Mahasiswa, Kami Cuma Mau Belajar

30 November 2025
Sudah Saatnya Bandara di Indonesia Menjadi Ruang untuk Mempopulerkan Makanan Khas Daerah

Sudah Saatnya Bandara di Indonesia Menjadi Ruang untuk Mempopulerkan Makanan Khas Daerah

3 Desember 2025
Korupsi Masa Aktif Kuota Data Internet 28 Hari Benar-benar Merugikan Pelanggan, Provider Segera Tobat!

Korupsi Masa Aktif Kuota Data Internet 28 Hari Benar-benar Merugikan Pelanggan, Provider Segera Tobat!

3 Desember 2025
Angka Pengangguran di Karawang Tinggi dan Menjadi ironi Industri (Unsplash) Malang

Ketika Malang Sudah Menghadirkan TransJatim, Karawang Masih Santai-santai Saja, padahal Transum Adalah Hak Warga!

29 November 2025
Menanti Gojek Tembus ke Desa Kami yang Sangat Pelosok (Unsplash)

“Gojek, Mengapa Tak Menyapa Jumantono? Apakah Kami Terlalu Pelosok untuk Dijangkau?” Begitulah Jeritan Perut Warga Jumantono

29 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana
  • Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.