Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Culture Shock Orang Jakarta Ketika Pertama Kali ke Jayapura, Ternyata Nggak Terpelosok seperti dalam Bayangan

Karina Londy oleh Karina Londy
9 Desember 2025
A A
Culture Shock Orang Jakarta Ketika Pertama Kali ke Jayapura, Ternyata Nggak Terpelosok seperti dalam Bayangan

Culture Shock Orang Jakarta Ketika Pertama Kali ke Jayapura, Ternyata Nggak Terpelosok seperti dalam Bayangan (unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Jayapura ternyata nyaris nggak ada bedanya sama beberapa daerah di Jabodetabek.

Kalau saja biaya tak jadi soal, saya ingin minimal setahun sekali main ke Papua. Daerah yang sangat identik dengan surga petualangan alam bebas. Hutan, gunung, laut, lembah, sebutin aja segala jenis bentang alam, di Papua pasti ada!

Keberuntungan mendatangi saya pada tahun 2019. Organisasi saya di kampus ada kegiatan di Pegunungan Arfak dan Manokwari, Provinsi Papua Barat. Namun untuk menuju ke sana, saya harus transit di beberapa kota lain di berbagai penjuru Papua. Jangan tanya kenapa, soalnya ceritanya bisa panjang lagi.

Kali ini cukuplah saya membagikan cerita tentang salah satu daerah tempat saya transit, yaitu Kota Jayapura, Provinsi Papua. Suatu tempat yang, meskipun judulnya ibu kota provinsi, namun ini provinsi paling timur Indonesia! Bagi saya si anak Jakarta, tentu ini jadi pengalaman yang menguji berbagai prasangka dan memicu begitu banyak culture shock.

Sebelum masuk ke intinya, sebaiknya saya luruskan. Jayapura yang saya maksud adalah Kota Jayapura dan Kabupaten Jayapura. Meski yang disebut belakangan hanya saya lihat bagian bandara dan jalan penghubungnya ke Kota Jayapura saja.

Ternyata Jayapura tidak terpelosok 

Saya langsung mengalami culture shock tepat ketika baru mendarat di Jayapura dan keluar dari bandaranya. Begitu memasuki jalanan kota, saya terenyak pada kenyataan bahwa suasananya jauh dari istilah “terpelosok”. 

Ternyata Jayapura itu bukan kota antah berantah yang selama ini saya bayangkan! Lewat pengamatan selama perjalanan dari bandara ke penginapan, satu per satu prasangka saya tumbang. Nyatanya, Jayapura terlihat seperti beberapa tempat yang pernah saya lalui di Jabodetabek. Nyaris nggak ada bedanya. 

Hanya saja jalanan di Jayapura ada yang dihiasi pemandangan alam bagus. Nah, baru di situ kelihatan beda dari Jabodetabek.

Baca Juga:

4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

Tukang Bubur Motor, Satu-satunya Hal Baik yang Bisa Dibanggakan dari Tambun Selatan

Jangan salah paham. Saya sendiri kaget betapa ternyata saya terlalu Jakartasentris. Nampaknya hal itu sudah terinternalisasi dalam diri saya tanpa sadar. Masalahnya, visualisasi tentang Papua sepanjang ingatan saya hanyalah film Denias dan dokumenter pemanjatan Puncak Trikora. Jelas, keduanya tidak menyoroti kehidupan perkotaan di Papua. 

Makanya saya benar-benar buta akan kota-kota di Papua. Apalagi saya pun keliru karena tidak mencari tahu tentang Jayapura sebelum pergi. Soalnya saya pikir kalau cuma transit sebentar di kota itu, buat apa saya tahu banyak-banyak? 

Bandaranya punya view tercantik

Meski hanya transit, tapi saya bersyukur sekali bisa merasakan take off dan landing di Bandara Sentani, Jayapura. Soalnya bandara itu punya pemandangan yang luar biasa memukau! 

Bandara ini berlokasi tepat di sebelah Danau Sentani. Ujung landasan pacunya yang sebelah tenggara berakhir persis sebelum tepian danau tersebut. Jadi ketika pesawat lepas landas dan mulai menukik ke atas, kita sebagai penumpang merasa seperti sedang melayang di atas air. Andai jendela pesawat boleh dibuka, rasanya saya bisa mengulurkan tangan untuk menyibak air Danau Sentani.

Apalagi kalau bertepatan dengan golden hour entah saat matahari terbit atau menjelang tenggelam. Wah, permainan cahaya di permukaan air danaunya fenomenal sekali. Jenis pemandangan yang nggak bisa dilukiskan dengan kata-kata. 

Tentu ini berbeda drastis dengan yang paling sering saya alami yaitu landing di Bandara Soekarno-Hatta. Mau datang dari arah manapun, pemandangan yang dilihat cuma atap rumah orang saja.

Meski di pesisir, tapi ternyata Jayapura itu dingin

Lagi-lagi saya menyesali kekurangan riset yang saya lakukan. Saya tidak tahu bahwa ternyata Jayapura itu dingin meski terletak di pesisir.

Belakangan setelah saya cari tahu, sebetulnya suhu rata-rata di Jayapura tidak jauh berbeda dengan Jakarta. Hanya lebih dingin 1 derajat celcius. Tapi entah mengapa ketika dirasakan langsung, kok dingin banget ya. Apalagi, selama di sana saya memang tidak merasakan matahari ketika sedang tinggi. Saya datang menjelang maghrib dan pergi tepat ketika matahari terbit.

Momen paling dingin yang saya rasakan ketika di Jayapura adalah pada waktu subuh. Penerbangan saya jam setengah 6 pagi, jadi saya sudah standby di bandara sejak pagi buta. 

Begitu turun dari mobil jemputan dan merasakan angin yang berhembus di bandara, saya mengigil sampai ke tulang. Langsung saja saya kenakan jaket yang tak seberapa tebal itu. Dan sambil memeluk diri sendiri, saya buru-buru masuk ke terminal bandara.

Perasaan aneh karena sangat dekat ke perbatasan negara

Sepertinya ini adalah culture shock yang paling tidak tampak di permukaan. Selama waktu saya yang singkat di Jayapura, saya merasa agak gelisah kalau teringat saya berada di dekat perbatasan negara. 

Kota Jayapura memang berbatasan langsung dengan Papua Nugini. Tak ada kota ataupun kabupaten lain sebagai buffer zone di antaranya. Mungkin karena segala pemberitaan miring tentang perbatasan darat negara kita terutama yang di Papua, rasa gelisah itu jadi muncul. 

Sangat tidak logis memang, tapi ini merupakan perasaan asing bagi saya yang menyebut Jakarta sebagai rumah. Terbiasa berada di “pusat” dan dilindungi secara geografis oleh daerah-daerah lain bikin saya nggak pernah mempertanyakan bagaimana rasanya tinggal di tepian batas negara.

Tuh kan, lagi-lagi saya menonjolkan betapa Jakartasentrisnya diri saya. Yaa mau gimana lagi. Tontonan saya dikurasi sedemikian rupa sehingga 70%-nya adalah tentang Jakarta atau mentok-mentok Jawa. Tiket ke timur Indonesia pun selangit, saya nggak bisa sering-sering traveling ke sana. 

Kecenderungan Jakartasentris ini sama sekali tidak saya sengaja. Saya nggak punya kuasa untuk mencegahnya, berhubung saya lahir dan besar di Jakarta. Mau se-woke apa pun, orang Jakarta pasti bakalan Jakartasentris. Apalagi kalau terus didukung dan dipelihara sama media mainstream. Beuh, jangan harap orang Jakarta ke depannya bakal tau deh, kalau Papua tuh isinya bukan cuma hutan belantara saja.

Penulis: Karina Londy
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA 5 Pertanyaan yang Paling Sering Ditanyakan Ketika Mereka Tahu Saya Bekerja di Jayapura

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 9 Desember 2025 oleh

Tags: Bandara SentanijabodetabekJayapuraorang Jakartapapua
Karina Londy

Karina Londy

Lulusan komunikasi yang bekerja di industri penerbangan. Fotografer dan pegiat olahraga alam bebas. Pengelola taman baca swadaya di Jakarta Timur.

ArtikelTerkait

siapa di balik insighID

Siapa di Balik InsightID: Manipulasi Platform untuk Manipulasi Informasi

8 Oktober 2019
Sisi Gelap Pendidikan di Papua Sebuah Ironi di Timur Indonesia (Unsplash)

Sisi Gelap Pendidikan di Papua: Sebuah Kisah Ironi di Timur Indonesia

11 Juli 2023
5 Pertanyaan Paling Sering Ditanyakan Ketika Mereka Tahu Saya Bekerja di Jayapura

5 Pertanyaan yang Paling Sering Ditanyakan Ketika Mereka Tahu Saya Bekerja di Jayapura

22 Januari 2020
Merasakan Slow Living di Nabire, Ibu Kota Provinsi Papua Tengah yang Cukup Menguras Kantong

Merasakan Slow Living di Nabire, Ibu Kota Provinsi Papua Tengah yang Cukup Menguras Kantong

7 Maret 2024
Bandara Aminggaru Ilaga Papua, Bandara Penting dengan Fasilitas Paling Buruk di Indonesia

Bandara Aminggaru Ilaga Papua, Bandara Penting dengan Fasilitas Paling Buruk di Indonesia

10 Desember 2023
Terlahir sebagai Laki-laki, Jawa, dan Islam Adalah Privilese yang Tak Boleh Kami Dustakan terminal mojok.co

Terlahir sebagai Laki-laki, Jawa, dan Islam Adalah Privilese yang Tak Boleh Kami Dustakan

30 Juli 2021
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Alasan Posong Temanggung Cocok Dikunjungi Orang-orang yang Lelah Liburan ke Jogja

Alasan Posong Temanggung Cocok Dikunjungi Orang-orang yang Lelah Liburan ke Jogja

27 Desember 2025
Pantai Watukarung, Primadona Wisata Pacitan yang Aksesnya Bikin Wisatawan Nangis Mojok.co

Pantai Watukarung, Primadona Wisata Pacitan yang Aksesnya Bikin Wisatawan Nangis

29 Desember 2025
Ibu Rumah Tangga dan Ojol juga Berhak untuk Kuliah, Universitas Terbuka Menerima Tanpa Batasan Apa pun! Mojok.co

Ibu Rumah Tangga dan Ojol juga Berhak untuk Kuliah, Universitas Terbuka Menerima Tanpa Batasan Apa pun!

29 Desember 2025
Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

25 Desember 2025
4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

25 Desember 2025
Stop Mengira Kuliah Online UT Itu Main-main, Kenyataannya Lebih Serius dan Menantang Dibanding Kuliah Konvensional Mojok.co

Stop Mengira Kuliah Online UT Itu Main-main, Kenyataannya Lebih Serius dan Menantang Dibanding Kuliah Konvensional

30 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Orang Tak Tegaan Jadi Debt Collector: Tak Tagih Utang Malah Sedekah Uang, Tak Nikmati Gaji Malah Boncos 2 Kali
  • Biro Jasa Nikah Siri Maikin Marak: “Jalan Ninja” untuk Pemuas Syahwat, Dalih Selingkuh, dan Hindari Tanggung Jawab Rumah Tangga
  • Didikan Bapak Penjual Es Teh untuk Anak yang Kuliah di UNY, Jadi Lulusan dengan IPK Tertinggi
  • Toko Buku dan Cara Pelan-Pelan Orang Jatuh Cinta Lagi pada Bacaan
  • Kala Sang Garuda Diburu, Dimasukkan Paralon, Dijual Demi Investasi dan Klenik
  • Pemuja Hujan di Bulan Desember Penuh Omong Kosong, Mereka Musuh Utama Pengguna Beat dan Honda Vario

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.