Crab Mentality: Mentalitas Toksik Hasil dari Ketakutan yang Berlebihan
  • Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
Terminal Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Gaya Hidup
    • Game
    • Fesyen
    • Otomotif
    • Olahraga
    • Kuliner
    • Cerita Cinta
    • Gadget
    • Hewani
    • Personality
    • Nabati
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Acara TV
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Pojok Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Politik
  • Media Sosial
  • Nusantara
  • Luar Negeri
  • Gaya Hidup
    • Game
    • Fesyen
    • Otomotif
    • Olahraga
    • Kuliner
    • Cerita Cinta
    • Gadget
    • Hewani
    • Personality
    • Nabati
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Acara TV
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Pojok Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Politik
  • Media Sosial
  • Nusantara
  • Luar Negeri
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Pojok Tubir
  • Kampus
  • Politik
  • Media Sosial
  • Nusantara
  • Luar Negeri
Home Kampus Pendidikan

Crab Mentality: Mentalitas Toksik Hasil dari Ketakutan yang Berlebihan

Adiwijaya Kusumajati Supama oleh Adiwijaya Kusumajati Supama
27 April 2022
0
A A
Crab Mentality: Mentalitas Toksik Hasil dari Ketakutan yang Berlebihan

Crab Mentality: Mentalitas Toksik Hasil dari Ketakutan yang Berlebihan (Pixabay.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Crab mentality, mentalitas yang menghambatmu jadi orang yang lebih baik

Bayangin, deh. Kamu lagi berada di sebuah pantai berpasir putih dan sedang menikmati indahnya sunset di tanah anarki. Tiba-tiba, saat kamu lagi jalan-jalan sore, kamu melihat sebuah ember yang ditinggalkan seorang nelayan dan ember tersebut terisi penuh dengan kepiting yang telah beliau panen dari pantai.

Saat kamu mendekati embernya, kamu melihat ada seekor kepiting yang sedang berusaha untuk naik dan keluar bebas dari belenggu ember tersebut. Namun, ketika ada kepiting yang berusaha membebaskan diri dari ember, ada saja yang “mencoba” untuk menghalangi perjalanan kepiting itu untuk keluar, penghalangnya ya tentu saja kepiting lain yang ada di ember tersebut. Ya, akhirnya kepiting tersebut pun gagal untuk membebaskan dirinya.

Kepiting (Pixabay.com)

Hal itu lah yang menjadi dasar sebuah penggambaran dari perilaku manusia yang ingin menghalangi jalan untuk kesuksesan orang lain, bahkan jika bisa, sekalian saja dijatuhkan. Hal tersebut dinamakan sebagai crab mentality. Dilansir laman Psychology Today, crab mentality merupakan sebuah pengungkapan dari tindakan atau perilaku yang egois, iri, dan dengki seseorang terhadap kesuksesan yang dicapai oleh orang lain.


Dalam jurnal The CRAB – Bucket Effect and Its Impact on Job Stress, pengungkapan akan mentalitas kepiting sering kali digunakan oleh masyarakat Filipina yang secara khusus merujuk pada seseorang yang berpikiran bahwa daripada mereka berjuang untuk meng-upgrade diri, lebih baik mereka menarik dan merendahkan orang untuk tidak berkembang dan tetap berada di level yang sama, bahkan lebih rendah.

Cara yang dilakukan para “kepiting jahat” dalam melancarkan aksinya untuk menjatuhkan individu dari kesuksesan bisa melalui bermacam-macam langkah. Misalnya dengan komentar, ejekan, hingga perundungan fisik yang dapat membuat orang (dibaca: korban) merasa enggan untuk berkembang dan naik ke level selanjutnya.

Ilustrasi iri dengki (Shuttterstock.com)

Crab mentality dapat dialami oleh siapapun dalam kehidupan bermasyarakat, terutama di sebuah lingkungan kerja yang kompetitif dan intens yang biasanya berisi orang-orang yang berorientasi kepada hasil. Hal ini disebabkan oleh tekanan dan persaingan yang ketat, namun ada kalanya juga mereka terlalu malas untuk meningkatkan level diri mereka, sehingga juga memicu timbulnya Fear of Better Options (FOBO).

Fear of Better Options (FOBO) merupakan sebuah ungkapan yang merujuk pada penggambaran seseorang yang kewalahan dan ketakutan oleh karena berbagai kemungkinan yang akan terjadi ke depannya, baik mengenai hal yang remeh hingga hal yang penting. Padahal, tak ada jaminan yang pasti mengenai konsekuensi dari pilihan itu.

Sifat kompetitif yang berlebihan justru bisa membuat seseorang melakukan crab mentality ke orang-orang di lingkungan sekitarnya. Selain sifat kompetitif tersebut, ada faktor lainnya yang dapat memicu terjadinya mentalitas kepiting di suatu lingkungan. Mulai dari hidup bergantung dengan suatu kelompok/teman, kepercayaan dan penerimaan diri yang rendah, hingga rasa iri dan dengki yang menggerogoti batin seseorang.

Kompetitif yang berlebihan itu nggak bagus (Pixabay.com)

Lantas, gimana sih cara menghadapi dan mengatasi “kepiting” di lingkungan sekitar kita? Yang pertama, kamu dapat membiasakan diri untuk bersyukur dan seringlah untuk mengevaluasi diri. Menurut sebuah artikel yang berjudul Beware of “The Crab Mentality”: How Your Environment Can Shape The Way You Think and Behave, rasa bersyukur, berterima kasih, serta evaluasi diri dapat menghindarkan kita untuk menjadi seekor “kepiting jahat”. 

Yang kedua, berkumpullah dengan sirkel yang suportif. Kalo kata Buddha, “Teman yang tidak tulus dan jahat lebih ditakuti daripada binatang buas, teman yang jahat akan melukai pikiranmu.” Kalimat beliau cocok untuk kita implementasikan di hidup kita untuk lebih selektif dalam memilih teman. Bangunlah sirkel yang mendukung kalian untuk berkembang, bukan malah sebaliknya. 

Nah yang terakhir, coba lah untuk gigih dan konsisten. Kunci dari segala sesuatu merupakan konsistensi. Bagaimana kita bisa meng-upgrade diri kalau baru menjalankan hal sedikit saja sudah menyerah? Kegigihan dan konsistensi yang kita miliki tentunya akan sangat membantu kita dalam berkembang dan membungkam “kepiting-kepiting” di sekitar kita.

“Jadilah garam dan terang bagi dunia”. itulah ungkapan yang acapkali penulis dengar setiap khotbah di hari Minggu. Tidak ada salahnya untuk menjadi kompetitif, kok, namun alangkah baiknya jika kita menyalurkan jiwa kompetitif itu dengan cara yang sehat. Jadilah seekor kepiting yang baik, seekor kepiting yang dapat saling membantu satu sama lain untuk dapat keluar dari ember dan mendapat kebebasan. Setelah dapat keluar dari ember, lautan lepas merupakan surga yang menarik dan sangat luas untuk dijelajahi!

Penulis: Adiwijaya Kusumajati Supama
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA 7 Rekomendasi Film Indonesia 21+ buat Kalian yang Bermental Baja

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.

Terakhir diperbarui pada 27 April 2022 oleh

Tags: crab mentalityiri dengkikompetitif
Adiwijaya Kusumajati Supama

Adiwijaya Kusumajati Supama

Harta, tahta, Adiwijaya.

Artikel Lainnya

kompetisi

“Yaelah Gitu Doang!”: Teman Kesusahan, Kok Malah Dijadiin Kompetisi?

18 Oktober 2019
Pos Selanjutnya
Nyatanya, Keluarga Jepang seperti Chibi Maruko-chan Sudah Hampir Nggak Ada Terminal Mojok

Nyatanya, Keluarga Jepang seperti Chibi Maruko-chan Sudah Hampir Nggak Ada

Komentar post

Terpopuler Sepekan

Warga Ibu Kota, Nggak Perlu Nyinyir kalau Orang Daerah Antre Mie Gacoan Terminal Mojok.co

Warga Ibu Kota, Nggak Perlu Nyinyir kalau Orang Daerah Antre Mie Gacoan

18 Mei 2022
4 Alasan Surabaya Nggak Bisa Diromantisasi Layaknya Jogja Terminal Mojok.co

4 Alasan Surabaya Nggak Bisa Diromantisasi Layaknya Jogja

19 Mei 2022
10 Lagu Bahasa Inggris dengan Lirik yang Mudah Dihafal dan Dinyanyikan Terminal Mojok

10 Lagu Bahasa Inggris dengan Lirik yang Mudah Dihafal dan Dinyanyikan

2 Januari 2022
Sebagai Orang Magelang, Saya Menuntut Adanya Malioboro di Kota Ini Terminal Mojok.co

Sebagai Orang Magelang, Saya Menuntut Adanya Malioboro di Kota Ini

16 Mei 2022
Rekomendasi 5 Drama Korea Makjang Terbaik Sepanjang Masa Terminal Mojok

Rekomendasi 5 Drama Korea Makjang Terbaik Sepanjang Masa

17 Mei 2022
Transportasi Publik di Surabaya Dibuat Sekadar untuk Gimik Politik Terminal Mojok

Transportasi Publik di Surabaya Dibuat Sekadar untuk Gimik Politik

15 Mei 2022
Cara-cara Starbucks Membuat Pembeli Mengeluarkan Uang Lebih Banyak

Cara Starbucks Membuat Orang Tertarik Beli meski Tahu Harganya Mahal

13 Mei 2022

Dari MOJOK

  • Sultan Lantik Pj Walikota Jogja dan Pj Bupati Kulon Progo
    by Yvesta Ayu on 22 Mei 2022
  • 46 Tahun PSS Sleman: Masuk Dunia Metaverse tapi Manajemen Masih Lelet 
    by Gusti Aditya on 22 Mei 2022
  • Mie Ayam Om Karman, Filosofi Meja Terisi, dan Semangat Perantau Wonogiri
    by Hammam Izzuddin on 22 Mei 2022
  • Jelang Pilpres 2024, Jokowi Minta Projo Jangan Kesusu Munculkan Nama
    by Yvesta Ayu on 21 Mei 2022
  • Rumah Hantu Malioboro dan Alasan Orang-orang Suka Sesuatu yang Horor 
    by Brigitta Adelia Dewandari on 21 Mei 2022

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=GwazDvZPZ_Q&t=619s

Subscribe Newsletter

* indicates required

  • Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
DMCA.com Protection Status

© 2022 Mojok.co - All Rights Reserved .

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Gaya Hidup
    • Cerita Cinta
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Hewani
    • Kecantikan
    • Kuliner
    • Nabati
    • Olahraga
    • Otomotif
    • Personality
  • Hiburan
    • Acara TV
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Pojok Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Politik
  • Media Sosial
  • Luar Negeri
  • Mau Kirim Tulisan?
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2022 Mojok.co - All Rights Reserved .

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In