Wajah Cisauk yang satunya
Sesekali ingin back to reality dan menyadarkan diri, belokkan saja setirmu ke arah Pasar dan Terminal Intermoda BSD. Ambil arah barat di perempatan lampu merah Intermoda BSD. Voila, seketika saya akan diingatkan kembali pentingnya membayar pajak bumi dan bangunan sebagai salah satu sumber pendapatan daerah.
Jalanan yang sempit dan bertambal beserta proyek pendukung yang tidak kunjung rampung. Tiang listrik yang meleyot karena kelebihan beban dengan kabel-kabel yang menjuntai. Angkot yang ngetem di pinggir jalan, pedagang menggelar dagangan di depan pasar tumpah dan keruwetan lainnya adalah pemandangan hampir setiap waktu. Boro-boro mau jalan kaki aman dan nyaman, trotoar saja tidak ada. Inilah wajah Cisauk yang satunya, yang tak terlihat sudut mata.
Pada 2022, Pemkab Tangerang meraih penghargaan sebagai juara umum dalam Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Terbaik se-Provinsi Banten. Apakah keberhasilan memenangkan penghargaan prestisius ini tercermin pada pembangunan infrastruktur yang dikelola Pemkab Tangerang? Mari kita bedah tipis-tipis APBD Tahun 2023 Pemkab Tangerang.
Prioritasnya jelas bukan rakyat
Total Belanja Pemerintah Kabupaten Tangerang Tahun 2023 sebesar 7.1 Triliun. Menilik APBD 2023 untuk belanja jalan, alokasinya adalah 500 milyar atau sama dengan 7.9% dari total belanja daerah. Alokasi terbesar belanja daerah ternyata digunakan untuk membayar gaji pegawai dan belanja barang/ jasa total 4.5 Triliun, atau setara 63% dari total pengeluaran. Jadi sudah terlihat kan prioritas distribusi pendanaan Pemerintah Kabupaten Tangerang itu apa?
Di negara ini memang berlaku pepatah, ada harga ada rupa. Mau fasilitas dan infrastruktur lingkungan seperti di luar negeri? Bisa saja asalkan siap uang atau KPR milyaran.
Bagaimana dengan masyarakat berpenghasilan rendah? Mereka yang semakin tergusur dengan hiruk-pikuk pembangunan juga berhak atas fasilitas dan infrastruktur yang dibayarkan oleh wajib pajak. Pemerintah daerah melalui APBD memiliki kewajiban untuk mengelola pembangunan sebaik-baiknya untuk perbaikan perekonomian dan pemerataan pendapatan.
Dua sisi Cisauk yang timpang ini sebenarnya bisa jadi adalah representasi kinerja pemerintah di Indonesia, tidak hanya di Tangerang. Masyarakat miskin pada akhirnya hanyalah sederetan angka yang disapa ketika masa kampanye pilkada. Menjadi objek kebijakan populis untuk mendongkrak ketenaran petahana.
Adakah yang benar-benar peduli terhadap kesenjangan pembangunan ini? Pada akhirnya yang peduli adalah pengembang yang mencari untung berlandaskan kapitalisme. Dan untuk kesekian kalinya, rakyat miskin terpinggirkan dan terlupakan, tanpa jaminan dari negara.
Penulis: Maryza Surya Andari
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Tangerang Selatan (Tangsel): Kota dengan Pertumbuhan Terdahsyat di Indonesia