Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Stop Bertanya “Ngapak ya?” ke Semua Orang yang Mengaku Berasal dari Cilacap. Ngapak Bukan Satu-satunya Identitas yang Dimiliki Cilacap!

Diniar Nur Fadilah oleh Diniar Nur Fadilah
8 Agustus 2023
A A
Stop Bertanya Ngapak ya? ke Semua Orang yang Mengaku Berasal dari Cilacap. Ngapak Bukan Satu-satunya Identitas yang Dimiliki Cilacap!

Stop Bertanya "Ngapak ya?" ke Semua Orang yang Mengaku Berasal dari Cilacap. Ngapak Bukan Satu-satunya Identitas yang Dimiliki Cilacap! (Unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Kenapa Cilacap identik dengan ngapak? Padahal Cilacap punya lumayan banyak penutur bahasa Sunda, lho.

Apa yang terbesit dalam benakmu saat mendengar kata Cilacap? Wilayah yang hanya diekspos media saat ada eksekusi mati penjahat kelas kakap? Salah satu supplier perantau di kawasan Jabodetabek yang semakin hari semakin pengap? Atau jangan-jangan kamu hanya mengenal Cilacap sebagai kampung halaman Desy JKT48 yang selalu cantik meskipun nggak pakai makeup?

Sebagai seorang yang lahir, dibesarkan, dan punya keinginan mati di Cilacap, sebenarnya saya nggak mau mempermasalahkan semua itu. Tapi ada satu hal yang membuat saya cukup jengkel saat berkenalan dengan orang baru, yaitu saat ditanya dari mana saya berasal. Bukan karena malu mengakui tanah kelahiran tercinta, tapi jujur saja saya sudah cukup jengkel dengan pertanyaan, “Ngapak, ya?” yang hampir selalu muncul setelah saya menjawab, “Saya dari Cilacap.”

Apakah saya membenci bahasa ngapak yang sering mengundang orang-orang tersenyum tertahan saat mendengarnya itu? Tentu saja tidak! Aja nuduh kaya kue lah, lik!

Mungkin saya memang lebay, jengkel kepada orang-orang yang langsung mengaitkan Cilacap dan bahasa ngapak. Toh pada kenyataannya memang nggak banyak yang tahu (atau nggak mau tahu?) bahwa Cilacap masih punya banyak identitas lain.

Cilacap adalah kabupaten dengan luas wilayah terbesar di Jawa Tengah. Cilacap pernah jadi pintu darurat bagi orang-orang Belanda untuk kabur ke Australia saat Jepang menyerbu dari utara. Dan Cilacap juga punya penduduk yang menjadi penutur bahasa Sunda.

Ya, kamu nggak salah baca. Meskipun awalan Ci di kata Cilacap nggak merujuk kepada kata “cai” atau air dalam bahasa Sunda, Cilacap punya lumayan banyak penduduk yang menjadikan bahasa Sunda sebagai bahasa ibu, lho. Para penutur bahasa Sunda ini tersebar di beberapa kecamatan di sisi barat wilayah Kabupaten Cilacap yang berbatasan dengan Provinsi Jawa Barat.

Cilacap dan bahasa Sunda yang unik

Banyak yang bilang adanya penutur bahasa Sunda di Kabupaten Cilacap yang notabene masih termasuk Provinsi Jawa Tengah adalah sebuah keunikan. Padahal nyatanya, keunikan bahasa Sunda di Cilacap lebih dari itu. Bahasa Sunda yang digunakan oleh masyarakat Cilacap punya beberapa perbedaan antara wilayah satu dengan wilayah yang lain. Dalam penyebutan orang pertama tunggal, misalnya.

Baca Juga:

Desa Ngidam Muncar, Desa Terbaik di Kabupaten Semarang dengan Pesona yang Membuat Saya Betah

3 Sisi Lain Grobogan yang Nggak Banyak Orang Tahu

Di wilayah Kecamatan Dayeuhluhur dan Wanareja, penyebutan “aku” umumnya menggunakan kata “abi”. Sedangkan di wilayah Kecamatan Majenang, penyebutan “aku” menggunakan kata “uing”. Di wilayah Kecamatan Cimanggu dan Karangpucung, penutur Sunda biasa menyebut “aku” menggunakan kata “urang”, “aing”, atau “kaula”.

Bukan hanya dari segi kosa kata, dari segi logat dan intonasi pun masing-masing daerah punya ciri khas tersendiri. Wilayah yang berada di dataran rendah seperti Kecamatan Cimanggu dan sebagian Karangpucung punya logat yang sedikit lebih ngegas dalam berbicara. Sedangkan wilayah yang berada di daerah yang relatif tinggi seperti Dayeuhluhur atau Wanareja yang di masa lalu juga lebih dekat dengan pusat Kadipaten Dayeuhluhur punya logat dan intonasi yang relatif lebih halus.

Perjuangan minoritas berbaur dalam komunitas

Sebenarnya saya bukan penutur bahasa Sunda tulen, bukan juga penutur ngapak yang kaffah. Dalam pergaulan sehari-hari, saya biasa berinteraksi dengan lingkungan sekitar menggunakan bahasa Indonesia gado-gado. Saya baru banyak berinteraksi menggunakan bahasa Sunda saat duduk di bangku SMP. Bermula dari mengenal teman-teman yang sudah full berbahasa Sunda sejak dari buaian ibunya.

Awalnya saya biasa saja memandang teman-teman yang menggunakan bahasa Sunda dalam keseharian itu. Nggak pernah terbersit perasaan kasihan atau apa pun saat mendengar mereka ngobrol menggunakan bahasa Sunda di sela-sela mengerjakan PR Bahasa Jawa. Tapi, perasaan biasa saja itu perlahan berubah saat saya duduk di bangku Madrasah Aliyah.

Saya kembali bertemu dengan teman-teman yang menggunakan bahasa Sunda dalam keseharian. Bedanya, kali ini saya mulai merasa kasihan kepada teman-teman yang berbahasa Sunda itu.

Berbeda dengan teman masa SMP yang masih sedikit mengerti pelajaran Bahasa Jawa karena memang sudah mendapatkan pelajaran ini sejak jenjang pendidikan sebelumnya, teman yang saya temui di MA itu mengaku belum pernah mendapat pelajaran Bahasa Jawa. Padahal mereka lahir dan besar di Cilacap juga, lho! Rasa kasihan itu semakin tumbuh saat saya melihat dia sering menangis ketika bertemu soal-soal yang menampilkan aksara Jawa.

Munculnya pertanyaan, “Ngapak, ya?”

Akan tetapi rasa kasihan itu kemudian berubah menjadi rasa sebel dan geregetan saat saya mulai kuliah di Jogja. Ya, saya sebel dan geregetan kepada teman-teman penutur bahasa Sunda asal Cilacap yang ada di organisasi mahasiswa daerah (ormada).

Kebanyakan dari mereka hanya melakukan salah satu dari dua hal saat ada kumpul organisasi yang selalu menggunakan bahasa ngapak sebagai pengantar itu. Kalau nggak diam saja karena nggak bisa menyahuti menggunakan bahasa ngapak, ya sok-sokan ikut memakai bahasa ngapak dengan dialek yang kagok dan mengganggu telinga.

Tentu saja saya nggak berhak menggugat upaya mereka yang sedang mempelajari dan membiasakan diri dengan bahasa mayoritas. Tapi, ayolah sadari wahai putra-putri Cilacap, baik yang hafal lagu “Bangga Mbangun Desa” ataupun tidak! Upaya semacam itu adalah cikal bakal munculnya pertanyaan “ngapak ya?” yang hampir selalu ditanyakan kepada setiap orang yang mengaku berasal dari Cilacap.

Bahasa Sunda di Cilacap juga berhak lestari

Sudah bukan rahasia lagi jika urusan pelestarian bahasa daerah memang menjadi PR bersama bagi banyak daerah di Indonesia. Untuk konteks pelestarian bahasa di Cilacap, PR bersama ini seharusnya bukan hanya soal mengajak sebanyak mungkin generasi mudanya untuk tak malu berbahasa ngapak, tapi juga mengajak sebanyak mungkin generasi mudanya untuk tidak memaksakan penggunaan bahasa ngapak ke semua orang yang mengaku berasal dari Cilacap.

Terhitung sejak tahun 2022, Bahasa Sunda sebenarnya sudah mulai masuk menjadi salah satu muatan lokal yang boleh diajarkan kepada siswa di beberapa wilayah di Kabupaten Cilacap. Tapi sayangnya, kebijakan ini baru diterapkan di beberapa sekolah yang ada di Kacamatan Dayeuhluhur dan Wanareja. Siswa-siswa yang juga sebenarnya menjadikan bahasa Sunda sebagai bahasa ibu di wilayah lain seperti Kecamatan Majenang, Cimanggu, dan Karangpucung masih mendapatkan Bahasa Jawa sebagai muatan lokal yang diajarkan di sekolah.

Tentunya tak adil jika menyerahkan tugas pelestarian bahasa ini hanya kepada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan yang sudah cukup repot mengurus permasalahan zonasi dalam PPDB. Masyarakat umum, baik yang merupakan warga Cilacap ataupun bukan, juga punya peranan yang cukup penting untuk urusan yang satu ini.

Upaya pelestariannya pun sebenarnya bisa dimulai dengan cara sederhana. Misalnya dengan berhenti memaksakan gerakan “Ora Ngapak Ora Kepanak” ke semua pihak di dalam organisasi yang membawa embel-embel nama Cilacap. Dan untuk seluruh rakyat Indonesia yang bukan warga Cilacap, mulailah dengan berhenti menanyakan “ngapak ya?” ke semua orang yang memperkenalkan diri berasal dari Cilacap.

Bagaimanapun ngapak hanya salah satu, bukan satu-satunya identitas yang dimiliki Cilacap. Sama seperti Nusakambangan, mendoan, atau brekecek pathak jahan.

Penulis: Diniar Nur Fadilah
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Ketika Cilacap Berkembang Pesat, Brebes Masih Konsisten Menyedihkan.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 8 Agustus 2023 oleh

Tags: Bahasa Jawabahasa ngapakBahasa Sundacilacapjawa tengahMuatan Lokalngapak
Diniar Nur Fadilah

Diniar Nur Fadilah

Pekerja Teks Komersial yang lahir, dibesarkan, dan ingin mati di Cilacap.

ArtikelTerkait

Jalan Solo Purwodadi Siang Memanjakan, Malam Mengancam (Unsplash)

Jalan Solo Purwodadi Dulu Hancur, Kini Lebar dan Aspalnya Halus tapi Justru Menjebak Sekaligus Berbahaya di Kala Malam

22 April 2024
Alun-Alun Temanggung Sekarang Seperti Kuburan di Tengah Kota (Unsplash)

Alun-Alun Temanggung Semakin Menyedihkan, Sekarang seperti Kuburan di Tengah Kota

22 Januari 2024
4 Oleh-oleh Boyolali yang Jarang Dilirik Wisatawan, padahal Sangat Layak Jadi Buah Tangan Mojok.co

4 Oleh-oleh Boyolali yang Jarang Dilirik Wisatawan, padahal Sangat Layak Jadi Buah Tangan

22 Agustus 2025
Semarang Bisa Menjadi Tempat yang Tidak Ramah Mahasiswa (Unsplash)

Siasat Mengakali Hawa Panas Semarang yang Kadang Tidak Ramah bagi Mahasiswa

24 Februari 2024
Kota Purwokerto, Kota Tua yang Kehilangan Sisi Eksotisnya (Unsplash)

Kota Purwokerto Kini Semakin Kehilangan Identitasnya sebagai Kota Tua yang Eksotis

20 Januari 2024
Alun-Alun Temanggung Sekarang Seperti Kuburan di Tengah Kota (Unsplash)

Alun-Alun Temanggung Sekarang seperti Kuburan di Tengah Kota

8 Agustus 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Alasan Orang Surabaya Lebih Sering Healing Kilat ke Mojokerto daripada ke Malang Mojok.co

Alasan Orang Surabaya Lebih Sering Healing Kilat ke Mojokerto daripada ke Malang

5 Desember 2025
QRIS Dianggap sebagai Puncak Peradaban Kaum Mager, tapi Sukses Bikin Pedagang Kecil Bingung

Surat untuk Pedagang yang Masih Minta Biaya Admin QRIS, Bertobatlah Kalian, Cari Untung Nggak Gini-gini Amat!

5 Desember 2025
Rekomendasi Tempat Jogging Underrated di Semarang, Dijamin Olahraga Jadi Lebih Tenang Mojok.co

Rekomendasi Tempat Jogging Underrated di Semarang, Dijamin Olahraga Jadi Lebih Tenang

3 Desember 2025
Pengalaman Nonton di CGV J-Walk Jogja: Murah tapi Bikin Capek

Pengalaman Nonton di CGV J-Walk Jogja: Murah tapi Bikin Capek

4 Desember 2025
Sudah Saatnya Bandara di Indonesia Menjadi Ruang untuk Mempopulerkan Makanan Khas Daerah

Sudah Saatnya Bandara di Indonesia Menjadi Ruang untuk Mempopulerkan Makanan Khas Daerah

3 Desember 2025
5 Hal yang Bikin Orang Solo Bangga tapi Orang Luar Nggak Ngerti Pentingnya

5 Hal yang Bikin Orang Solo Bangga tapi Orang Luar Nggak Ngerti Pentingnya

29 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.