Keunikan Cilacap Barat yang Bikin Bingung Warganya Sendiri karena Masuk Wilayah Ngapak, tapi Dianggap Sunda Juga Bisa

Ilustrasi Cilacap Barat Daerah Unik Tanpa Identitas yang Jelas (Unsplash)

Ilustrasi Cilacap Barat Daerah Unik Tanpa Identitas yang Jelas (Unsplash)

Sama seperti wilayah Karesidenan Banyumas pada umumnya, Cilacap juga terkenal sebagai daerah ngapak. Bukan hanya bahasanya saja yang ngapak, dari adat, makanan, sampai minumannya khas ngapak. Akan tetapi, kalau berkunjung ke daerah Cilacap bagian barat, seperti Majenang, Karangpucung, dan Cimanggu, kamu akan menemui pemandangan yang agak berbeda. Di sebagian daerah, nggak cuma kental budaya ngapaknya. Ada juga cita rasa budaya Sunda yang hadir.

Oleh sebab itu, dalam artikel ini, saya mau bilang bahwa Cilacap bagian barat itu dibilang ngapak bisa, dibilang Sunda juga bisa. Kenapa demikian? 

Banyak daerah dengan awalan “ci”

Umumnya, daerah yang berawalan “ci” mayoritas berada di Jawa Barat. Contohnya Cihampelas di Bandung, yang terkenal dengan sentra celana jeans. Atau, Cisarua di Bogor, daerah puncak yang terkenal sebagai tempat pelesiran.

Awalan “ci” pada nama daerah biasanya berasal dari kata “cai” dalam Bahasa Sunda. Makna cai dalam Bahasa Sunda adalah ‘air’. Maksudnya adalah daerah di Jawa Barat yang ada kata “ci”-nya, dekat dengan tempat sumber air. Macam laut, sungai, dan danau.

Di daerah Cilacap bagian barat cukup banyak daerah dengan awalan “ci”. Seperti Kecamatan Cimanggu, Desa Ciporos, dan Desa Cilopadang. Nggak seperti daerah Karesidenan Banyumas pada umumnya, yang jarang ada daerah dengan awalan “ci”.

Tak aneh mendengar orang berbahasa Sunda di Cilacap Barat

Sebagai perantau di Sulawesi, kadang saya merasa kaget kalau mendengar orang berbahasa Jawa di sini. Bagaimana tidak, lha wong di Sulawesi mayoritas orang Bugis. Makanya, kebanyakan masyarakat di Sulawesi pakai Bahasa Bugis.

Kalau tiba-tiba ada yang orang berbahasa Jawa di Sulawesi jadi terlihat kontras. Berbeda dari masyarakat pada umumnya. Malah kadang terasa sedikit aneh saja. Sekali pun saya cukup paham apa yang sedang dibicarakan.

Akan tetapi, hal serupa tak saya rasakan di Cilacap bagian barat. Meski mayoritas di sana memakai bahasa ngapak dalam kehidupan sehari-hari. Tak mengherankan rasanya ketemu orang berbahasa Sunda di sana. Baik itu di pasar, fasilitas kesehatan sampai sekolah.

Banyak orang keturunan Suku Sunda di Cilacap Barat

Kewajaran mendengar orang berbahasa Sunda di daerah Cilacap bagian barat bukan tanpa alasan. Pasalnya, di sana banyak orang keturunan suku Sunda, yang lama menetap dan beranak pinak di sana.

Prediksi saya, kakek buyut mereka berasal dari daerah Jawa Barat, kemudian merantau ke wilayah Cilacap bagian barat. Setelah sukses bercocok tanam atau berdagang, para tetua tersebut memutuskan menetap di sana.

Kenapa daerah Cilacap bagian barat dipilih menjadi tempat rantau? karena di sana berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Barat. Tepatnya, Kota Banjar. Sehingga memudahkan mereka bila sewaktu-waktu butuh pulang ke kampung halaman.

Bahasa Ngapak bisa, Bahasa Sunda juga bisa

Ini latar belakang utama saya bilang bahwa Cilacap bagian barat dibilang ngapak bisa, dibilang Sunda juga bisa. Setiap mudik ke rumah nenek dan mertua, saya menjadi saksi bahwa banyak orang yang bisa ngapak dan Bahasa Sunda. Padahal Bahasa Sunda nggak diajari secara resmi di mata pelajaran pada sekolah-sekolah di sana.

Jangan jauh-jauh deh ambil contohnya. Bapak saya sendiri, beliau bisa Bahasa Jawa Kromo Inggil, fasih pula Bahasa Sunda. Meski Bahasa Sunda-nya bukan yang alus banget ya. Melainkan yang biasa.

Hanya, sebagai orang yang pernah belajar Bahasa Sunda dari mulok di sekolah, kadang saya agak kaget mendengar Bahasa Sunda orang Cilacap bagian barat. Mengingat kosa kata Bahasa Sunda-nya yang biasa dipakai dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga di telinga saya terdengar agak sedikit kasar.

Begitu sekiranya alasan saya mengatakan bahwa Cilacap bagian barat itu dibilang ngapak bisa, dibilang Sunda juga bisa. Dari sini kita belajar, bahwa keanekaragaman di Indonesia terawat sejak lama. Sebagai generasi masa depan, kita harus terus merawatnya.

Penulis: Ahmad Arief Widodo

Editor: Yamadipati Seno

BACA JUGA Cilacap, Tempat Pensiun yang Ideal: Biaya Hidup Terendah, Alamnya pun Indah

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version