Cheers! Menelusuri Budaya Minum Alkohol di Korea Selatan

Cheers! Menelusuri Budaya Minum soju di Korea Selatan terminal mojok

Bagi penikmat musik K-Pop dan pemirsa K-Drama, minuman dengan botol beling ijo berisi air bening bukan lagi hal yang asing. Bukan, ini bukan bahas minuman yang diiklanin sama Cak Lontong, melainkan soju. Budaya minum alkohol di Korea Selatan memang kencang sekali dan minuman beralkohol yang bernama soju itu lagi naik daun di Indonesia. Bahkan belakangan ini muncul iklan soju halal yang sering menghiasi status WhatsApp dan reply-an tweet viral.

Gambaran kebiasaan orang Korea Selatan yang sering mengonsumsi alkohol sering banget ditampilkan secara publik. Salah satu hal yang khas dalam drama Korea, misalnya, adalah adegan saat para pemerannya minum soju di tenda makanan pedagang kaki lima. Sambil curcol masalah hidup yang baru saja dialami, mereka menenggak soju banyak-banyak dan minta imo atau bibi pemilik kedai buat ngasih soju berbotol-botol lagi. Atau adegan makan-makan samgyeopsal ditemani dengan bossam yang bikin ngiler, tak lupa dengan alkohol sebagai pelengkap hidangan.

Minuman beralkohol dari Korea bisa diidentifikasi dari akhirannya yang kebanyakan pakai –ju atau –sul. Alkohol bisa dengan mudah ditemukan di Korea Selatan, tapi bukan berarti bebas kita beli, ya. Ada aturan yang melarang anak di bawah 20 tahun atau yang belum berumur legal untuk bisa icip-icip alkohol.

Jenis alkohol di Korea Selatan bervariasi banget. Selain soju dengan botol ijonya yang iconic dan sering banget wira-wiri di drama, ada banyak nama-nama alkohol lain yang diperkirakan jumlahnya sekitar seribu lebih. Alkohol original Korea, makgeolli, juga lumayan populer. Biasanya makgeolli dihidangkan di dalam ceret dan diminum dengan cara dituang ke wadah yang wujudnya mirip mangkok alumunium. Orang Korea kadang bikin gayangju dengan cara memfermentasikan nasi kukus keras kalau lagi selo dan pengin bikin alkohol homemade. Ada juga bir atau maekju yang bisa dengan gampang dibeli di minimarket dan disantap dengan ayam goreng. Perpaduan kudapan ayam goreng dan maekju ini biasanya disingkat sebagai Chi-Maek (Chicken-Maekju).

Di zaman kuno, budaya minum alkohol digunakan buat memperingati hari libur atau acara musiman, misalnya tahun baru, musim tanam padi, atau Thanksgiving ala Korea. Salah satu jenis soju, yaitu dosoju, dulu digunakan untuk menghilangkan penyakit dan pengaruh buruk dari dalam tubuh karena mengandung rempah-rempah yang bermanfaat.

Di zaman modern sendiri, minum alkohol adalah salah satu bentuk tindakan sosial. Minum alkohol bareng-bareng sama temen dan kolega itu menambah solidaritas dan jaringan sosial. Soju bahkan sempat jadi simbol solidaritas para buruh yang lelah di era industrialisasi di Korea Selatan.

Soju sendiri punya kisah yang panjang sampai akhirnya bisa selegendaris itu. Berhubung soju dan alkohol lainnya diharamkan untuk diminum orang muslim dan saya juga nggak ada rencana buat menjajalnya, saya akhirnya mencari tahu bayangan rasanya lewat pengalaman orang-orang. Teman saya bilang bahwa soju rasanya manis, tapi waktu saya nonton drama Korea, pemerannya bilang kalau soju itu pahit.

Setelah saya cari tahu lagi, ternyata soju yang original memang rasanya pahit. Tetapi untuk memperluas pangsa pasar, terutama kelompok perempuan dan peminum pemula, banyak pabrik yang mulai memproduksi soju dengan banyak rasa seperti buah-buahan dan jeruk nipis. Soju pun makin populer karena rasanya yang bermacam-macam dan selalu disediakan di rumah makan, sampai akhirnya popularitas makgeolli sempet disalip oleh soju.

Kultur lain yang berkaitan dengan minuman beralkohol di era modern adalah minum-minum bersama kolega. Ketika ada karyawan baru yang masuk ke suatu perusahaan, umumnya bakal diadakan pesta penyambutan yang nggak pernah lupa buat memasukkan soju atau alkohol ke dalam daftar pesanan. Pegawai baru biasanya yang bakal menuangkan minuman. Di saat inilah para pegawai baru bersosialisasi dan beradaptasi dengan lingkungan kerja barunya, kecuali kalau mereka lebih milih buat rebahan di sofa dibanding nyari channel, hehehe.

Minum alkohol bersama orang lain juga ada etikanya, Mylov. Saat minum alkohol bersama orang yang lebih tua, orang yang jauh lebih muda harus membalikkan badan. Saat menerima alkohol dari orang yang lebih tua pun ia harus menerima dengan kedua tangan dan di gelas pertama ia harus menghabiskan alkoholnya dalam sekali minum atau “one shot”. Menuangkan alkohol juga diharuskan memakai tangan kanan.

Selain minum bareng-bareng, ada juga orang yang lebih milih buat minum sendirian atau disebut dengan “drinking solo”. Orang yang minum sendirian nggak jarang diasumsikan sebagai orang yang lagi depresi atau banyak pikiran. Di drakor pun sering direpresentasikan bahwa solo drinkers biasanya baru aja mengalami hal yang bikin ia merasa tertekan dan pengin menyendiri.

Menurut penelitian yang dipublikasikan oleh Ju Moon Park, dkk. dengan judul Solitary and Social Drinking in South Korea: An Exploratory Study disebutkan kalau motif paling utama dari orang yang minum-minum adalah karena ingin melepas stres yang disebabkan oleh pekerjaan dan kehidupan. Selain itu ada juga alasan lain, seperti merasa bahagia saat minum, alkohol bikin makanan rasanya jadi tambah enak, sampai pengin tidur dengan cepat. Nggak ada perbedaan motif atau dorongan yang signifikan antara orang yang minum sama temen atau minum sendirian.

BACA JUGA Punya Abang yang Suka Minum Minol dan Mabuk Itu Nyebelinnya Minta Ampun dan tulisan Noor Annisa Falachul Firdausi lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.
Exit mobile version