Sebagai kawula muda yang ada di fase skripsi belum selesai dan masih belum ada kerjaan tetap apalagi merokok dan sering ngopi lalu masih sering minta duit ke orang tua, pikiran-pikiran untuk bisa nyari duit sendiri seringkali muncul. Beragam cara dilakukan untuk ngumpulin duit receh. Biasanya dimulai dengan nyari-nyari artikel tentang bagaimana bisa menghasilkan hewan bernama duit ini.
Salah satu yang ditemukan, biasanya artikel tentang cara mendapatkan uang dari internet. Dan di beberapa platform, artikel beginian sangat ramai yang menyukai dan juga banyak yang berkomentar. Dari sini, saya anggap saja bahwa memang rata-rata, lagi banyak orang yang lagi berminat untuk menghasilkan uang dari internet. Termasuk saya.
Hal yang paling membangkitkan gairah saya untuk membaca dan mencobanya adalah penghasilan yang didapatkan. Ini bisa saya lihat dari post beberapa orang yang juga menyertakan hasil kerjanya selama ini. Seingat saya, ada yang penghasilan bulanannya hampir menyentuh angka enam puluh juta rupiah. Sudah cukup untuk beli motor Ninja atau skuter matic yang jadi kesukaan para wanita.
Lantaran penasaran, saya langsung saja cus untuk mengetahuinya lebih dalam. Melihat profil dari orang tersebut dan mencari-cari pekerjaan apa yang telah dilakukan. Setelah melihatnya, ternyata pekerjaannya nggak hanya satu. Melainkan beragam. Mulai dari menjual foto ke Shutterstock, sering mengisi survei online, buka jasa desain grafis, bikin blog, dan beberapa hal lainnya lagi.
Dari sini, saya jadi pesimis karena saya sama sekali nggak punya dasar dari beberapa bidang itu. Kecuali survei online, saya masih bisa melakukannya. Nah, dari sini, uneg-uneg mulai bermunculan. Saya tertarik untuk mencoba survei online yang disarankan oleh orang sudah paham cara mendapatkan uang dari internet.
Saya mencobanya di rumah. Bermodal laptop spek rendah dan internet RT/RW yang sekarang lagi banyak dipakai. Selain karena murah, kecepatan internetnya masih cukuplah buat nonton anime dan streaming YouTube tanpa buffering.
Dalam survei, biasanya butuh waktu sekitar lima belas menit untuk menjawab beberapa pertanyaan yang disediakan. Dan di setiap menjawab pertanyaan, saya bakalan dapat poin. Nah, poin ini yang nantinya bisa ditukarkan duit. Oleh karena saya rasa mudah, ya sudah. Saya melanjutkannya beberapa hari.
Bodohnya, saya nggak membaca minimal poin yang bisa ditukarkan. Dalam survei online yang saya pilih, ternyata membutuhkan sekitar dua puluh ribu poin agar bisa menukarkannya. Dan, yang bikin saya agak greget lagi, adalah ketersediaan survei per harinya. Kalau tidak salah, ada sekitar lima sampai sepuluh lembar survei. Ketika menyelesaikan seluruhnya, saya hanya mendapatkan kurang lebih seribu poin dalam satu hari.
Dari sini, saat saya hitung lagi, artinya untuk mencapai dua puluh ribu poin, saya membutuhkan waktu dua puluh hari sampai bisa menukarkan poin yang dikumpulkan dengan uang. Sebenarnya, waktu dua puluh hari nggak terlalu jadi masalah juga. Sebab, per hari hanya butuh beberapa menit untuk menjawab pertanyaan-pertanyaannya.
Yang menjadi masalah adalah jumlah uang yang ditukarkan. Ternyata, untuk dua puluh ribu poin, saya hanya bisa mendapatkan uang dua dolar. Anggap saja sekarang dolar lima belas ribu. Kalau dua dolar, ya berarti tiga puluh ribu. Bayangkan saja, dua puluh hari, hanya tiga puluh ribu. Jumlah segitu, sepertinya hanya cukup untuk biaya rokok dan ngopi satu hari satu malam.
Tak cukup itu saja. Saya juga nyoba untuk jualan foto di tempat yang juga telah disarankan. Saya kira awalnya hanya untuk tipe foto yang dari kamera bagus saja, tapi ternyata, platform ini juga menyediakan tempat bagi orang yang suka gambar atau yang kebetulan lagi menekuni dunia gambar.
Saya bersyukur atas hal ini, artinya, tak hanya dari pesanan saja. Saya bisa dapat duit hasil nggambar dari platform yang menjanjikan. Akhirnya, saya bikinlah ilustrasi-ilustrasi sederhana. Setelah selesai, langsung saja saya kirim ke platform tersebut. Dalam prosesnya, pihak platform ini mengadakan kurasi atas kiriman kontributor. Dari sekitar lima belas gambar yang saya kirim, hanya ada enam yang lolos dan layak jual.
Lumayan, daripada nggak ada yang diterima. Akhirnya saya memilih untuk terus nggambar dan mengirimkannya ke sana. Setelah sekitar dua bulan, nahas, nggak ada satupun gambar saya yang diunduh dan yang ingin membelinya. Dan, artinya, nggak ada pundi-pundi dolar yang masuk ke kantong saya. Saya memang membatasi diri, kalau dua bulan belum ada progress, bidang itu lebih baik ditinggalkan. Begitu.
Namun, kata teman-teman yang sudah kebagian cerita ini, saya gampang menyerah. Baru dua bulan saja, udah berhenti. Oke. Tantangan diterima. Saya nggak berhenti, tapi melanjutkannya ke cara mendapatkan uang dari internet yang lain lewat platform lain yang terkenal, Fiverr. Mungkin sudah banyak yang tahu. Platform ini menawarkan kelebihan dari segi pelanggan yang datang dari seluruh penjuru dunia.
Oleh karena cakupannya seluruh dunia, kesempatan untuk bisa menambang duit dari sini, kesempatannya terbuka lebar. Saya pun langsung mendaftar dan menjadi seller di sana. Mengisi profil secara lengkap. Mulai dari menjelaskan secara rinci jasa apa yang saya tawarkan, sampai memverifikasi e-mail dan nomor telepon. Di sini istilahnya gig. Nanti kalaupun ada yang membaca tulisan ini dan ingin jadi seller, cari aja kolom yang ada gig-gig-nya untuk bisa jualan.
Beberapa waktu berlalu, penawaran yang saya letakkan di Fiverr, sama dengan yang sebelumnya. Nggak ada progress apa-apa dan nggak pernah ada notifikasi pesanan. Padahal pelanggannya sudah dari seluruh dunia, tapi nggak ada satupun yang nyantol ke jasa yang saya tawarkan di sana.
Nah, dari sini ada hal yang saya lupa. Walaupun ada peluang besar karena pelanggannya dari seluruh dunia, saya lupa, kalau pesaingnya juga mesti dari seluruh dunia. Bersaing dengan orang-orang yang telah sangat lama menggeluti hal di bidang gambar, bersaing dengan orang yang mungkin sejak kecil sudah menyukai dan berbakat dalam hal menggambar. Bukannya takut bersaing, tapi lebih ke arah sadar diri saja.
Dari kecil, saya nggak pernah ada minat untuk menggambar. Nilai kesenian saya juga standar. Paling mentok hanya bisa nggambar dua gunung, matahari, awan, sawah, dan jalan seperti anak TK. Sekarang ini saya nggambar, ya hanya karena pengin ngumpulin duit receh saja. Dan ya, memang sudah sewajarnya, saya kalah dari orang-orang berbakat dan memang sudah menggambar sejak kecil.
Dan dari sini pula, saya menyadari, kalau nyari uang dari internet itu nggak semudah yang dikatakan, dituliskan, divideokan, dan disarankan oleh abang-abang, mas-mas, dan mbak-mbak yang bisa saja, jadi saingan nyari duit di internet. Cara mendapatkan uang dari internet itu banyak sekali memang, tapi jangan lupa, pesaingnya juga naudzubillah banyaknya. Duit je, Bos.
BACA JUGA 4 Golongan Pelaku Ternak Lele yang Biasa Saya Jumpai dan tulisan Firdaus Al Faqi lainnya.