Jika televisi lain mempromosikan program-programnya dengan cara menyisipkan di antara serangkaian iklan saat jeda komersial, RCTI tidak. Salah satu stasiun televisi yang dikenal sebagai paling “kreatif” dengan tayangan sinetron yang tiada henti saban malam. Sekaligus sebagai satu-satunya televisi yang “bermoral”, RCTI punya cara brilian mempromosikan programnya sendiri.
Promosi program lewat sisipan iklan itu mah cara kuno yang terbilang primitif dan perwujudan televisi yang lamban berkembang. RCTI jelas bukan jenis televisi yang begitu. Dengan “kreativitas” para krunya, saya rasa RCTI adalah satu-satunya televisi yang bisa dibanggakan oleh payung MNC Group, daripada tiga televisi lainnya.
Coba saja cek ratingnya. RCTI punya sumbangsih besar untuk mendongkrak perusahaan televisi milik Hary Tanoe. Lalu apa yang membuat program-program di RCTI selalu laku, paling tidak di antara tiga televisi serumahnya?
Kuncinya satu: promosi. RCTI melakukan teknik promosi program yang tidak bisa kita sangka. Saya pun sebelumnya melakukan analisis ini juga nggak nyangka. Kok bisa berpikiran begitu? Kok bisa sampe sewagu itu promosinya?
Pertama, kalau yang sering kita (hah, kita?) lihat iklan sebuah program di televisi letaknya di jeda program yang sedang tayang. Atau satu rangkaian dengan iklan-iklan lain. Namun, bukan RCTI kalau nggak bisa melakukan lebih dari itu.
Alih-alih promosi program di jeda iklan bersama iklan produk yang masuk, RCTI malah menaruh promosi sebuah program ke dalam program lainnya. Loh, lah gimana coba itu? Mungkin RCTI nggak mau ganggu iklan-iklan produk yang sudah rela membayar kali ya?
Contoh nih ya, di program “Dahsyatnya 2020”. Beberapa episode program tersebut menampilkan pemeran-pemeran di sinetron yang tayang di RCTI. Setelah masuk, pura-puranya si host: Ayu Dewi, Denny Cagur, dan… (Siapa lagi sih? Gue lupa) mengajak pemeran-pemeran sinetron tadi main game. Plisss jangan tanya kenapa acara musik jadi ada game-nya!
Dan sudah bisa ditebak apa yang terjadi berikutnya. Jelang bubaran, atau malah sebelum bintang tamu (biasanya penyanyi atau band) tampil, para pemeran sinetron ini melancarkan promosi. Canggih nggak tuh?
Okelah barangkali toh ini juga sama-sama RCTI. Fine-fine aja dong promosi di dalam program lain?
Ya nggak gitu juga dong, Markonah! Seharusnya yang dipromosikan itu program yang sedang tayang, agar pemirsa besok sudi buat nonton lagi, bukannya program lain.
Nggak masalah mau promo sinetron sekali-kali di program “Dahsyatnya 2020” atau program apa pun. Ingat, sekali-kali, nggak terus-menerus alias selama si pemeran jadi bintang tamu. Lah ini malah para pemerannya beberapa kali diundang, dan beberapa kali juga promo sinetron di dalam program lain.
Konsepnya kayak gala premiere gitu. Tapi, ini jatuhnya wagu. Apalagi sinetronnya tiap hari tayang, lah buat apa dipromosikan terus?
Kedua, saya mencoba mencermati beberapa acara award-award alias pemberian penghargaan bagi insan-insan kreatif di televisi paling “kreatif” dan “bermoral”, RCTI. Hasilnya, saat nonton Anugerah Musik Indonesia (AMI) Award kemarin di RCTI, saya terkejut beberapa nominasi yang terbilang prestisius berhasil digondol alumni “Indonesian Idol”.
Seperti nominasi “Pendatang Baru Terbaik” yang berhasil diraih sang juara dua (ya, kalian nggak salah baca) Indonesian Idol season 10, Tiara Andini. Tak hanya itu, Marion Jola—entah saya lupa doi Idol season berapa—juga menyabet penghargaan, bahkan nggak cukup satu, di antaranya penghargaan “Duo/Grup/Kolaborasi Soul/RnB Terbaik” bersama Tuan Tiga Belas, dan “Karya Produksi Kolaborasi Terbaik” bersama Laleilmanino.
Melalui Tiara dan Marion, yang kebetulan keduanya bukan juara “Indonesian Idol”, RCTI secara nggak langsung pengin promo, bahwa ini lho hasil didikan Anang dan kawan-kawan. Yang bukan juara saja berprestasi, apalagi yang juara. Eh, bener gitu bukan sih?
Buat para penggemar keduanya jangan tersinggung. Karena pasar industri hiburan kita, terutama televisi memang gitu.
Di ajang award yang lain juga pernah kok. Walaupun tidak secara gamblang disebutkan. Dalam ajang “Indonesian Television Award” yang tayang di RCTI juga tak bisa lepas dari agenda promosi program. Kala itu sinetron “Putri untuk Pangeran” sedang naik daun, dan apa yang terjadi? Para pemeran sinetron tersebut banyak yang menyabet penghargaan.
Saya nggak mau bilang bahwa acara award-award begini settingan. Buat membuktikannya susah cuy, cukup dicermati saja. Meskipun konon berdasarkan penilaian—entah dari pihak mana, atau katanya diambil melalui vote, yang jelas polanya kelihatan, mana yang bakal mendapat penghargaan mana yang tidak.
Ketiga, mungkin satu-satunya televisi yang bisa mempromosikan program di dalam sebuah program berita dan masuk ke dalam salah satu kontennya, cuma RCTI. Televisi satu ini piawai menemukan celah promosi. Kendati wagu, pokoknya kalau masih bisa promo, hajar saja.
Termasuk di dalam konten berita selebritis. Ya deh, saya tahu berita selebritis itu cuma intrik, mengumbar sensasional, dan isinya gosip. Eits, tunggu dulu, siapa menyangka berita selebritis juga bisa jadi ajang promosi lho.
Coba saja kalian tanyakan pada RCTI, bagaimana bisa pertemuan sebuah tokoh fiktif, Andin dan Mama Rosa di “Ikatan Cinta” menjadi berita yang seolah-olah benar terjadi? Apalagi pembawa acaranya bernada serius dalam membacakan salah satu episode di sinetron “Ikatan Cinta” tersebut.
“Beralih dari berita duka yang menyelimuti artis X, kita beralih ke kabar bahagia dari Andin yang kini sudah bertemu dengan ibunda Aldebaran, Mama Rosa. Pertemuan itu pun justru membuat Mama Rosa dan Andien menangis, ada apa gerangan? (Bacanya pake nada presenter “Silet”)”
Ya, kalau orang nggak tahu dan nggak pernah nonton “Ikatan Cinta” bisa terkecoh dengan itu. Padahal itu cuma promosi, lah apa coba? Mumpung rating “Ikatan Cinta” sedang tinggi, sekalian saja dipromosikan dengan dibalut seolah itu berita sungguhan. Haishhh Ra mashoookkk!
Hambok yang normal-normal saja kalau mau promosi program. Ojo neko-neko. Kreatif boleh, tapi jangan sampe over-kreatif, malah wagu jadinya.
BACA JUGA Menghitung Kekayaan Aldebaran Suaminya Andin di ‘Ikatan Cinta’ dan tulisan Muhammad Arsyad lainnya.