Pengin tau cara mudah bikin orang Portugal marah? Gampang, sentil aja perkara Piala Dunia
Di era serba apa-apa mudah ini, cara membikin orang marah pun cenderung mudah. Nggak perlu banyak aksi apalagi yang sifatnya fisik, seperti memukul batu bata di kepala orang yang nggak dikenal, atau nggeber knalpot blombongan di pemukiman padat penduduk. Kita hanya tinggal berbeda dalam suatu sistem nilai tertentu, atau membawa ide baru yang lain dari kebanyakan orang, atau membicarakan hal-hal sensitif dari seseorang atau sekelompok orang sudah bisa orang lain meradang.
Termasuk melontarkan ujaran yang kesannya waton njeplak dapat mengubah hal yang kesannya candaan menjadi suatu yang serius. Dalam konteks hubungan internasional, bisa aja kita berujar suatu hal yang dapat membuat orang dari negara lain tersinggung, soal luka lama tentang konflik masa lalu atau perbedaan paham politis. Nah, bagi orang Portugal, sekurang-kurangnya ada dua celetukan dari seorang yang bukan Portugal yang dapat dengan mudah menyulut emosi mereka.
Bilang Messi lebih baik dari Ronaldo, akamsi paling dicintai di Portugal
Fanatisme atas Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo bisa dibilang tingkat lanjut. Fanatisme kepada mereka telah didoktrinasi secara turun-temurun oleh warga negara mereka berasal. Menurut warga Portugal, Ronaldo lah yang terbaik. Begitupun Argentina, Messi lah yang paling baik. Itu adalah sesuatu yang tak bisa ditawar. Bagi mereka, ini sudah menjadi norma yang mengikat.
Cara bersengketa paling mudah dengan orang Portugal adalah berselisih soal pemain terbaik. Tinggal bilang saja kepada mereka, “Messi adalah pemain terbaik di dunia”, pokoknya lebih mengagungkan Messi ketimbang Ronaldo. Itu pasti sudah membuat warga Portugal kebakaran jenggot. Ronaldo sudah jadi semacam aset paling berharga yang dimiliki negara Portugal. Pasti akan dilindungi harkat dan martabatnya oleh segenap warga dan tumpah darah Portugal.
Beredar viral di media sosial, ada seorang supir bus pariwisata di Portugal yang mengatakan kepada penumpangnya kalau mau perjalanannya mandali, mereka harus sepakat bahwa pemain terbaik di dunia adalah Ronaldo kalau tidak maka mereka akan disuruh untuk segera turun. Terdengar remeh tapi itulah bagian dari kecintaan dan menjaga nama baik Ronaldo. Coba saja ada wisatawan yang berani tidak sepakat, saya yakin tidak hanya di usir dari bus tersebut tapi juga segera akan dideportasi dari Portugal.
Bilang bahasa Portugis asalnya dari Brasil
Seperti diketahui bahwa di zaman jebot, Brasil adalah koloni Portugal, makanya sampai sekarang Brasil jadi berbahasa Portugis. Walaupun sama-sama berbahasa Portugis, bahasa Portugis di Portugal dan bahasa Portugis di Brasil ternyata berbeda. Bukan hanya berbeda dari segi dialek, tapi juga tata bahasa, pengucapan, serta penggunaan idiom yang berbeda pula. Ada istilah yang nggak dikenali atau nggak umum di Portugal tapi dipakai di Brasil. Bahkan katanya setiap hari ada aja istilah baru di bahasa Portugis Brasil. Menurut orang Brasil, bahasa Portugis Portugal terdengar seperti bahasa yang kuno.
Kalau ada yang bilang bahasa portugis yang asli dan benar itu yang dari Brasil sambil mentertawakannya, maka sudah hampir pasti orang Portugal akan murka. Kedengarannya memang hanya guyonan, tapi itu cukup untuk bikin orang Portugal tersinggung. Mereka akan membela diri dengan bilang “Bahasa Portugis yang asli ya dari Portugal bukan dari Brasil. Kalau bukan karena orang Portugal, orang Brasil tidak akan punya apa-apa”.
Orang Portugal merasa guyonan ini bukanlah suatu yang lucu untuk ditertawakan. Mereka akan marah bahkan langsung meninggalkan percakapan.
Apa yang bisa dipelajari dari hal di atas? Mudah saja, bahwa tiap orang punya titik didihnya masing-masing, dan terkadang, titik didih tersebut bisa jadi rata pada satu negara. Portugal titik didihnya pada Ronaldo, menaruh nanas pada pizza bisa bikin kalian dipukuli oleh orang Itali, atau kalian bisa jadi musuh satu negara ini jika bilang wayang asalnya dari Malaysia. Ya inilah uniknya dunia, ada titik kolektif untuk kemarahan.
Atau memang itulah sifat asli manusia, suka ngamuk bersama-sama.
Penulis: Rizqian Syah Ultsani
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Menempel Stiker Caleg di Rumah Warga Itu Cara Kampanye Problematik dan Nggak Kreatif!