Dengan segala dinamikanya, persyaratan dan deskripsi pekerjaan yang tercantum dalam suatu info lowongan pekerjaan, sudah disusun dengan rapi dan baik oleh para HRD sebelum akhirnya di-posting, disebar, atau diinformasikan ke banyak pihak. Beberapa poinnya dibuat berdasarkan kebutuhan dari suatu posisi yang dibutuhkan. Meski sulit dimungkiri, selalu saja ada persyaratan yang, isinya nyeleneh dan membikin para kandidat mbatin, “Ini maksudnya apa, sih?”
Baru-baru ini, misalnya. Sedang ramai info lowongan pekerjaan yang mencantumkan bahwa, beberapa disiplin ilmu/jurusan perkuliahan menjadi pengecualian untuk melamar di suatu posisi. Hal tersebut membuat khalayak menerka-nerka, “Memang apa yang salah dengan disiplin ilmu tersebut? Kok ada pernyataan, ‘Semua jurusan kecuali Filsafat, Perpustakaan, dan Kebidanan’?”
((SEMUA JURUSAN KECUALI FILSAFAT)) WKWKWKWK pic.twitter.com/vS9SoYsVWH
— Fara (@FaraFarucha) June 10, 2021
Padahal, mau bagaimana pun, mengirim lamaran untuk berbagai posisi kan haknya para kandidat. Mau apa pun latar belakang pendidikannya. Dan sudah menjadi tugasnya para HRD untuk memfilter, menyeleksi, atau melakukan screening dari banyaknya CV yang diterima secara langsung, melalui email, atau portal pencari pekerjaan.
Hal tersebut menjadi satu dari sekian banyak persyaratan yang membikin para pelamar kerja dengan disiplin ilmu tertentu nggak habis pikir. Nggak sedikit pula yang menyerah di awal, nggak jadi kirim lamaran, dan berpikir akan gagal jika memaksakan diri—padahal persyaratan lain, termasuk deskripsi pekerjaan, dan kemampuan yang dimiliki sangat cocok untuk posisi tersebut.
Disadari atau tidak, hal semacam itu malah akan menjadi boomerang bagi HRD dan perusahaan. Boleh jadi, pada titik tertentu, malah menyia-nyiakan kandidat yang punya potensi untuk mengisi suatu posisi.
Selain itu, ada satu persyaratan yang sampai dengan saat ini, masih sering dicantumkan oleh beberapa perusahaan saat menayangkan info lowongan pekerjaan. Yakni, “Kandidat harus berasal dari universitas ternama.”
Iya, saya paham. Di satu sisi, hal itu menjadi urusan dapur HRD atau suatu perusahaan. Namun, di sisi yang lain, perlu ada penjelasan. Mengapa persyaratan tersebut dicantumkan. Lantas, apakah pelamar kerja yang berasal dari universitas yang reputasinya biasa-biasa saja dan nggak memiliki nama mentereng tersisih begitu saja—serta kalah saing/tersisih sejak awal screening?
Tenang, tenang. Saya akan coba beri penjelasan dari sisi HRD dan bagaimana gambaran proses seleksinya. Bagi para pelamar kerja, harap jangan mangkel atau putus asa terlebih dahulu.
Realitasnya, suka atau tidak, tujuan HRD perusahaan mencantumkan syarat “berasal dari universitas ternama” memang untuk memudahkan screening tahap awal dari banyaknya CV yang masuk. FYI, untuk satu posisi yang dibutuhkan saja, sering kali HRD harus mengecek puluhan, ratusan, bahkan ribuan CV. Saya pun sudah terbiasa melakukan hal tersebut.
Hal lain yang perlu diketahui, syarat tersebut nggak melulu atas dasar inisiatif HRD. Ada kalanya permintaan langsung dari manajemen, klien, atau user. Asumsi yang menguap adalah, universitas ternama akan menghasilkan lulusan yang punya kemampuan dan wawasan di atas rata-rata. Juga karena adanya pride yang dijaga. Selain itu, dengan memiliki banyak karyawan dari universitas ternama, branding perusahaan akan menjadi lebih “wah”. Ya, semacam simbiosis mutualisme.
Lantas, pertanyaan intinya: apakah CV pelamar kerja yang berasal dari universitas non-unggulan akan tersisih dan diabaikan begitu saja?
Jawabannya: bisa iya, bisa juga tidak. Selain itu, saran saya, nggak perlu gentar selama kalian yakin dengan pengalaman atau kemampuan yang dimiliki. Tetap kirim lamaran melalui berbagai platform. Bahkan algoritma portal pencari kerja lebih mengutamakan kecocokan antara profil/pengalaman para pelamar kerja dengan lowongan pekerjaan yang di-posting.
Jadi, selama pengalaman kalian cocok dengan posisi yang dilamar, CV/profil kalian akan tampil pada halaman awal situs tersebut. Dengan begitu, HRD pun akan tetap mengecek profil kalian. Selama punya kemampuan yang dibutuhkan, meski bukan berasal dari universitas ternama, pada akhirnya, minimal akan dilirik dan jadi bahan pertimbangan juga.
Kendati demikian, nggak sedikit juga CV yang di-skip begitu saja jika tidak sesuai dengan kriteria yang dibutuhkan. Apalagi sudah jelas bahwa, pelamar kerja tidak berasal dari universitas ternama. Itu kenapa, untuk menarik perhatian HRD, hal tersebut bisa disiasati dengan berbagai cara, di antaranya: mencantumkan kemampuan yang dimiliki secara jelas dan lugas (bukan menggunakan persentase atau skala), atau melampirkan portofolio sebagai penegas dari kemampuan yang dimiliki.
BACA JUGA 3 Alasan Resign yang Sebaiknya Dihindari oleh Para Karyawan di Setiap Perusahaan dan artikel Seto Wicaksono lainnya.