Bagaimana jadinya kalau sebuah lowongan kerja memberikan syarat yang sangat personal dengan begitu blak-blakan? Menolak orang dengan zodiak tertentu, misalnya.
Setiap perusahaan punya ‘dapur’-nya masing-masing. Dalam dapur tersebut, sebagian bisa dan sah-sah saja diketahui oleh publik. Bahkan, tidak sedikit yang diinformasikan secara gamblang ke khalayak. Sebagian lainnya, harus dijaga baik-baik sebagai rahasia perusahaan—hanya staf internal atau manajemen saja yang mengetahui, orang lain atau publik nggak perlu tahu.
Dalam skala yang lebih kecil, ‘dapur’ yang dimaksud juga terdapat di beberapa divisi/bagian dalam suatu perusahaan. Salah satunya, tentu saja HRD. Alasannya, kembali lagi kepada asas confidential—wajib dirahasiakan dan ditutup rapat-rapat. Mengenai kesepakatan atau beberapa proses perekrutan, misalnya. Termasuk informasi syarat dalam iklan lowongan kerja. Tentu saja hal tersebut akan proporsional jika dijelaskan secara baik dan sesuai dengan kebutuhan profesional. Dibanding mencantumkan secara gamblang bahwa HRD atau perusahaan sedang mencari kandidat dengan kriteria yang terkesan personal dan sulit divalidasi. Misalnya saja, lebih menyukai atau menghindari pelamar dengan zodiak tertentu.
Dalam ruang lingkup pekerjaan, saya sudah terbiasa dengan informasi serupa. Memang, sulit dimungkiri bahwa sebagian HRD terkadang melibatkan subjektivitas atau persoalan personal saat melakukan proses seleksi karyawan. Hal ini yang harus dikontrol dengan baik. Sebab, mau bagaimanapun, seseorang wajib bekerja secara profesional dan meminimalisir sesuatu yang sangat personal.
Seperti yang menjadi sorotan pada beberapa waktu yang lewat di ranah Twitter, misalnya. Ada seseorang yang mengaku sedang mencari staf internship, tapi karena alasan personal: nggak menerima (kandidat yang berzodiak) gemini. Soalnya beberapa kali nggak cocok.
Jujur saja, saat membaca twit tersebut saya langsung mbatin, “Ini serius atau bercanda, sih?”
Oke. Terlepas dari pernyataan tersebut serius atau bercanda, saya akan coba bahas dari sudut pandang HRD. Sebetulnya, diperkenankan nggak, sih, menuliskan info lowongan kerja seperti itu?
Secara formal, semisal di platform tertentu atau portal pencari pekerjaan, rasanya terlalu riskan mencantumkan syarat lowongan kerja yang nyeleneh atau terlalu personal seperti zodiak. Apalagi, eksistensi portal pencari pekerjaan secara berkala tetap diawasi dan diatur oleh regulasi pemerintah setempat. Belum lagi oleh kompetitor perusahaan satu dengan lainnya. Jika dijadikan celah atau titik lemah, bisa ambyar se-ambyar-ambyar-nya ambyar.
Sedangkan dari sisi dan/atau situasi yang informal, hal tersebut bisa dan sah-sah saja dilakukan. Kemudian dimasukkan ke dalam salah satu bagian dari dapur perusahaan. Hanya saja, perlu digarisbawahi, apa yang menjadi dasar pemikiran tersebut. Kalau memang hampir selalu nggak cocok bekerja bersama seseorang dengan zodiak tertentu, jangan-jangan sampeyan yang kesulitan atau nggak mau mencoba untuk beradaptasi. Juga eksplor potensi dari para kandidat yang ikut seleksi.
Ya, masa sih mau menyia-nyiakan kandidat atau staf hanya berdasarkan zodiak? Kalaupun zodiaknya selain gemini, memangnya menjamin semua-muanya akan baik-baik saja? Nggak, kan? Nggak, dong.
Hal yang seperti ini, jika memang sangat ingin dilakukan, saran saya sebaiknya didiskusikan atau dilakukan di balik layar saja. Nggak perlu sampai diekspose di media sosial. Sebagai tambahan, kalau memang diniatkan hanya bercanda, biar nggak salah persepsi, boleh banget ditambahkan label “Ini hanya bercanda” atau “Jangan terlalu serius, ya. Nggak beneran, kok.” Dan sebangsanya.
Memang, hal seperti ini sulit dihindari di ruang lingkup profesional. Apalagi industri di era disruptif ini semakin berkembang. Dua yang saling berkaitan di antaranya, pelamar kerja yang berasal dari gen z (kelahiran tahun 1996-2015) dan komunikasi—termasuk penyusunan kalimat pada iklan lowongan pekerjaan—yang semakin casual. Nggak formal-formal amat tapi tetap sopan dan mengedepankan profesionalitas.
Di sisi yang lain, di zaman modern seperti sekarang ini, apalagi untuk seleksi karyawan, sudah ada alat tes baku yang lazim digunakan di banyak perusahaan untuk mengetahui gambaran kepribadian, tingkat kecerdasan, termasuk motivasi kerja, dan daya adaptasi dari para pelamar kerja dengan segala proses skoring sekaligus validasinya, lho. FYI, hasil tesnya bisa dijadikan screening awal atau pertimbangan sebelum para HRD, supervisi, atau manajemen dalam menerima karyawan. Lha, kalau tolok ukurnya zodiak validasinya gimana, Mylov?
Btw, menemukan kandidat yang sesuai dengan kualifikasi itu butuh effort, lho. Apalagi dengan ragam kemampuan yang dimiliki, baik softskill maupun hardskill. Sekalinya menemukan yang sesuai, terkadang ada kendala lain di luar dugaan. Masa kemumetan duniawinya mau ditambah lagi dengan embel-embel zodiak? Semisal ada kandidat yang cocok, kemampuannya bagus betul dan sesuai kebutuhan perusahaan, ditambah orangnya nggak neko-neko, hanya karena ketidakcocokan zodiak masa mau disia-siakan begitu saja, sih?
BACA JUGA Cara Menyiasati Syarat ‘Berasal dari Universitas Ternama’ pada Info Lowongan Pekerjaan dan artikel Seto Wicaksono lainnya.