Di Sukabumi, Jawa Barat, kerja di pabrik multinasional menjadi incaran para pencari kerja, terutama fresh graduate. Gimana nggak, kerja di pabrik jadi salah satu dari sedikit opsi pekerjaan yang gajinya UMK. Secara, di daerah saya ini, sulit sekali mendapat pekerjaan yang gajinya UMK, apalagi buat fresh graduate.
Masalahnya, di Sukabumi, jumlah lowongan pekerjaan dengan jumlah pencari kerja sangat jomplang. Buktinya, menurut Dinas Tenaga Kerja Kota Sukabumi, sepanjang tahun 2023 saja, dari 2.137 orang pencari kerja hanya 704 orang yang berhasil mendapat pekerjaan. Nah, di sinilah para calo loker pabrik bermain. Mereka memasang tarif tinggi dengan dalih “menolong”.
Sebenarnya saya nggak mempermasalahkan calo loker pabrik selama tarifnya masih wajar. Dan saya tidak sedang membenarkan keberadaan profesi calo. Tapi ya gimana, keadaan yang melahirkan calo loker karena tenaga kerja tidak terserap. Makanya, saya nggak mau mempermasalahkannya, selama tarifnya wajar. Kalau sudah memasang tarif di atas 10 juta rupiah ya kurang ajar.
Daftar Isi
Tarif calo loker di Sukabumi yang kurang ajar
Di Sukabumi, rata-rata tarif calo loker pabrik itu sekitar 10 juta untuk pekerja perempuan dan untuk laki-laki bisa lebih dari 12 juta. Bahkan ada yang sampai 20 juta! Kalau mendapat tawaran dapat kerja tapi membayar 7 juta saja itu termasuk murah.
Tarif segitu tentu terlalu mahal mengingat UMK Kabupaten Sukabumi yang nggak gede-gede amat, cuma Rp3.384.491. Belum lagi kena potong biaya kos, transport, dan biaya hidup zaman sekarang di mana harga bahan pokok konsisten naik. Taruhlah biaya kos Rp1.000.000, transport naik angkot pulang-pergi Rp300.000, biaya makan Rp1.000.000, token dan kuota internet Rp100.000, sisa gaji Rp984.491.
Berdasarkan perhitungan saya di atas, butuh waktu setidaknya 10 bulan supaya duit buat bayar calo sebesar 10 juta terbayar. Itupun dengan perhitungan biaya hidup yang amat sangat ditekan.
Kalau melamar kerja di pabrik melalui calo, biasanya mereka minta duitnya dulu bahkan sebelum ada panggilan buat interview, “Buat booking nama,” katanya. Syukur-syukur kalau iya dipanggil interview, kalau nggak? Lagian kalau sudah lolos interview saja, nggak menjamin lolos masa percobaan juga yang kerjanya cuma 3 bulan.
Siapa saja bisa menjadi calo loker pabrik
Nggak sedikit para pencari kerja di Sukabumi yang apes masih nganggur berbulan-bulan. Padahal mereka sudah bayar puluhan juta ke calo loker pabrik. Teman saya salah satunya.
Saat teman saya minta kejelasan, jawaban si calo selalu mengada-ada. Mulai dari data yang nggak sesuai, data nggak lengkap, dan alasan-alasan lain yang saya yakin cuma buat mengulur waktu saja.
Masalahnya, di Sukabumi, siapa saja bisa jadi calo loker pabrik. Mulai dari manajemen pabrik, pemerintah desa setempat, sampai sopir angkot (sebut saja mereka semua oknum).
Seorang sopir angkot pernah menawari saya kerja di salah satu pabrik multinasional di daerah Cikembar, Sukabumi. Dia mengaku bisa memasukkan saya dengan membayar 10 juta. Saat itu saya baru pulang dari kerja. Si sopir tahu kalau saya bukan pekerja pabrik. Nah, hal-hal kaya gini yang bikin calo loker pabrik pasang tarif tinggi.
Bayangin aja, agar nama saya lolos, si supir angkot pasti mempromosikan nama saya ke seseorang yang punya relasi dengan manajemen pabrik. Kemudian, secara estafet, nama saya dipromosikan ke berbagai lapisan pihak sampai akhirnya dinyatakan lulus oleh HRD. Perlu diingat, para pihak ini nggak mau promosiin nama secara cuma-cuma loh ya!
Sudah lumrah
Sayangnya, masyarakat Sukabumi sudah menganggap lumrah praktik ini. Membayar calo supaya bisa kerja di pabrik seakan jadi hal wajib. Bahkan para orang tua di kampung saya rela menyiapkan uang setelah anaknya lulus sekolah hanya untuk membayar calo loker pabrik.
Padahal, kalau dihitung-hitung, bayar calo loker pabrik lebih besar dari biaya sekolah itu sendiri. Nah, hal ini juga yang melanggengkan praktik calo loker pabrik di Sukabumi, karena ya ada aja konsumennya.
Secara tidak langsung, calo loker pabrik bikin angka pengangguran di Sukabumi tak kunjung turun. Ya gimana mau turun, orang niat kerja biar dapat duit karena nggak punya duit,eh, malah dipalak, ya otomatis yang nggak mampu mundur lagi, deh.
Penulis: Erida Widyasari
Editor: Yamadipati Seno
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.