Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Busur, Senjata Perang yang Jadi Sisi Gelap Kota Makassar

Utamy Ningsih oleh Utamy Ningsih
18 Oktober 2022
A A
Busur, Senjata Perang yang Jadi Sisi Gelap Kota Makassar

Busur, Senjata Perang yang Jadi Sisi Gelap Kota Makassar (Pixabay.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Satu wartawan terkena busur saat meliput perang kelompok. Demikian headline berita yang saya baca di sebuah media online Makassar beberapa hari yang lalu. Di Makassar, busur dan perang kelompok memang sudah menjadi dua hal yang tidak terpisahkan.

Sebagian dari kalian yang masih asing dengan busur dari Makassar, tentu akan merasa heran. Saya kasih tahu sedikit. Di Makassar, busur adalah anak panah itu sendiri. Bentuknya menyerupai anak panah pada umumnya, tetapi lebih sederhana.

Busur yang menjadi sisi gelap Kota Makassar (bahkan Sulawesi pada umumnya) biasanya terbuat dari besi cor, besi behel, terali motor, terali sepeda, ataupun paku ukuran 10 sentimeter. Benda berbahan besi tersebut kemudian dibentuk sedemikian rupa agar ujungnya runcing dan bagian lainnya bisa dikaitkan pada karet pelontar.

Yang digunakan sebagai pelontar adalah ketapel yang talinya terbuat dari karet—biasanya karet/tali kateter. Dari pengakuan salah satu tetangga saya yang sering ikut perang kelompok, karet/tali kateter tersebut biasanya direbus agar lebih elastis sehingga daya lontarnya lebih maksimal.

Terkadang, agar lebih mematikan, busur biasanya diberi racun yang terbuat dari isian batu baterai, air raksa, ataupun dari bangkai binatang seperti kodok. Busur yang menancap pada tubuh si kodok lantas dibiarkan selama mungkin. Setidaknya sampai bangkai si kodok membusuk atau mengering.

Masih dari cerita teman saya, katanya dalam hal melesatkan busur itu ada dua cara, pertama langsung dilesatkan ke sasaran dan yang kedua ditembakkan ke jalanan. Busur yang ditembakkan ke jalanan akan memantul lalu melesat tak tentu arah dengan daya yang cukup kuat.

Melihat mengerikannya dampak terkena busur, jangan heran jika seorang pemilik warung bisa langsung sangat ketakutan saat warungnya kedatangan perampok bersenjatakan “ketapel” seperti yang viral pada awal Agustus yang lalu. Ya, memang yang dipegang si perampok adalah ketapel, tetapi yang akan dilontarkan oleh si ketapel itu bukan batu atau mainan angry birds, melainkan busur. Bisa dibayangkan dong kalau benda tersebut menancap di jidat? Di Makassar, selain untuk perang kelompok, busur memang biasa dipakai sebagai senjata untuk aksi kejahatan.

Beberapa bulan belakangan, perang kelompok maupun aksi kejahatan jalanan yang menggunakan busur, beberapa kali mencuat. Berdasarkan berbagai sumber berita, sepanjang Januari-Juni ada 14 kasus aksi pembusuran yang terjadi di Makassar. Korbannya ada yang terluka, ada juga yang meninggal. Pada bulan Februari yang lalu, seorang bayi bahkan menjadi korban busur nyasar yang menancap tepat di pipinya. Bulan ini, setidaknya ada tiga kasus aksi pembusuran yang muncul di media.

Baca Juga:

Sop Saudara, Kuliner Makassar yang Namanya Bikin Salah Paham tapi Rasanya Bikin Ketagihan

Unhas Makassar Si Jago Kandang: di Indonesia Timur, Ia Juara, di Luar Itu, Bukan Siapa-siapa

Perang kelompok dan teror busur memang menjadi fenomena usang di Kota Makassar yang entah kapan akan berakhir. “Uniknya”, dua hal tersebut seperti tidak kenal waktu. Di bulan Ramadan yang begitu suci dengan limpahan berkah pun, dua aksi menakutkan itu tetap saja terjadi. Aktivitas yang tadinya sekadar nongkrong-nongkrong biasa, bisa berubah menjadi aksi saling patte’ busur.

Saya masih ingat betul, beberapa tahun lalu, saat ikut acara sahur on the road, seorang teman saya menjadi korban pembusuran oleh orang tak dikenal yang memang sengaja cari lawan untuk tawuran. Bahkan pada tahun ini, perang antarkelompok terjadi saat Lebaran, hingga memakan korban jiwa.

Di Makassar, pemicu perang antarkelompok memang bisa dari apa saja. Bahkan yang bersifat masalah pribadi seperti masalah asmara, bisa berakibat perang kelompok. Lebih uniknya lagi, perang antarkelompok dengan menggunakan busur bukan hanya bisa terjadi di jalanan umum ataupun di komplek perumahan. Di kampus-kampus pun, perang pakai busur juga banyak terjadi.

Dalam menanggulangi perang kelompok dan teror busur, pihak pemerintah kota dan pihak kepolisian setempat memang tidak tinggal diam. Salah satu bentuk kepedulian pada dua masalah tersebut adalah dengan membentuk sebuah ormas yang merangkul orang-orang yang sering terlibat dalam perang kelompok maupun aksi pembusuran di Makassar. Namun belakangan, ormas tersebut justru mendapat sorotan tajam dari warga(net) Kota Makassar. Alih-alih disambut baik, tidak sedikit warga(net) Kota Makassar yang justru meminta agar ormas tersebut dibubarkan saja.

Permintaan itu muncul setelah markas si ormas digerebek polisi lalu ditemukan senjata tajam (termasuk busur) di lokasi. Meski telah dijelaskan bahwa barang bukti tersebut adalah hasil sitaan anggota ormas yang memang akan diserahkan kepada pihak kepolisian, tetapi masyarakat tidak begitu saja percaya. Memang agak rumit kalau mau membahas tentang ormas itu. Kalau saya tuliskan, nantinya tulisan ini akan melebar ke mana-mana.

Intinya, perang kelompok dan teror busur di Makassar masih ada dan entah kapan perginya. Selama teriakan perang masih lantang terdengar, kedamaian rasanya masih jauh dari kenyataan.

Manusia, kerap mengaku sebagai makhluk paling berakal. Sayangnya, klaim tersebut kerap disampaikan sembari melakukan tindakan tak berakal. Perang, salah satunya.

Penulis: Utamy Ningsih
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA 6 Hal Terkait Makassar yang Kerap Disalahpahami

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.

Terakhir diperbarui pada 18 Oktober 2022 oleh

Tags: busurKriminalmakassarperang antarkelompoktawuran
Utamy Ningsih

Utamy Ningsih

Suka Membaca, Belajar Menulis.

ArtikelTerkait

Yamaha RX King: Awalnya Benci, Lama-lama Cinta Mati

Kenapa Yamaha RX King Identik dengan Pelaku Kriminal?

30 Juni 2023
Saraba, Minuman Khas Makassar yang Tak Gentar Melawan Zaman

Saraba, Minuman Khas Makassar yang Tak Gentar Melawan Zaman

25 September 2023
Surabaya Jauh Lebih Superior dari Semarang (Unsplash)

Semarang Boleh Lebih Superior Ketimbang Cikarang, tapi Masih Kalah Jauh Dibandingkan Surabaya

17 Juli 2023
Nonton Konser Dangdut ya Joget, Bukan Malah Tawuran, Dasar Norak!

Nonton Konser Dangdut ya Joget, Bukan Malah Tawuran, Dasar Kocak!

10 September 2023
Jalangkote, Kasta Tertinggi Gorengan Takjil di Makassar

Jalangkote, Kasta Tertinggi Gorengan Takjil di Makassar

15 Maret 2025
Nggak Tahu Ada Razia Nggak Akan Menyelamatkanmu dari Tilang makassar

Dear Pemkot Makassar, Jalan Sungai Saddang Baru Sebaiknya Dijadikan Satu Arah Saja

31 Juli 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Mahasiswa UIN Nggak Wajib Nyantri, tapi kalau Nggak Nyantri ya Kebangetan

Mahasiswa UIN Nggak Wajib Nyantri, tapi kalau Nggak Nyantri ya Kebangetan

30 November 2025
Tidak seperti Dahulu, Jalanan di Solo Kini Menyebalkan karena Semakin Banyak Pengendara Nggak Peka Mojok.co

Tidak seperti Dahulu, Jalanan di Solo Kini Menyebalkan karena Semakin Banyak Pengendara Nggak Peka

1 Desember 2025
Alasan Saya Bertahan dengan Mesin Cuci 2 Tabung di Tengah Gempuran Mesin Cuci yang Lebih Modern Mojok.co

Alasan Saya Bertahan dengan Mesin Cuci 2 Tabung di Tengah Gempuran Mesin Cuci yang Lebih Modern 

5 Desember 2025
Saya Pengguna Setia Transjakarta dan Setuju kalau Tarifnya Naik asal 4 Hal Ini Terpenuhi Mojok.co

Saya Pengguna Setia Transjakarta dan Setuju kalau Tarifnya Naik asal 4 Hal Ini Terpenuhi

29 November 2025
Menanti Gojek Tembus ke Desa Kami yang Sangat Pelosok (Unsplash)

“Gojek, Mengapa Tak Menyapa Jumantono? Apakah Kami Terlalu Pelosok untuk Dijangkau?” Begitulah Jeritan Perut Warga Jumantono

29 November 2025
Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

2 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.