Sudah bertahun-tahun saya naik Bus Murni Jaya Rute Pandeglang-Serang. Namun, saya tidak juga terbiasa dengan bus yang gemar ngebut itu. Saya masih saja takut dan berdoa sepanjang perjalanan.
Kalau ada pilihan transportasi umum lain yang lebih cepat dan murah, jelas saya akan memilihnya. Sayangnya, pilihan itu tidak ada. Transportasi umum lain kalah cepat dan menguras kantong.
Hari itu saya kembali menaiki bus Murni Jaya rute Pandeglang-Serang. Bus yang ugal-ugalan membuat ibu-ibu di sebelah tidak henti-hentinya mengucap kalimat-kalimat tauhid sepanjang perjalanan. Di bagian belakang, bapak-bapak berdebat soal kecepatan bus. Sementara penumpang yang tidak kebagian kursi terlihat mengencangkan pegangan sambil badang terombang-ambing menyesuaikan manuver bus.
Manusia yang masih menyayangi nyawanya jelas merasa takut dengan situasi itu. Apalagi track record kecelakaan di daerah selatan Pandeglang itu memang nggak bisa disepelekan. Melansir Antaranews.com, sepanjang tengah tahun 2023 terdapat 55 kasus kecelakaan dengan jumlah korban meninggal hingga 103 jiwa. Selain luas jalan yang tidak memadai dan rambu-rambu lalu lintas yang tidak layak, kebiasaan pengguna jalan menjadi salah satu sebab tingginya angka kecelakaan. Kebiasaan yang dimaksud salah satunya adalah sopir bus ugal-ugalan.
Bus Murni Jaya Pandeglang-Serang ugal-ugalan berebut penumpang
Akhirnya salah satu penumpang mengingatkan kondektur supaya bus lebih pelan dan berhati-hati. “Lalaunan bae sih, ja ges loba muatan. Inggis bisi kecelakaan”. Artinya kurang lebih, “Pelan-pelan saja, kan sudah banyak penumpang. Takut kecelakaan”.
Akan tetapi, kondektur bus justru mengabaikan saran itu dengan nada kesal. Dia memberi tahu penumpang kalau mobil di belakang sudah dekat dan saat ini sedang banyak penumpang. Mobil yang dimaksud oleh kondektur adalah bus yang sama-sama sedang berpacu menjemput para penumpang, menjemput rezeki.
Seperti bus umum ekonomi lainnya, bus Murni Jaya punya sistem waktu sendiri dalam mengatur perjalanan. Satu bus dengan bus lain punya rentang keberangkatan kurang lebih 15 menit. Sementara semakin ke sini, jumlah penumpang kian sedikit. Mau tidak mau, bus-bus itu saling berebut penumpang dengan memacu kendaraan sekencang-kencangnya.
Baca halaman selanjutnya: Sementara itu, demi mendapat …
Sementara itu, demi mendapat penumpang sebanyak-banyaknya, kondektur bus Murni Jaya biasanya menata penumpang di dalam bus sedemikian rupa sehingga selalu ada ruang untuk penumpang yang baru naik. Kerap kali bus sudah kebanyakan penumpang sehingga bus tampak berat dan penumpang tidak nyaman.
Tidak ada alternatif lain
Seperti yang sudah disinggung di awal tulisan, kalau ada alternatif transportasi publik lain jelas saya akan memilihnya. Sayangnya, memang tidak ada alternatif transportasi memadai lain, sehingga saya dan warga Banten terpaksa bertaruh nyawa untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain.
Transportasi publik yang aman dan nyaman adalah hak warga. Namun, kami tidak pernah mendapatkannya. Selama ini warga harus bergelut dengan fasilitas umum yang tidak ideal, mulai dari armada bus yang tidak layak maupun infrastruktur jalan yang berlubang. Kombo yang benar-benar mengancam nyawa.
Pemerintah setempat perlu segera memperbaiki transportasi publik supaya lebih memadai. Mulai dari menindak tegas perusahaan bus yang menyediakan armada alakadarnya hingga sopir bus ugal-ugalan. Tidak cukup hanya itu, demi menjamin keamanan pengguna jalan, jalan-jalan berlubang dan rambu-rambu lalu lintas perlu juga diperbaiki.
Penulis: M. Jia ulhaq
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA Jalan Nasional Jombang yang Nggak Keurus Jadi Mimpi Buruk Pengendara
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.