Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Burjo di Solo Adalah Culture Shock Pertama Saya

Dicky Setyawan oleh Dicky Setyawan
30 Juli 2020
A A
Boleh Diadu, Burjo UMS Lebih Unggul Ketimbang Burjo di UNS terminal mojok.co

Boleh Diadu, Burjo UMS Lebih Unggul Ketimbang Burjo di UNS terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Yang namanya perantau, lumrah jika kena culture shock. Tak terkecuali saya, meski merantaunya cuma beda nyeberang kabupaten, dari Boyolali ke Solo, dua-duanya masih satu provinsi Jawa Tengah.

Nyeberang satu jam perjalanan bermodal seliter bensin, saya pikir nggak bakalan lah saya menemukan banyak perbedaan. Mentok, paling teman kuliah yang beragam. Kenyataannya, saya lebih dulu ketemu aa burjo ketimbang teman lintas daerah.

Burjo di Solo menjadi culture shock pertama saya.

Tidak seperti namanya, warung yang dipanggil burjo di Solo itu tidak mesti jualan burjo (bubur kacang ijo). Singkat cerita, pada makan siang pertama sebagai anak kos, saya datang ke burjo membeli nasi sarden dengan sambal merah. Setelah menyelesaikan lunch, tentu saja saya harus membayar.

“Pun, Mas, nasi sarden setunggal kalih es teh, pinten?” kata saya dalam bahasa Jawa karma.

Bayangkan raut wajah aa burjo ini gimana. Si Aa menimpali sambil menyapa saya dengan panggilan “A’”, seolah mau bilang, “Aku nggak ngerti tadi kamu ngomong apa.” Aw malu banget.

Jadi begitulah. Bayangan bahwa anak Boyolali nggak mungkin culture shock di Solo, langsung terbantahkan di hari pertama saya jadi anak kos. Semenjak saat itu, saya membiasakan diri memakai “Aa’” ke pelayan burjo.

Setelah itu, saya menyadari ada yang beda dengan masakan burjo ini. Terutama nasinya. Meskipun saya sendiri masuk golongan penyuka nasi pulen, tapi pulen di burjo ini pulennya pulen. Konsisten lagi. Beda halnya kalau saya makan di warteg atau pokwe yang kadang pulen, kadang ngrembul.

Baca Juga:

Setup Makaroni: Kuliner Khas Solo tapi Banyak Orang Solo Malah Nggak Tahu

3 Kebiasaan Pengendara Motor di Solo yang Dibenci Banyak Orang

Ditambah sambelnya itu loh. Bagi orang yang terbiasa makanan manis ala Solo seperti saya, sambel burjo kelewat pedas. Hingga hari ini pun saya selalu menyisakan sambel di piring setiap makan di burjo, bikin saya khawatir sambelnya nangis seperti orang tua dulu bilang.

Seringnya makan di burjo juga membuat kuping terbiasa dengan playlist lagu Sunda dan Cirebonan, menyelingi aa burjo yang juga mencoba beradaptasi dengan lagu-lagu koplo Jawa. Tentu aneh bagi telinga saya yang kental dengan lagu-lagu Jawa ini. Sekalipun bukan koplo garis keras, tetangga saya baru bangun tidur saja sudah mencekoki tetangganya dengan lagu koplo. Itu saya rasakan hampir seumur hidup sebelum aa burjo menyerang dengan playlist-nya.

Menariknya, culture shock dengan burjo ini dirasakan pula oleh mahasiswa dari barat, alias orang Sunda dan Jakarta. Di sana mereka lebih mengenal burjo sebagai warkop. Sebutan burjo sendiri memang lebih populer di Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur. Jadinya, sering salah paham ketika orang baru mendapat ajakan makan di burjo, di pikiran mereka mungkin mengira orang Jawa ini maniak bubur kacang ijo.

Tapi, saya harus berterima kasih pada burjo dan semua aa dan tetehnya. Merekalah penumpas lapar di tengah malam-malam sepi anak kos. Yang bahkan tugas ini tidak bisa dilakukan penduduk aslinya. Sekalipun hik atau angkringan buka sampai subuh, paling tinggal remukan gorengan di tengah malam. Dari burjolah saya memulai petualangan mengenal keberagaman masyarakat sejak keluar dari kampung halaman.

Sumber gambar: Syifa Ul Husna, Flickr

BACA JUGA Melihat Pertanda Kiamat dari Keberadaan Warung Burjo dan tulisan Dicky Setyawan lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 30 Juli 2020 oleh

Tags: burjoculture shocksolo
Dicky Setyawan

Dicky Setyawan

Pemuda asal Boyolali. Suka menulis dan suka teh kampul.

ArtikelTerkait

Culture Shock Saya Sebagai Orang Kota Jakarta yang Pindah ke Kampung: Apa-apa Murah, tapi Jadi Orang Nggak Enakan

Culture Shock Saya Sebagai Orang Kota Jakarta yang Pindah ke Kampung: Apa-apa Murah, tapi Jadi Orang Nggak Enakan

11 Juli 2024
The Park Solo, Mall Terbaik yang Pernah Saya Kunjungi (Unsplash)

4 Daya Tarik The Park Solo yang Membuat Orang Betah dan Ingin Kembali Berkunjung

5 April 2025
5 Hal yang Lumrah di UNS, tapi Nggak Wajar di Kampus Lain Mojok.co

5 Hal yang Lumrah di UNS, tapi Nggak Wajar di Kampus Lain

3 September 2025
Solo Punya Segalanya, tapi Masih Kalah Pamor sama Jogja

Solo Punya Segalanya, tapi Masih Kalah Pamor sama Jogja

8 Agustus 2025
olahan daging anjing di solo

Daging Anjing, Kuliner yang Sebaiknya Tidak Anda Coba di Solo

18 Oktober 2021
Terpeleset Rel Kereta Api di Jalan Slamet Riyadi Solo, Bahaya Tersembunyi yang Jarang Disadari Pendatang Mojok.co

Terpeleset Rel Kereta Api di Jalan Slamet Riyadi Solo, Bahaya Tersembunyi yang Jarang Disadari Pendatang 

29 Mei 2025
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

3 Kebiasaan Pengendara Motor di Solo yang Dibenci Banyak Orang

3 Kebiasaan Pengendara Motor di Solo yang Dibenci Banyak Orang

16 Desember 2025
Isuzu Panther, Mobil Paling Kuat di Indonesia, Contoh Nyata Otot Kawang Tulang Vibranium

Isuzu Panther, Raja Diesel yang Masih Dicari Sampai Sekarang

19 Desember 2025
UNU Purwokerto, Kampus Swasta yang Sudah Berdiri Lumayan Lama, tapi Masih Nggak Terkenal

UNU Purwokerto, Kampus Swasta yang Sudah Berdiri Lumayan Lama, tapi Masih Nggak Terkenal

15 Desember 2025
Niat Hati Beli Mobil Honda Civic Genio buat Nostalgia, Malah Berujung Sengsara

Kenangan Civic Genio 1992, Mobil Pertama yang Datang di Waktu Tepat, Pergi di Waktu Sulit

15 Desember 2025
Gak Daftar, Saldo Dipotong, Tiba-tiba Jadi Nasabah BRI Life Stres! (Unsplash)

Kaget dan Stres ketika Tiba-tiba Jadi Nasabah BRI Life, Padahal Saya Nggak Pernah Mendaftar

21 Desember 2025
Kerja Dekat Monas Jakarta Nggak Selalu Enak, Akses Mudah tapi Sering Ada Demo yang Bikin Lalu Lintas Kacau

Kerja Dekat Monas Jakarta Nggak Selalu Enak, Akses Mudah tapi Sering Ada Demo yang Bikin Lalu Lintas Kacau

17 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Slipknot hingga Metallica Menemani Latihan Memanah hingga Menyabet Medali Emas Panahan
  • Nyaris Menyerah karena Tremor dan Jantung Lemah, Temukan Semangat Hidup dan Jadi Inspirasi berkat Panahan
  • Kartu Pos Sejak 1890-an Jadi Saksi Sejarah Perjalanan Kota Semarang
  • Ketika Rumah Tak Lagi Ramah dan Orang Tua Hilang “Ditelan Layar HP”, Lahir Generasi Cemas
  • UGM Dorong Kewirausahaan dan Riset Kehalalan Produk, Jadikan Kemandirian sebagai Pilar
  • Liburan Nataru di Solo Safari: Ada “Safari Christmas Joy” yang Bakal Manjakan Pengunjung dengan Beragam Sensasi

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.