Kabar bahwa Lays, Cheetos, dan Doritos akan berhenti diproduksi di Indonesia mulai Agustus 2021 membuat banyak pecinta makanan ringan patah hati. Bagaimana tidak? Tiga camilan tersebut selama ini telah menemani waktu rebahan dan teman perjalanan kita. Jika kemudian berhenti diproduksi, ke mana selanjutnya hasrat nyemil ini harus berlabuh? Masa ke Pringles? Mahal, Hyung~
Padahal, daripada Lays dan teman-temannya, (mohon maaf) ada tiga makanan ringan lain yang menurut saya lebih pas untuk say goodbye. Berikut di antaranya.
#1 Monde Serena Snack Gold
Cracker beras ini pernah jadi favorit saya di masa kecil. Namun, berhubung kala itu harganya mahal, tentu nggak bisa beli sering-sering. Palingan saya bisa beli pas habis lebaran. Pasalnya, hanya di waktu itu bocah-bocah mendadak sultan hasil dapat THR dari sana-sini.
Sayangnya, Serena sekarang bukanlah Serena yang dulu saya puja-puja. Ia berubah, sudah tak seenak dulu. Persis seperti Vienetta. Perubahan Monde Serena Snack Gold ini terletak pada bumbunya yang lebih sedikit. Padahal biasanya, bumbu pada tiap keping cracker-nya tumpah ruah sampai ke jari-jari. Membuat jari-jari saya jadi terasa enak untuk dijilat.
Namun, sekarang? Ah. Jauh panggang dari api. Di satu keping cracker kadang malah ada yang tidak terselimuti bumbu dengan baik. Ternyata bukan hanya cinta yang bisa berubah. Rasa camilan pun bisa berubah seiring putaran waktu.
Mungkin Serena lelah menjadi camilan yang kaya bumbu. Mungkin ia sedang dalam proses hijrah menjadi camilan yang mencerdaskan bangsa dengan mengurangi kadar micin dalam tiap kepingnya. Ta-tapi, kan~
Beruntung, Monde Serena yang varian spicy masih kaya akan bumbu. Akan tetapi, tetap saja, perubahan rasa dalam sebuah snack yang legendaries adalah bentuk pengkhianatan. Sudahlah. Intinya Serena yang sekarang beda dengan yang dulu. Say goodbye aja udah.
#2 Sosis So Nice
Sosis So Nice juga termasuk camilan yang seharusnya dipertimbangkan untuk say goodbye. Ini bukan soal rasa ataupun karena kaitnya yang bikin senewen karena susah banget dibuka. Sampai-sampai seorang Agus Mulyadi pernah membuat tulisan tentang betapa bahagianya dia bisa membuka kait di sosis So Nice yang terkenal kenceng banget itu.
Alasan utama mengapa menurut saya sosis So Nice harus berhenti berproduksi karena faktor iklannya. Ya, iklannya. Kalian tau sendiri, kan, bagaimana iklan sosis So Nice di TV sekarang? Iklan dengan konsep lucu-lucuan yang sialnya nggak lucu blas. Please, jangan bilang kalau cuma saya satu-satunya orang di semesta ini yang kesel sama iklan So Nice!
Paling tidak, dengan dihentikannya proses produksi sosis So Nice, berkurang satu iklan pekok di TV.
#3 Kinder Joy
Keberadaan Kinder Joy memang sesuatu yang meresahkan. Pesona wadahnya yang bulat telur itu memang terbukti mampu membius bocah-bocah. Apalagi, penempatannya sangat strategis, dekat dengan kasir. Duh. Ngajak gelut banget emang.
Maka, sudah sepatutnya keresahan yang ditimbulkan oleh jajan endog-endogan ini dihentikan. Biarkan kami melenggang ke kasir dengan perasaan tenang tanpa perlu khawatir diintimidasi oleh rengekan para bocil yang menuntut memasukkan Kinder Joy dalam keranjang belanjaan. Ya, kecuali Kinder Joy mau dengan senang hati menurunkan harga.
Begitulah. Camilan meskipun punya nama lain ‘makanan ringan’, ternyata dampaknya tidak ringan. Kita merasa kehilangan ketika ada yang pamit, merasa dikhianati ketika rasanya berubah, dan perasaan-perasaan sentimentil lain yang kerap hadir tentangnya.
Maka, jika Jogja adalah hasil romantisasi para musisi, camilan adalah hasil romantisasi para pecinta micin.
BACA JUGA Wawancara dengan Cheetos Jagung Bakar, Sumber Micin yang Sebentar Lagi Punah dan artikel Dyan Arfiana Ayu Puspita lainnya.