Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Gaya Hidup

Sisi Gelap Budaya Rewang di Hajatan Desa yang Nggak Banyak Orang Tahu  

Siti Halwah oleh Siti Halwah
29 Oktober 2024
A A
Sisi Gelap Budaya Rewang di Hajatan Desa yang Nggak Banyak Orang Tahu Mojok.co

Sisi Gelap Budaya Rewang di Hajatan Desa yang Nggak Banyak Orang Tahu (desatepus.gunungkidulkab.go.id)

Share on FacebookShare on Twitter

Beberapa minggu lalu, keluarga saya baru saja melaksanakan hajatan besar pernikahan. Berhubung orang-orang desa di Madura jarang pakai jasa wedding organizer, maka kegiatan krusial seperti memasak dikerjakan oleh ibu-ibu tetangga sekitar. Budaya semacam ini wajar di Madura, biasanya disebut sebagai rewang.

Di Madura, hajatan besar seperti pernikahan biasanya butuh rewang dengan durasi waktu lumayan lama, bisa 3-4 hari sebelum hari-H. Selama kegiatan rewang tersebut, para ibu-ibu tetangga bergotong-royong membantu si empunya hajatan. Mulai dari segi konsumsi, urusan mencuci piring, hingga membantu menyambut tamu-tamu yang berdatangan. Sungguh sebuah potret hidup rukun nan damai di desa seperti yang sering dibaca di buku-buku dongeng.

Sayangnya, setelah merasakan sendiri seperti apa hajatan besar dengan dibantu rewang para tetangga, saya jadi menyadari bahwa budaya rewang ini memiliki sisi-sisi gelap yang nggak banyak orang tahu. Mungkin setiap daerah memiliki budaya berbeda, namun di daerah saya hal-hal menyebalkan tentang budaya rewang ini banyak sekali terjadi.

#1 Budaya rewang ajang bergosip tentang si empunya hajatan

Salah satu hal yang pasti akan selalu ada dalam edisi kumpul-kumpul tentunya adalah kegiatan bergosip, termasuk dalam budaya rewang ini. Orang-orang yang rewang dan duduk berkelompok mengerjakan sesuatu, biasanya pasti akan dibumbui dengan gosip. Entah saat sedang mencuci beras, menanak nasi, ataupun mengupas bawang. Pokoknya, pasti disisipi dengan bergosip.

Saya sebenarnya sih nggak masalah, toh itu urusan mereka masing-masing. Pasti juga capek kalau harus mengupas bawang atau mencuci beras terus-menerus tanpa ada kegiatan bertukar informasi. Mungkin semacam kurang greget kali, ya?

Namun yang menjadi masalah tentu saja kalau bahan gosipnya justru yang punya hajatan. Bayangkan, sebagai si empunya hajatan di tengah huru-hara acara berlangsung dan tamu-tamu yang berdatangan, ia malah dipelototin sambil dirumpiin. Apa nggak keki? Saya sih, sebel banget jadinya.

Padahal, kalau mau ngegosip tentang hajatan yang sedang berlangsung tuh, mereka bisa loh menunggu satu atau dua hari gitu. Menunggu sampai acara rampung dan selesai, baru habis itu boleh dijadikan bahan gosip. Kalau perlu, saya mau gelar evaluasi pra acara seperti kegiatan evaluasi di organisasi kampus seusai kegiatan bersama. Biar para perewang ini bisa menyampaikan uneg-uneg atau memberikan saran untuk kebaikan hajatan-hajatan selanjutnya.

Bukan malah bergosip sewaktu acara sedang berlangsung dan saat si tuan rumah sedang sibuk. Jadinya, kan malah bikin gagal fokus dan bete sekaligus.

Baca Juga:

Alasan Belanja di Matahari Mall Tak Cocok bagi Warga Bangkalan Madura

Sederet Keanehan di Balik Bus Trans Bangkalan yang Telah Berhenti Beroperasi

#2 Ambil lauk pauk untuk dibawa pulang tanpa izin empunya hajatan

Di daerah saya, selain sebagai bentuk gotong-royong, budaya rewang ini juga termasuk bisnis jasa. Ada orang-orang yang dibayar mahal untuk melakukan tugasnya. Namun, pada prakteknya si empunya hajatan selain bayar mahal juga seringnya malah tekor.

Lho, kok bisa? Hal ini berkaitan dengan bagian konsumsi. Kalau ada hajatan, sudah pasti lauk-pauk yang dimasak seringnya dalam jumlah besar karena untuk menjamu tamu-tamu yang berdatangan. Namun praktiknya, saat acara sedang berlangsung atau sudah hampir selesai, para perewang ini seringnya bungkus-bungkusin makanan untuk dibawa pulang. Tentunya hal ini tanpa sepengetahuan si empunya acara.

Kalau hanya satu-dua orang yang melakukan hal tersebut sih, masih bisa dimaklumi. Pasti masih ada sisa lauk untuk keluarga besar si empunya hajatan. Sayangnya, yang punya niat dan melakukan aktivitas seperti itu bisa 10-15 orang sekaligus. Apa nggak tekor tuh, si tuan rumah? Lauk pauk yang harusnya disajikan untuk para tamu atau dimakan keluarga besar saat acara sudah selesai nanti, justru malah seringnya habis duluan sebelum acara berakhir.

Hal ini tentunya bikin si tuan rumah malu!

#3 Para perewang suka mengatur jalannya acara, bahkan kalau perlu mengubahnya 

Salah satu hal menyebalkan yang sering dilakukan oleh mereka yang rewang di hajatan adalah merasa memiliki kuasa untuk mengatur dan mengubah jalannya acara, bahkan meski tanpa disetujui oleh si empunya hajatan.

Para perewang suka sekali menambah-nambah kebutuhan yang sebenarnya itu kurang penting atau malah bisa ditutupi dengan hal-hal lain. Contohnya di rumah saya, saat acara sedang berlangsung, para perewang menemui ibu saya dan minta ibu saya untuk belanja daging 3kg lagi. Iya, permintaan ini datang saat acara sedang berlangsung dan pengantin bersiap duduk di pelaminan.

Padahal, kapasitas lauk-pauk masih cukup banyak, yaitu tersisa daging lapis dan daging bumbu Bali dua wajan besar, hanya saja para perewang tadi beralasan bahwa itu nggak akan cukup—alasannya tentu saja kembali pada poin nomor 2. Untungnya sih ibu saya menolak ide konyol tadi dan meminta para perewang mencukupkan lauknya dengan yang tersisa saja.

Memang sih, budaya rewang itu baik dan merupakan bentuk semangat gotong-royong secara nyata. Namun, semua hal di dunia ini tentunya memiliki dua sisi, kan? Sisi baik dan buruknya. Begitu juga dengan budaya rewang ini.

Jujur saja, setelah hajatan besar di rumah dan melihat sendiri budaya rewang ini berlangsung, saya kok rasanya ingin sewa jasa wedding organizer dan katering saja, ya? Hehe.

Penulis: Siti Halwah
Editor: Kenia Intan

BACA JUGA Bagi Saya, Budaya “Yok-Ayok” di Madura Saat Melayat Orang Meninggal Sangat Meresahkan. Mending Dihilangkan karena Sudah Kebablasan

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 29 Oktober 2024 oleh

Tags: budaya maduraBudaya RewangHajatanmadurarewang
Siti Halwah

Siti Halwah

menulis untuk eksis

ArtikelTerkait

Percayalah, Berjalan di Atas Air Lebih Mudah daripada Menyatukan Surabaya dan Madura Menjadi Satu Provinsi

Percayalah, Berjalan di Atas Air Lebih Mudah daripada Menyatukan Surabaya dan Madura Menjadi Satu Provinsi

8 Maret 2024
Biskuit Roma Kelapa, Biskuit Legendaris yang Jadi Oleh-oleh Hajatan di Jawa Tengah

Biskuit Roma Kelapa, Biskuit Legendaris yang Jadi Oleh-oleh Hajatan di Jawa Tengah

19 Oktober 2023
Tempat Wisata Sumenep Madura Memang Indah, tapi Jangan Berekspektasi Terlalu Tinggi Mojok.co

Tempat Wisata Sumenep Madura Memang Indah, tapi Jangan Pasang Ekspektasi Terlalu Tinggi

4 Januari 2024
Undang DJ Saat Hajatan di Sumatera Selatan: Keluarga Dapat Nama, Tetangga Dapat Getahnya

Undang DJ Saat Hajatan di Sumatera Selatan: Keluarga Dapat Nama, Tetangga Dapat Getahnya

22 April 2024
Jalan Raya Telang UTM, Jalan Seribu Kafe di Bangkalan Madura

Jalan Raya Telang UTM, Jalan Seribu Kafe di Bangkalan Madura

12 Februari 2024
Bakso Cak Mali, Kasta Tertinggi Kuliner di Pasar Labang Madura Mojok.co

Bakso Cak Mali, Kasta Kuliner Tertinggi di Pasar Labang Madura

8 Juni 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Garut Bukan Cuma Dodol, tapi Juga Tempat Pelarian Hati dan Ruang Terbaik untuk Menyendiri

Garut Itu Luas, Malu Sama Julukan Swiss Van Java kalau Hotel Cuma Numpuk di Cipanas

23 Desember 2025
Banyuwangi: Ditinggal Ngangeni, Ditunggui Bikin Sakit Hati

Banyuwangi: Ditinggal Ngangeni, Ditunggui Bikin Sakit Hati

20 Desember 2025
Nggak Punya QRIS, Nenek Dituduh Nggak Mau Bayar Roti (Unsplash)

Rasanya Sangat Sedih ketika Nenek Saya Dituduh Nggak Mau Bayar Roti Terkenal karena Nggak Bisa Pakai QRIS

21 Desember 2025
Nestapa Tinggal di Kendal: Saat Kemarau Kepanasan, Saat Hujan Kebanjiran

Nestapa Tinggal di Kendal: Saat Kemarau Kepanasan, Saat Hujan Kebanjiran

22 Desember 2025
Harga Nuthuk di Jogja Saat Liburan Bukan Hanya Milik Wisatawan, Warga Lokal pun Kena Getahnya

Harga Nuthuk di Jogja Saat Liburan Bukan Hanya Milik Wisatawan, Warga Lokal pun Kena Getahnya

21 Desember 2025
Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi (Unsplash)

Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi: Menolong Ribuan Perantau, tapi Menyengsarakan Warga Sendiri

22 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa
  • Sempat “Ngangong” Saat Pertama Kali Nonton Olahraga Panahan, Ternyata Punya Teropong Sepenting Itu
  • Pantai Bama Baluran Situbondo: Indah tapi Waswas Gangguan Monyet Nakal, Itu karena Ulah Wisatawan Sendiri

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.