Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Buat Apa Ada Pemain Naturalisasi Selama Masih Ada Pemain Lokal?

Aditya Mahyudi oleh Aditya Mahyudi
11 September 2019
A A
naturalisasi

naturalisasi

Share on FacebookShare on Twitter

Pada Ajang Kualifikasi Piala Dunia 2022, terdapat pertandingan yang sangat ditunggu-tunggu dan sudah lama dinantikan oleh seluruh pecinta Sepakbola di seluruh dunia. Apalagi kalau bukan menyaksikan Pertandingan Indonesia vs Malaysia yang konon disebut sebagai pertandingan terpanas sepanjang sejarah?

Sekalipun dibilang laga klasik, setidaknya menyaksikan Indonesia vs Malaysia pantang untuk dilewatkan. Soalnya pertandingan ini tidak hanya identik dengan budaya serumpun saja melainkan sama-sama menghadirkan fenomena baru yaitu keterlibatan wajah naturalisasi pada masing-masing kedua tim. Bedanya, Indonesia sudah melakukannya terlebih dahulu di ajang AFF 2010, sebelum Malaysia yang mengaku pernah mendeklarasikan dirinya sebagai Tim Anti Naturalisasi meskipun akhirnya mereka mulai latah juga sama tren naturalisasi tanpa disadari.

Yang jelas, keberadaan pemain naturalisasi seakan menjadi fenomena baru di jagat persepakbolaan dunia. Selain memimpikan tim nasional agar lebih berwarna, keberadaan pemain berwajah asing bermanfaat untuk memenuhi seluruh kuota pemain yang ada tanpa perlu bersusah payah untuk mencarinya sampai ke luar negeri.

Apalagi di zaman sekarang mencari pemain naturalisasi saja cukup dengan menekan tombol Google saja yaitu tinggal mencari asal-usul keluarganya lalu melakukan tes DNA dulu untuk dibuktikan kebenarannya. Istilahnya, tim bernafaskan naturalisasi itu bagaikan Tim Instan yang muncul dalam sekejap saja. Selain itu, ciri-ciri seperti pertalian hubungan darah, menguasai bahasa lokal dengan ingatan seadanya, bayaran yang tinggi, setia pada negara, serta ditambah skill luar biasa adalah alasan kuat mengapa program naturalisasi sangat dibutuhkan hingga saat ini.

Mengenai naturalisasi, langkah ini mulai diterapkan oleh Timnas Argentina yang diklaim sebagai tim pertama dengan jasa pemain Timnas berwajah asing atau oriundi. Pada awalnya gagasan naturalisasi ala Timnas Argentina dipandang sebelah mata karena dianggap sebagai ide konyol belaka. Sehingga keberadaan naturalisasi seolah-olah ketergantungan dengan pemain asing lebih tinggi daripada mengagungkan pemain lokal yang justru tidak kalah bagusnya dalam mengocek si kulit bundar.

Berkat kerja keras, Timnas Argentina tanpa disangka-sangka berhasil melaju ke partai Puncak Piala Dunia dengan status tak terkalahkan walaupun pada akhirnya menemui kekalahan saat berhadapan dengan Timnas Uruguay dengan mengandalkan talenta pemain lokal. Tidak berhenti sampai di situ, Timnas Prancis yang dijuluki sebagai Tim sejuta imigran mulai mencuat di permukaan publik.  Keberhasilan meraih gelar Juara Piala Dunia untuk kedua kalinya selama 20 tahun terakhir menjadi bukti kesuksesan peran pemain-pemain naturalisasi di dalamnya yang sudah dianggap sebagai Keluarga sendiri. Tanpa peran mereka, mungkin Timnas Prancis tidak akan sanggup bertanding di partai puncak apalagi sampai mengangkat trofi segala. Lebih parahnya lagi, mereka nyaris melupakan Mimpi Piala Dunia sejenak hanya karena kekurangan pemain berkualitas.

Dari cerita keberhasilan program naturalisasi di atas, kita bisa membayangkan bagaimana kesebelasan Tim Nasional suatu saat bakal dipenuhi oleh pemain berwajah asing di  masa mendatang.  Apalagi pemain lokal yang diharapkan sebagai tumpuan di Tim Nasional perlahan-lahan mulai tergusur perannya oleh pemain berwajah asing sehingga cenderung terlupakan dan justru membuat pemain lokal diperlakukan seperti pemain yang biasa-biasa saja alias tidak memiliki keistimewaan di mata penggemar Sepak Bola layaknya Lionel Messi. Mendengar sindiran dari penggemar saja sudah membuat hati anda miris bukan?

Supaya tidak ada rasa kecemburuan tinggi, pemain lokal sebaiknya tidak perlu minder kalau diajak berkolaborasi dengan pemain naturalisasi. Meskipun secara perawakannya berbeda 180 derajat, kita tidak boleh mengaku lebih unggul dari mereka ataupun sebaliknya. Meskipun prosesnya terbilang sulit, pemain lokal suatu saat nanti akan terbiasa dan sesekali akrab dengan pemain naturalisasi agar bisa menciptakan kerjasama yang solid dan kompak demi mengharumkan nama bangsa.

Baca Juga:

Manajemen Tolol Penyebab PSS Sleman Degradasi dan Sudah Sepatutnya Mereka Bertanggung Jawab!

Olahraga Lari Adalah Olahraga yang Lebih “Drama” ketimbang Sepak Bola

Buktinya saja Timnas Indonesia terbilang sukses saat memakai jasa pemain naturalisasi  di Kejuaraan AFF. Walaupun belum membuahkan gelar juara, Timnas Indonesia telah berhasil menggairahkan semangat Bhinneka Tunggal Ika sekaligus menampilkan permainan yang ciamik di Lapangan. Jika zaman dahulu kehadiran pemain naturalisasi di Tim Nasional membuat kita alergi akan nama-namanya yang serba Internasional maka sekarang pemain naturalisasi sudah mendapat tempat di hati penonton seolah-olah melihatnya saja seperti menyaksikan aktor papan atas versi Lapangan Hijau.

Memang harus diakui, skill pemain naturalisasi jelas lebih baik dari pemain lokal dikarenakan mereka sudah terbiasa dalam menghadapi tantangan. Di luar itu, pengalaman mengenyam pendidikan sepak bola di klub ternama adalah salah satu nilai plus bagi pemain naturalisasi sehingga merasakan atmosfer panas di setiap kompetisi serta persaingan yang ketat adalah makanan sehari-hari bagi mereka.

Walaupun berbeda dunia, rasa nasionalisme dalam diri kita tidak boleh hilang begitu saja apalagi sampai luntur soalnya mewakili negara adalah wajib hukumnya. Hal ini dilakukan untuk mencegah tindakan rasisme yang sekarang mulai menjangkiti Papua beberapa hari yang lalu supaya tak terulang kembali.

Sebagai bentuk solidaritas, diskriminasi antara pemain naturalisasi dan lokal harus dihentikan sekarang juga. Kita sebagai bangsa Indonesia sudah diajarkan menerapkan universalisme sejak dini. Sekali lagi, jangan pernah menyamakan pemain naturalisasi sebagai Warga Negara Asing dan perlakukanlah sebagai orang Indonesia yang berusaha untuk belajar mencintai budaya Indonesia dengan sepenuh hati.

Tunggu apalagi mari kita jaga rasa persaudaraan kita agar tidak terpecah-belah apapun risikonya demi memajukan persepakbolaan di negeri ini. Ingat, semangat fairplay terus dibangkitkan lagi supaya hal-hal berbau rasisme lenyap di muka bumi ini. (*)

BACA JUGA Kontroversi Mola TV dan Budaya Gratisan Fans di Indonesia atau tulisan Aditya Mahyudi lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 11 September 2019 oleh

Tags: aff 2010indonesia malaysianaturalisasirasismeSepak Bola
Aditya Mahyudi

Aditya Mahyudi

Seorang freelancer asal Kota Bandung yang gemar jogging, menonton film spesialis action serta membuat desain grafis di waktu senggang. Memiliki ketertarikan mendalam pada dinamika sosial-budaya serta penerjemahan bahasa internasional, yang sering menjadi inspirasi dalam berbagai karya dan proyek manapun.

ArtikelTerkait

Pesan untuk Diriku di Masa Lalu: Mencintai Persiba Adalah Destinasi yang Tepat terminal mojok.co

Pesan untuk Diriku di Masa Lalu: Mencintai Persiba Adalah Destinasi yang Tepat

15 Oktober 2020
juventini

Bukan Kopites Tipikal Pacar Idaman, Tapi Juventini

7 Agustus 2019
ratu tisha destria sekjen pssi mundur dari jabatannya rekam jejak instagram mojok

Ratu Tisha, Bukti Wanita Bisa Berprestasi untuk Sepak Bola Indonesia

14 April 2020
mola tv

Kontroversi Mola TV dan Budaya Gratisan Fans di Indonesia

4 September 2019
Di Kampung Saya, Orang-orang Lebih Suka Main PES Dibanding FIFA terminal mojok.co

Gim Sepak Bola Nggak Melulu PES-FIFA, Ingat Masih Ada Football Manager!

9 Mei 2020
buyback clause loan preemption rugi klub sepakbola transfer mojok

Buyback Clause, Versi Upgrade dari Loan yang Sebenarnya Merugikan

21 September 2020
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Gak Daftar, Saldo Dipotong, Tiba-tiba Jadi Nasabah BRI Life Stres! (Unsplash)

Kaget dan Stres ketika Tiba-tiba Jadi Nasabah BRI Life, Padahal Saya Nggak Pernah Mendaftar

21 Desember 2025
5 Rekomendasi Kuliner Babi Surabaya untuk Kalian yang Menghabiskan Cuti Natal di Kota Pahlawan

5 Rekomendasi Kuliner Babi Surabaya untuk Kalian yang Menghabiskan Cuti Natal di Kota Pahlawan

22 Desember 2025
Bukan Mojokerto, tapi Lumajang yang Layak Menjadi Tempat Slow Living Terbaik di Jawa Timur

Bukan Mojokerto, tapi Lumajang yang Layak Menjadi Tempat Slow Living Terbaik di Jawa Timur

18 Desember 2025
Toyota Vios, Mobil Andal yang Terjebak Label "Mobil Taksi"

Toyota Vios, Mobil Andal yang Terjebak Label “Mobil Taksi”

16 Desember 2025
Lumajang Bikin Sinting. Slow Living? Malah Tambah Pusing (Unsplash)

Lumajang Sangat Tidak Cocok Jadi Tempat Slow Living: Niat Ngilangin Pusing dapatnya Malah Sinting

19 Desember 2025
Keluh Kesah Alumni Program Akselerasi 2 tahun di SMA, Kini Ngenes di Perkuliahan

Keluh Kesah Alumni Program Akselerasi 2 tahun di SMA, Kini Ngenes di Perkuliahan

18 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Upaya “Mengadopsi” Sarang-Sarang Sang Garuda di Hutan Pulau Jawa
  • Menguatkan Pembinaan Pencak Silat di Semarang, Karena Olahraga Ini Bisa Harumkan Indonesia di Kancah Internasional
  • Dianggap Aib Keluarga karena Jadi Sarjana Nganggur Selama 5 Tahun di Desa, padahal Sibuk Jadi Penulis
  • Terpaksa Jadi Maling-Mendekam di Penjara karena Lelah Punya Orang Tua Miskin, Sejak Kecil Hanya Bisa Ngiler ke Hidup Enak Teman Sebaya
  • Membandingkan Warteg di Singapura, Negara Tersehat di Dunia, dengan Indonesia: Perbedaan Kualitasnya Bagai Langit dan Bumi
  • Slipknot hingga Metallica Menemani Latihan Memanah hingga Menyabet Medali Emas Panahan

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.