Berita bahwa Internet Explorer (IE), peramban besutan Windows yang terkenal itu akan berhenti beroperasi, banyak orang histeris dan bersuka cita. Pasalnya, memang dari dulu banget orang-orang tidak suka dengan peramban ini. Bahkan ada plesetan yang sampai saat ini masih diamini banyak orang, “IE hanya punya satu fungsi, yaitu untuk mengunduh peramban yang lainnya”. Ini beneran.
IE, pada masanya adalah peramban yang sangat digdaya. Ibaratnya Nokia, yang bertahan bertahun-tahun. Lalu, ketika tidak bisa mengikuti atau bahkan melampaui tren, ia terlibas.
Orang-orang, di zaman yang sudah bergerak begitu cepat, lebih percaya dengan kekuatan magis dari Firefox dan Google Chrome. Bukan tanpa alasan, kekuatan Firefox dan Chrome unggul dalam semua hal dibanding IE. Mulai dari tampilan yang tentu saja eye catching, sampai dengan kecepatan yang jauh melampaui IE.
Sebagai orang yang pernah menjadi pengguna setia tiga peramban di atas. Saya ingin memberikan sebuah review peramban lainnya yang menurut saya jauh di atas Chrome dan Firefox. Brave Browser namanya. Tentu saja IE tidak usah banyak cincong di sini.
Saya mengenal Brave sebenarnya secara tidak sengaja. Ketika sebuah iklan di Chrome yang saya gunakan (dulu), menampilkan peramban Brave ini. Agak lucu sih, ada peramban yang mengiklankan peramban lain di tempatnya, dengan segala macam keunggulan yang ditawarkan. Kurang paham juga, bagaimana algoritma dibuat sehingga ada kejadian tersebut. Tapi itu nyata adanya.
Nah, dari situ mulailah saya mencoba mencicipi Brave. Seingat saya sekira tahun 2018 pertengahan. Seperti aplikasi peramban lainnya, Brave ya tentu saja harus diunduh dulu. Pinter dikitlah. Cara meng-installnya juga ya macam aplikasi lain pada umumnya, tinggal klik dua kali lalu nex-next-next, udah tuh, selesai.
Kesan pertama ketika anda membukanya mungkin akan sedikit “orange”. Oleh karena, memang warnanya yang orange bercampur logo putih. Tampilan Brave juga akan sedikit membuat para pecinta Chrome flashback. Tampilan Brave lebih mirip Chrome, walau tetap ada sedikit sentuhan Firefox (dan sedikit Safari).
Di awal penggunaan juga kita diminta mengisi biodata, berupa nama dan alamat email. Ya, macam ketika install Chrome pertama kali lah. Walau sekarang sudah ada trik khusus untuk masuk ke aplikasi chrome sebagai “tamu.” dan Brave juga mengadopsi hal yang sama.
Dari tampilan awalnya, saya agak familier karena mirip sekali dengan Chrome. Bahkan, misalnya untuk ekstensi yang ingin kita install dan tidak kita temukan ketersediaannya untuk Brave, kita bisa mencari yang untuk Chrome, dan itu pasti berfungsi di Brave.
Nah, walaupun tampilannya mungkin terlihat lebih mirip Chrome, performa Brave tidak mau ikut-ikutan sama dengan Chrome. Saya pernah mencobanya di beberapa laptop sebagai perbandingan. Pada laptop dengan RAM 2-4 gb, kecepatan Brave bisa dua kali lipat dari peramban macam Chrome dan Firefox.
Saya juga pernah mencobanya di laptop yang lebih kentang dengan RAM antara 1-2 gb. Kecepatannya stabil dan tidak perlu diragukan lagi. Untuk laptop yang high end ya nggak perlu ditanya sih.
Dari sekian banyak keunggulan yang dimiliki Brave, saya sangat suka fitur yang satu ini. Namanya no ads. Fitur yang memungkinkan kita tidak mendapat “gangguan” dari iklan (advertising) yang biasanya dipasang di situs tertentu. Situs-situs yang kalau kita buka di peramban lain, Firefox misalnya penuh dengan iklan, di Brave jangan harap bakal ada itu. Benar-benar bersih. Bahkan beberapa kali saya tidak bisa melanjutkan proses download, misalnya jika harus melewati adf.ly dulu. Sebabnya tentu saja karena situs ini, yang biasanya menyimpan iklan bejibun udah diblokir oleh Brave. Dan hal penting lainnya adalah bahwa fitur no ads tersebut sudah otomatis ada dalam aplikasi Brave ini tanpa bantuan pihak ketiga.
Satu-satunya situs yang mungkin kalian temui dan wajib melewati iklan adalah ketika membuka YouTube. Itupun kalau kalian nggak pake YouTube Premium. Kalo pake ya, sudah, say goodbye kepada iklan.
Untuk ukuran file saat diunduh, kalian hanya akan menemui Brave seukuran tahi kuku, 1,2 MB. Namun setelah ter-install, biasanya akan jadi puluhan bahkan ratusan MB, tergantung seberapa banyak cache yang tersimpan di aplikasi instalan kalian.
Sumber Gambar: Pixabay