Bondowoso dan Jember daerah yang bertetangga, tapi begitu beda nasibnya. Jember jauh lebih maju daripada Bondowoso yang terletak tepat di sisi utaranya. Jember juga punya daerah yang berbatasan dengan laut sehingga pariwisata pantainya cukup menggeliat. Berbeda dengan Bondowoso yang tidak berbatasan dengan lain.
Memang Jember lebih maju dan punya banyak keunggulan lain, tapi ini bukan berarti Bondowoso boleh ditinggalkan begitu saja. Bahkan, menurut saya, daerah dengan julukan Kota Megalitikum ini jauh lebih nyaman ditinggali daripada Jember.
Bondowoso yang sederhana justru menjadi daya tarik sendiri. Kota kecil menawarkan ketenangan hidup yang kian sulit dijumpai di berbagai daerah besar. Apalagi, kondisi geografis Kota Megalitikum itu begitu mendukung.
Bondowoso juga punya keunggulan
Sesuai dengan julukannya “Kota Seribu Gunung”, Bondowoso benar-benar dikelilingi oleh gunung ternama di Jawa Timur. Sebut saja, pegunungan seperti Ijen, Argopuro, dan Raung. Di mana pun Anda berdiri, pemandangan gunung selalu terlihat, memberikan rasa damai yang tidak bisa ditemukan di kota besar.
Apa yang saya ingin sampaikan, meskipun tidak punya laut seperti Jember atau kota-kota lainnya, Bondowoso tetap punya daya tarik yang nggak kalah menarik. Udara yang sejuk sepanjang tahun membuat kota ini nyaman untuk ditinggali. Kipas angin di rumah saya hampir tidak pernah dipakai karena angin alami sudah cukup untuk membuat suasana sejuk.
Desa-desa di sana juga menawarkan kehidupan yang adem ayem. Suara burung, aroma tanah basah setelah hujan, dan sawah hijau yang membentang menjadi pemandangan sehari-hari yang menenangkan hati. Berada di Bondowoso, kalian akan merasa seperti menjalani liburan tanpa akhir. Waktu berjalan lebih lambat, tidak ada tekanan, dan hubungan antarwarga terasa hangat. Jika dibandingkan dengan kota-kota lain yang lebih sibuk, Bondowoso memberikan ruang bagi penghuninya untuk menikmati kehidupan dengan lebih intim dan manusiawi.
Tidak ada salahnya mencari ketenangan hidup
Meskipun Jember menawarkan kemudahan modern, bagi saya Bondowoso tetap lebih nyaman untuk ditinggali. Kota Tape itu mungkin tidak punya mal atau bioskop, tetapi kota ini memberikan sesuatu yang lebih berharga: ketenangan dan kesederhanaan.
Kehidupan di sini tidak penuh dengan tekanan. Tidak ada kemacetan, tidak ada polusi berlebih, dan yang paling penting, tidak ada rasa khawatir yang berlebihan. Interaksi antar warga di sana juga terasa lebih hangat.
Di pasar tradisional misalnya, penjual mengenal pelanggan mereka secara pribadi. Tukang sayur tahu apa yang biasa Anda beli, dan tetangga tidak pernah ragu untuk mampir hanya untuk sekadar ngobrol. Lingkungan di Bondowoso memberikan rasa kebersamaan yang sulit ditemukan di kota besar seperti Jember.
Selain itu, suhu udara adalah salah satu alasan utama mengapa saya lebih memilih tinggal di sini. Kesejukan alam yang dikelilingi gunung membuat Bondowoso terasa seperti tempat perlindungan dari panasnya dunia luar. Desa-desa di Bondowoso juga masih hijau dan asri, dengan jalanan yang sepi, dan udara yang bersih.
Jember boleh lebih maju dan memiliki berbagai fasilitas yang lengkap, tapi bagi saya, Bondowoso tetap menjadi pilihan. Kota ini mungkin kecil, tapi di sinilah hati saya merasa damai. Hidup di Bondowoso berarti menjalani kehidupan dengan lebih sederhana, lebih intim, dan lebih manusiawi. Jember mungkin lebih enak, tetapi Bondowoso lebih nyaman. Dan bagi saya, kenyamanan adalah hal yang paling penting dalam hidup. Bondowoso mungkin tidak menawarkan segalanya, tetapi kota ini memberikan sesuatu yang tidak bisa dibeli: ketenangan dan kebahagiaan sejati.
Penulis: Roni Alialfatani
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA Terima Kasih Jember, Saya Jadi Semakin “Kaya” sebagai Manusia
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.