Saya bukan orang asli Bondowoso, tapi sejak 2021 saya pindah domisili ke kabupaten ini. Waktu kurang lebih 4 tahun sudah cukup untuk membuat saya jatuh cinta pada Bondowoso. Daerah dengan julukkan Kota Tape ini penuh hal-hal yang saya sukai seperti kuliner dan destinasi wisata.
Bukan hanya berhasil membuat saya jatuh cinta, waktu menetap 4 tahun menyadarkan saya bahwa Bondowoso terus berjalan di tempat. Daerah ini rasanya begitu-begitu saja, tidak ada perkembangan. Bukan karena tidak memiliki potensi, Bondowoso jadi daerah medioker karena kemasannya yang kurang “nendang”. Dengan kata lain, daerah ini sebenarnya punya banyak potensi, tapi tidak diurus dengan tepat.
Nah, di bawah ini 3 saran supaya kabupaten medioker bernama Bondowoso ini bisa naik kasta.
Memaksimalkan potensi tape menjadi bolu tape
Julukan Kota Tape yang melekat pada Bondowoso bukan tanpa sebab. Daerah ini memang terkenal dengan tape singkong yang nikmat. Bahkan, pamor tape Bondowoso sudah dikenal di berbagai pelosok negeri hingga mancanegara.
Persoalannya, sejauh pengamatan saya, geliat inovasi baru tape singkong di Bondowoso masih kurang. Saya membayangkan tape singkong ini bisa diolah menjadi bentuk baru seperti bolu tape atau semacamnya. Memang, sejauh ini sudah ada yang menjajal peluang itu, hanya saja gaungnya kurang terdengar. Padahal, kalau mau digarap dengan lebih serius, bukan tidak mungkin bolu tape singkong bisa menjadi seperti bakpia Jogja yang kini semakin bermacam-macam variasinya. Itu pertanda baik, sebab semakin berkembang sebuah industri, berarti geliat ekonomi kemungkinan meningkat.
Persoalan gaung bolu tape yang kurang terdengar sebenarnya bisa diatasi dengan promosi melalui berbagai media sosial, tidak hanya mulut ke mulut. Di sisi lain, branding ini perlu diperkuat dengan dukungan pemerintah setempat. Mereka bisa membuat festival atau semacamnya untuk mengenalkan inovasi baru olahan tape singkong.
Mengurangi nuansa mistis Bondowoso dengan mengganti lampu jalan
Sebagian besar jalan di Bondowoso diterangi oleh lampu berwarna kuning. Ini pandangan subjektif saja, menurut saya, lampu berwarna kuning seperti ini justru menambah kesan horor dan suram jalanan Bondowoso. Sudah lampunya jarang-jarang, berwarna kuning lagi. Apabila ada kabut-kabut menyelimuti jalanan, suasananya jadi sangat cocok untuk latar tempat film genre horor atau misteri. Suasana jalanan Bondowoso ini berbeda sekali dengan kabupaten sebelah, Situbondo dan Jember, yang punya penerangan cukup.
Apabila ingin naik kasta dari kabupaten medioker, hal-hal kecil semacam ini patut jadi pertimbangan. Jangan sampai warga maupun orang luar kota yang mampir jadi terasa kurang nyaman karena perkara lampu. Menambah dan meningkatkan fasilitas penerangan di jalan bisa memberi kesan daerah menjadi lebih modern dan aman.
Potensi wisata Bondowoso perlu dimaksimalkan
Bondowoso memiliki lanskap alam yang indah, seperti Kawah Ijen dan Kawah Wurung. Kawah ijen sangat terkenal karena fenomena blue fire. Bahkan, fenomena alam yang langka ini banyak dicari oleh wisatawan mancanegara. Sementara itu, Kawah Wurung berupa hamparan padang rumput savana yang luas dan hijau. Panorama alam di sana kerap disamakan dengan Bukit Teletubbies atau padang rumput di New Zealand.
Dua destinasi wisata ini punya potensi yang sangat besar. Sayangnya, pemerintah setempat seolah kurang serius menggarapnya. Padahal, kalau mau, 2 tempat ikonik itu bisa menggaet banyak sekali pengunjung. Misal, dengan menyelenggarakan festival tahunan atau menyediakan paket trekking yang unik. Mungkin ada beberapa pihak yang sudah menggarapnya, tapi tanpa dukungan pemerintah setempat, upaya itu tidak maksimal dan bisa jadi tidak sustain.
Tulisan ini berdasar pengamatan saya selama 4 tahun tinggal di sini ya. Mungkin beberapa bagian bias atau kurang realistis, tapi itu semua murni demi Bondowoso naik kelas. Saya nggak ingin Bondowoso stagnan, gini-gini aja, tidak mengalami kemajuan, sementara potensinya begitu besar.
Penulis: Nurul Khofifatul Molika
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA Tinggal di Bangkalan Madura Bikin Saya Sadar, Nggak Semua Orang Bakal Cocok Tinggal di Sini
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.




















