Bangkalan Madura Memang Daerah Tertinggal, sampai Bisnis Jasa Transfer Uang dan Tarik Tunai Tumbuh Subur di Sini

Bangkalan Madura Memang Daerah Tertinggal, sampai Bisnis Jasa Transfer Uang dan Tarik Tunai Tumbuh Subur di Sini

Bangkalan Madura Memang Daerah Tertinggal, sampai Bisnis Jasa Transfer Uang dan Tarik Tunai Tumbuh Subur di Sini (Unsplash.com)

Saking buruknya fasilitas di Bangkalan Madura, mau ke ATM atau bank aja susah banget. Sampai bisnis jasa transfer uang dan tarik tunai tumbuh subur di sini.

Bangkalan Madura mungkin jaraknya memang hanya sepelemparan batu dari Surabaya, tapi pembangunannya bisa selisih ribuan tahun. Setiap kali melewati Jembatan Suramadu menuju Surabaya, saya merasa seperti memasuki dimensi lain. Suramadu adalah terowongan yang memisahkan kedua dimensi tersebut.

Saat liburan semester kemarin, saya menghabiskan waktu dengan berlibur di Surabaya. Merasakan bagaimana segala hal di kota itu terasa berjalan cepat dan ringkas. Mulai dari kemegahan fasilitas hingga kemudahan aksesnya. Sementara di sini, di Bangkalan, hal-hal semacam itu hanya bisa didapatkan jika tinggal di pusat kabupaten. Mungkin itu sebabnya, banyak orang Madura khususnya orang-orang desa di Bangkalan melihat hal-hal tersebut sebagai peluang bisnis.

Awal mula ide bisnis jasa transfer dan tarik tunai

Salah satu bisnis yang mulai merebak di desa-desa Bangkalan Madura adalah bisnis tarik tunai dan transfer uang. Orang-orang desa banyak yang merantau dan menjadi TKI. Sedangkan rata-rata keluarganya tetap tinggal di desa bersama sanak keluarga yang lain. Lalu, bagaimana cara menyambung ekonomi antara para TKI dan keluarganya di desa tersebut? Tentu saja melalui jasa transfer uang dan tarik tunai.

Jasa ini menawarkan kemudahan dengan potongan yang jauh lebih mahal dari biaya administrasi di bank. Saya pernah mencoba jasa ajaib ini. Untuk biaya administrasi tarik tunai dan transfer, keduanya bisa berbeda. Selain itu, jumlah uang yang akan diambil atau ditransfer juga memengaruhi biaya admin.

Di desa saya, untuk jasa transfer uang di bawah satu juta rupiah, akan dikenakan potongan lima ribu rupiah. Sementara untuk transfer uang di atas satu juta rupiah, akan dikenakan potongan tujuh ribu rupiah. Dan transfer uang di bawah sepuluh juta rupiah, akan dikenakan potongan lima belas ribu rupiah.

Sedangkan untuk jasa tarik tunai, biayanya relatif lebih murah. Pengambilan uang di bawah satu juta rupiah akan dikenakan biaya lima ribu rupiah. Sedangkan di atas satu juta rupiah dan seterusnya akan dikenakan biaya tujuh hingga sepuluh ribu rupiah.

Untuk membuka jasa transfer uang dan tarik tunai ini, minimal hanya memerlukan saldo rekening sekitar lima juta rupiah dan uang tunai berjumlah sama, karena orang-orang desa nggak terlalu suka memegang uang kertas dalam jumlah banyak. Jadi, jika pemilik jasa tersebut dalam sehari melayani lebih dari sepuluh transaksi transfer dan tarik tunai di bawah sejuta saja, tentunya ia sudah mendapatkan banyak keuntungan.

Baca halaman selanjutnya: Akses ke bank dan ATM terbatas…

Akses ke bank dan ATM di Bangkalan Madura terbatas

Jika kalian yang membaca artikel ini merasa heran dan bertanya-tanya mengapa ada orang-orang yang memakai jasa ini (termasuk saya), jawabannya jelas sekali: karena buruknya akses ke bank dan mesin ATM. Di daerah saya, ATM hanya ada di pusat kecamatan. Itu pun hanya terbatas pada ATM beberapa bank tertentu dan seringnya kehabisan cash.

Sedangkan untuk cabang bank terdekat, justru adanya di kecamatan sebelah yang memang dekat dengan akses Suramadu. Bank yang lain hampir semuanya terletak di pusat Kabupaten Bangkalan Madura. Jadi, jika ada keperluan mendadak dan memerlukan uang tunai sesegera mungkin, tentunya agak ribet kalau harus bolak-balik ke kabupaten. Itu pun di sana setiap hari masih harus antre karena orang-orang nggak punya banyak pilihan dalam mengganti bank untuk menyimpan uangnya.

Di kota-kota besar seperti Surabaya, sebagian besar minimarket seperti Indomaret biasanya sering disediakan ATM di dalamnya. Sedangkan di desa di Bangkalan Madura sini, jangankan ada ATM-nya, pembelian secara debit saja kadang sering kali ditolak. Entah karena sistemnya yang bermasalah atau pegawainya yang belum tahu cara penggunaan sistemnya. Alhasil, solusinya adalah dengan selalu menyediakan uang kertas di dompet.

Pemerintah daerah nggak peduli, masyarakatnya mencari jalan sendiri

Sampai hari ini, saya nggak merasa pemerintah daerah Bangkalan Madura melakukan perbaikan untuk kasus ini. Mungkin bagi mereka, ini hanyalah masalah sepele. Sama sepelenya dengan jalan-jalan rusak di pelosok desa atau parkir liar di pusat Kabupaten Bangkalan. Mereka jelas nggak peduli.

Jadi, satu-satunya cara bagi orang-orang desa di Bangkalan Madura untuk meringkas sistem adalah dengan menyewa jasa tarik tunai dan transfer uang. Mereka tumbuh subur di jalan-jalan desa pelosok Bangkalan.

Penulis: Siti Halwah
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Pengalaman Pertama Berkunjung ke Bangkalan Madura: Beneran Mengecewakan dan Bikin Saya Kapok.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version