Selain fast food yang terus menerus tergerus oleh berbagai tren kuliner, makanan ringan juga mulai terintervensi oleh beragam inovasi baru. Bukan hanya dessert seperti mille crepes yang ramai pasca pandemi silam, tiramisu sodok yang antrian CFD-nya bikin orang bertanya-tanya, serta giant mochi seukuran segenggam tangan yang harganya puluhan ribu, jajanan pasar seperti donat pun nggak bisa lepas dari tren-tren baru.
Beberapa waktu lalu, salah satu artis lama berhasil menyedot perhatian warganet. Lantaran, jualan donat. Namun, ada alasan lain yang bikin status ‘jualan donat’ itu tiba-tiba viral berat. Sebab, harganya yang fantastis. Padahal, tampilan dan rasanya nggak sepadan dengan nominal yang hitungannya sangat mewah itu.
Meskipun demikian, ternyata aksi kontroversial itu berhasil bawa berkah. Maksudnya, untuk para penjual donat. Nggak terkecuali pedagang UMKM. Bahkan, nggak sedikit yang tiba-tiba buka small business dengan produk donat. Mulai deh, bertebaran konten perbandingan donat isi 6 harga 200 ribu, dengan donat-donat topping regular yang tampilannya manis, tapi harganya tetap ekonomis.
Nah, salah seorang kawan saya menjadi bagian dari pedagang yang diuntungkan itu. Ketika buka open PO, beuh, banyak kali pesanannya. Itulah mengapa, bisnis donat bisa jadi peluang cerah untuk mengumpulkan pundi-pundi rupiah. Berikut merupakan 4 “kemudahan” untuk membangun bisnis sebagai pedagang donat di tengah flowchart donat viral.
Nggak perlu beli alat-alat khusus nan mahal
Namanya juga bisnis. Sudah pasti ada banyak hal yang perlu diperhitungkan. Apalagi kalau sektor bisnisnya adalah FnB. Beuh, RnD berkali kali. Cari dulu komposisi yang pas, brand bahan yang sesuai, bahkan berat bersih yang ideal.
Namun untuk menunjang hal tersebut, alat-alat menjadi poin utama dalam mengembangkan bisnis. Dalam ruang lingkup FnB, lebih banyak lagi yang harus disiapkan. Ketika produk jualanmu adalah fudgy brownies, misalnya. Ketika sedang ramai kemarin, dan banyak anak muda yang ingin menjadikannya peluang bisnis, banyak yang terhambat atas kepemilikan oven. Atau mungkin mixer untuk pembuatan salt bread. Atau mungkin juga, grinder untuk coffee shop rumahan kecil-kecilan.
Sedangkan demam donat yang dimulai oleh salah satu artis tersebut, jelas berbeda. Kamu nggak perlu beli oven. Lah, sama aja. Kan ngalisinnya harus pakai mixer?
Nggak juga, gusy. Pake tangan pun aman. Mungkin bedanya hanya akan lebih terasa pegal aja. Sebab, ya energinya manual. Seenggaknya, bikin kalian tak harus ngeluarin budget besar untuk oven atau standing mixer.
Bahan-bahan donat super mudah didapatkan, dijamin nggak akan langka
Poin selanjutnya tentu saja bahan-bahan pembuatan. Sebenarnya, toh donat ini kan jajanan tradisional. Jadi, sudah tentu bahannya nggak neko-neko. Tepung terigu, sedikit gula dan garam, margarin atau mentega, vanilla essence, udah deh. Pemeran utamanya hanya pada ragi instan. Cari di mana pun ada. Minimarket, toko kelontong dekat rumah, apalagi warung madura yang bukanya 24 jam ada. Jadi, jelas nggak susah kan?
Nggak perlu takut kehabisan bahan akibat high demand seperti tepung ketan hitam atau cream cheese biru yang seringkali bikin baker pusing tujuh keliling.
Pasar donat luas dan fleksibel
Berbicara tentang bisnis, memang sih, akan selalu ada pasarnya masing-masing. Kalau ingin jual burnt cheesecake yang per slicenya dipatok harga hingga 40 ribu, nggak akan laku kalau dijual di pasar tradisonal. Pun, nogosari atau apem juga akan nangkring lama di etalase kalau jualnya di kafe elite ibu kota.
Nah, kalau donat, pasarnya bisa dibilang cukup luas. Pedagang hanya perlu menyesuaikan klasifikasi produknya. Kasarnya, makanan ini tuh nggak akan pernah mati. Eksplor komposisi produk terbaik, metode marketing paling oke, ketemu deh pasar yang cocok.
Tambahkan sedikit kreativitas, bisa jadi nilai jual tinggi
Sejalan dengan poin sebelumnya, donat bisa jadi peluang bisnis yang baik kalau bisa menyesuaikan pasar. Berikan tambahan kreativitas, sehingga semakin banyak variasi dan menambah nilai jual.
Selain donat regular dengan berbagai topping, mungkin bisa dibuat kolaborasi donat mochi, atau donat cocol dengan diplomat cream yang rasanya asem-asem seger. Bisa juga tambahkan savory donat yang membuat visualisasinya mirip-mirip burger, padahal ya bukan. Apa pun itu, kalau bisa diinovasikan dengan cita rasa yang pas, pasti bisa menambah nilai jual bisnismu.
Jadi, bisnis donat di masa kini, beneran masuk akal dan mudah untuk dijalani. Ya jual kecil-kecilan dulu, siapa tahu cukup untuk nambah uang jajan. Setelah itu, bisa jadi makin besar asal konsisten. Well, who knows?
Penulis: Chusnul Awalia Rahmah
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Cara Membuat Donat Enak, Empuk, dan Mengembang Seperti Donat J.CO
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.



















