Biaya Kuliah Itu Mahal, Wajar dong Jika Fresh Graduate Menolak Tawaran Gaji 8 Juta

gaji

gaji

Kata sebagian orang, jejak digital itu kejam, mudah dilacak dan sekalipun sudah dihapus akan tetap ada yang tersisa bahkan dengan mudah ditemukan kembali. Itu kenapa, berhati-hati dalam menggunakan internet apalagi ketika memposting sesuatu di media sosial itu perlu. Bahkan saat ini hukumnya wajib jika tidak ingin viral dalam hal yang negatif atau tidak diinginkan.

Seperti seorang fresh graduate dari salah satu kampus ternama di Indonesia yang baru-baru ini viral dan menjadi perbincangan di jagat dunia maya karena postingannya yang terbilang arogan, setidaknya begitu anggapan dari sebagian besar netizen media sosial. Agar tidak salah kaprah dan untuk menyamakan persepsi, dalam KBBI arogan berarti sombong, angkuh, mempunyai perasaan superioritas yang dimanifestasikan dalam sikap suka memaksa.

Bukan tanpa alasan apa yang diposting mengundang amarah netizen, sebab si fresh graduate dengan gamblang memposting bahwa dia baru saja mengikuti interview di salah satu perusahaan lokal dan ditawari gaji kisaran 8 juta. Dia melanjutkan, walau dia lulusan baru tapi tetap berasal dari universitas ternama dan jangan disamakan dengan lulusan baru dari kampus lain.

Postingan tersebut tersebar dengan tetap diblur pada nama akun Instagram juga foto si lulusan baru dari universitas ternama yang ia banggakan. Namun sepertinya dia lupa akan kekuatan netizen, jika sudah bersatu—apalagi dalam memberi komentar—apapun bisa dilakukan, termasuk julid dan mencari tahu siapa pemilik postingan tersebut. Netizen bersatu tak bisa dikalahkan. Begitu kira-kira jargonnya. Kecuali jika dihadapkan dengan UU ITE.

Kembali ke pembahasan mengenai fresh graduate yang ditawari gaji 8 doang, kenapa netizen harus marah-marah, sih? Bukannya itu realistis di zaman yang apa-apa serba mahal? Untuk beli skincare, kuota internet, outfit kece, sepatu dan tas bermerk juga original yang semuanya dipakai saat bekerja, rasanya semua itu memang masuk dinalar, kok. Apalagi sebagai fresh graduate perlu kebanggaan dan pencapaian yang nantinya wajib dipamerkan kepada saudara, teman-teman juga tetangga. Bahkan kalau perlu dunia.

Ditambah dia lulusan dari universitas ternama. Ya, wajar dong meski belum ada pengalaman kerja dan skill juga belum terasah sekaligus terbukti secara profesional. Toh, itu semua bisa dibuktikan sambil learning by doing. Sederhana, kan? Jadi, bagi si fresh graduate saran dari saya sih abaikan saja komentar netizen. Mereka semua hanya iri dengan proses negosiasi gaji pada sesi wawancaramu.

Sebagai seseorang yang bekerja di ruang lingkup HRD, sudah biasa rasanya bertemu dengan kandidat yang menanyakan berapa besaran gaji yang diterima. Menurut pengakuan mereka, selama sesuai dengan UMR terkini tidak menjadi masalah. Apalagi mereka juga berstatus sebagai fresh graduate yang masih butuh pengalaman di dunia kerja secara profesional dan harus banyak belajar.

Tapi, itu kan pilihan yang dirasa biasa saja atau jawaban cari aman agar bisa segera bekerja. Tidak ada greget dan motivasi lebih. Saya juga jadi teringat besaran gaji yang didapat saat pertama kali bekerja di tahun 2014, nominal yang didapat kisaran 2 jutaan. Kala itu jelas saya bangga sekali dan tidak memikirkan soal besaran gaji yang tidak sepadan dengan 8 juta doang. Boro-boro negosiasi terkait gaji, sebagai fresh graduate dan bisa segera bekerja juga mendapat gaji sesuai UMR saja sudah merasa bangga.

Mungkin memang saya dan banyak teman yang terlalu mudah dirayu oleh HRD dalam menerima besaran gaji dengan nominal lebih rendah dari 8 juta. Padahal, meski lulusan baru, saya berhak dong berekspektasi mendapat gaji setara level manajer di beberapa perusahaan. Ya, namanya juga ekspektasi. Berharap itu gratis, toh?

Soal lulusan dari kampus mana, hadeeeeh—please deh netizen yang budiman. Kalian itu harus tahu, biaya kuliah di kampus biasa dan nggak dikenal banyak khalayak saja sudah mahal dan sudah pasti tidak sedikit biaya yang dikeluarkan sampai dengan wisuda. Apalagi di universitas ternama. Tentu ada keinginan untuk mendapat gaji sesuai dengan nominal yang sudah dikeluarkan selama belajar—paling tidak mendekati.

Dan soal kenapa misuh sekaligus sambatan mengenai tawaran gaji harus di-posting di akun instagram—instastory—ya agar banyak orang semakin paham lah. Saat ini, menjadi viral itu bagian penting dalam hidup juga untuk persiapan dalam wawancara kerja setelahnya. Agar ada jawaban sewaktu ditanya HRD soal kemampuan yang dimiliki dan prestasi apa yang sudah diraih;

“Saya sudah pernah membuat geger warganet terkait saya yang masih fresh graduate dan harapan besaran gaji yang diterima, Pak. Oh iya, followers saya juga semakin bertambah banyak tanpa harus bertanya di postingan, ‘rame bener nih, nggak ada yang mau mutualan apa?’”

Exit mobile version