Saya selalu ke Pantai Drini ketika pulang ke kampung halaman di Gunungkidul. Pantai yang terletak 60 km atau 2-3 jam dari Kota Jogja itu punya keindahan yang memukau. Itu mengapa saya selalu sempatkan untuk mengunjunginya, setidaknya sekali dalam setahun.
Saya dan keluarga biasanya menikmati angin , pasir, dan jernihnya air laut Pantai Drini. Di sekitar Pantai Drini juga ada tebing yang dikenal dengan Pulau Drini. Dari atas tebing itu pengunjung bisa panorama pantai secara keseluruhan.
Sebagai seseorang yang hampir setiap tahun mengunjungi pantai ini, saya tahu betul bahaya yang mengintai di balik keindahan panoramanya. Saya mengikuti beberapa kasus kecelakaan laut yang beberapa kali terjadi di pantai selatan Yogyakarta. Selain itu, banyak sekali himbauan hingga larangan ketika berwisata di kawasan ini. Itu mengapa, saya dan keluarga begitu waspada ketika berwisata di sana.
Sayangnya, pengetahuan semacam ini tidak banyak diketahui orang. Mungkin ini jadi salah satu sebab kecelakaan laut di Pantai Drini maupun pantai selatan Yogyakarta banyak terjadi. Salah satunya yang terjadi beberapa waktu lalu, sebanyak 13 siswa SMP asal Mojokerto terseret ombak hingga memakan 4 korban jiwa.
Kecelakaan nahas itu mendapat respon dari berbagai kalangan, termasuk akademisi. Mereka menekankan pentingnya literasi Geomaritim sebelum berwisata ke pantai selatan. Salah satunya, pengetahuan soal fenomena rip current yang paling banyak merenggut korban jiwa
Fenomena rip current di Pantai Drini
Saat ini, kita kesampingkan dahulu Nyi Roro Kidul dan urban legend yang biasa mengikuti soal kawasan pantai selatan. Mari kita lihat dari kacamata geomaritim terlebih dahulu. Melansir Kompas.com, literasi geomaritim adalah kemampuan untuk memahami dan menginterpretasikan informasi geospasial terkait laut dan pantai. Dalam konteks ini, orang-orang tidak bisa lagi acuh pada rip current yang jadi penyebab utama kecelakaan laut di pantai selatan.
Akun medsos X Georitmus menjelaskan dengan baik dalam threadnya, Rip current adalah arus air yang mengalir kembali ke laut dari garis pantai. Arus ini tidak menarik orang ke bawah, tapi menyeret orang menjauh dari bibir pantai. Itu mengapa orang yang terseret bisa tenggelam karena kelelahan.
Di mata orang awam, rip current ini tidak terlihat dengan ombak-ombak lainnya. Namun, apabila dilihat dengan lebih seksama, sebenarnya rip current ini memiliki beberapa tanda. Pertama, di tengah ombak yang pecah dan gelombang terdapat celah yang relatif tenang dan berwarna berbeda. Kedua, arah arus dan sedimen bergerak ke tengah laut atau menjauhi bibir pantai.
Sumber lain menyebutkan fenomena ini memang banyak ditemukan di pantai selatan karena struktur dasar laut yang curam, gelombang, besar, dan pola ombak. Semua itu mendukung terjadinya arus balik yang kuat atau rip current
Sudah ada peringatan, perlu diperhatikan dengan seksama
Sebenarnya tidak sulit untuk menjadi lebih waspada di Pantai Drini maupun pantai-pantai lain. Sebab, di pantai sudah ada lifeguard atau petugas yang menjaga pantai. Saat menginjakkan kaki di Pantai Drini, saya sering sekali mendengar berbagai imbuan dari petugas. Di beberapa titik juga bisa dengan mudah ditemukan hal-hal yang tidak boleh dilakukan di pantai.
Saya paham, musibah itu tidak ada yang tahu dan tidak ada tanggal khususnya di kalender, tetapi saya harap kita sebagai pengunjung pantai di manapun harus bisa menjaga diri. Menuruti berbagai imbuan dan aturan jadi salah satu upaya paling mudah yang bisa dilakukan. Upaya lain, kalian bisa browsing terlebih dahulu informasi terkait tempat wisata sebelum mengunjunginya.
Penulis: Az-zahra Nurfadhila
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA 7 Sisi Gelap Gunung Telomoyo yang Belum Disadari Banyak Orang
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.