Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Kampus Pendidikan

Bertobatlah Wahai Orang-orang yang Bilang Jurusan Sosiologi Jawab Soal Hanya Copas Jawaban dari Internet

Adhitiya Prasta Pratama oleh Adhitiya Prasta Pratama
4 Juli 2021
A A
Kata Siapa Jurusan Sosiologi ketika Menjawab Soal Hanya Copy Paste Jawaban dari Internet_ terminal mojok
Share on FacebookShare on Twitter

Sosiologi memang sebuah ilmu yang menyerupai sampah, ada di mana-mana. Sebab, sosiologi merupakan ilmu yang berada di segala ranah seperti budaya, politik, hukum, pendidikan, ekonomi, bahkan disiplin ilmu yang lainnya seperti sastra, filsafat, dan psikologi. Namun, di samping itu, masih saja terdapat beberapa orang yang memandang sebelah mata ilmu ini. Katanya, sosiologi adalah ilmu yang penuh dengan hafalan, ilmu yang ngawang-ngawang, bahkan ilmu yang jawabannya sudah ada di internet. Jika saya menemukan orang yang berpikir seperti itu, bakal saya tinju kedua rahangnya.

Dalam sejarahnya, diskriminasi terhadap jurusan kuliah memang sudah berjalan sejak dulu. Sama halnya persaingan antara anak IPA dan anak IPS di sekolah menengah. Awalnya, saya pernah terjebak dalam logika berpikir seperti itu, sebab ketika masuk SMA, saya mengambil penjurusan di IPA. Sehingga saya terdoktrin dengan stereotip yang menyatakan bahwa anak IPA lebih cerdas dibandingkan anak IPS.

Dalam kaitannya, pemikiran bahwa ilmu sosial lebih gampang dibanding dengan ilmu eksakta sebenarnya terletak pada minimnya pengetahuan orang yang menyatakannya. Pasalnya, ketika SMA, saya menganggap bahwa menjadi anak IPA adalah kebanggaan. Bahkan terdapat anggapan bahwa anak IPA adalah anak kandung dari sekolah itu sendiri, sedangkan anak IPS lebih cenderung dianaktirikan. Pemikiran tersebut muncul lantaran saya belum pernah melihat langsung bagaimana mata pelajaran anak IPS. Sehingga secara dangkal saya menyimpulkan bahwa anak IPS tidak ada apa-apanya ketimbang anak IPA. Sebab di IPA, pelajaran lebih condong menggunakan hitung-hitungan. Akibatnya, timbul stigma bahwa hitung-hitungan mencerminkan kecerdasan.

Ketika lulus SMA, saya kebingungan dalam memilih universitas. Hasilnya, saya memutuskan untuk menganggur selama setahun. Saya melihat bahwa jurusan sains dan teknologi bukanlah jurusan yang cocok untuk saya. Selama satu tahun menganggur, saya banyak merenung dan bertanya perihal jurusan apa yang terhindar dari hitung-hitungan. Pasalnya, saya telah kapok bergelut dengan rumus dan angka-angka. Saya sudah muak mencari kepastian antara si X dan Y. Awalnya, saya tertarik masuk ke jurusan Sastra Indonesia. Namun, teman saya yang merupakan mahasiswa jurusan Sastra Indonesia dan Sastra Inggris menyarankan saya untuk tidak mengambilnya. Lantaran menurut mereka, jurusan Sastra Indonesia kurang begitu menarik dan elegan. Hal tersebut membuat saya bimbang. Pada akhirnya, saya menemukan jurusan yang mampu menunjang keahlian saya dalam membaca dan menulis selain sastra, yakni sebuah jurusan yang bernama Sosiologi.

Awal masuk kuliah, saya menganggap bahwa sosiologi adalah ilmu yang mudah. Saya hanya disuruh memahami teori dan paradigmanya, serta siapa saja tokoh yang menjabarkannya. Namun lambat laun, sosiologi begitu mengerikan, lebih tepatnya sangat menantang. Mungkin, di awal-awal semester saya dapat menjawab setiap permasalahan dengan mudah lantaran beberapa jawaban bisa diperoleh melalui Google. Akan tetapi di pertengahan jalan, saya baru mengenal bahwa sosiologi adalah ilmu yang bergerak di bidang penelitian lapangan. Jawaban atas setiap pertanyaan tidak akan bisa kita dapatkan dari internet, kita sendirilah yang harus memecahkannya. Oleh karena itu, saya jadi sadar bahwa sosiologi bukanlah ilmu yang sepele. Hal tersebut juga menampar saya bahwa ilmu tidak dapat diukur dari seberapa sering menggunakan angka, perhitungan, dan rumus untuk bisa dikatakan susah. Semua ilmu adalah sama, yang ruwet adalah mereka yang tidak benar-benar memahaminya.

Sejak saat itu, ketika saya menemui teman saya yang IPS dulu, saya merasa bersalah. Ternyata, pandangan kita terhadap sesuatu tanpa pernah mengenalnya maupun melakukannya adalah jalan menuju kesesatan. Meski demikian, banyak dari teman-teman IPA saya yang hingga kini masih belum terbuka pikirannya. Mereka masih terjebak dalam pragmatisme berpikir, yang mana masih saja menganggap bahwa saintek pintar, soshum tidak. Beberapa waktu lalu, teman saya berkata kepada saya bahwa ketika UTS ia kesusahan menjawab soal, lantaran soal-soal yang diberikan harus menggunakan rumus secara utuh, mengingat saat ini ia sedang menempuh program studi Fisika. Secara tiba-tiba ia berkata, “Kamu mah enak, jawaban UTS-mu sudah ada di internet, nggak perlu mikir lagi.” Sontak saya kaget dengan perkatannya. Saya lalu berpikir, mengapa masih ada pemikiran seperti ini?.

Sejak saat itu, saya menjadi sangat tersadarkan bahwa masyarakat kita masih terjebak dalam spekulasi yang dangkal. Mereka hanya melihat sesuatu dari luarnya saja, tanpa tahu dan mencoba mencari tahu apa isinya. Mereka hanya mengenal bahwa sosiologi adalah ilmu yang memahami masyarakat, dan memahami masyarakat merupakan hal yang mudah. Padahal, jurusan Sosiologi tidak berkutat pada ruang lingkup seperti itu saja. Justru, mahasiswa jurusan Sosiologi lah yang memberikan jawaban ke internet dengan temuan-temuannya. Mereka melakukan penelitian selama berhari-hari, berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan. Tetapi, hasilnya, temuan mereka malah dianggap sebagai hasil copy paste di internet, dan itu sangat menyakitkan. Jika di antara kalian yang masih memiliki pemikiran seperti itu cepat-cepatlah bertobat dan ngopi bareng saya sini.

BACA JUGA Jadi Mahasiswa Hukum Itu Ternyata Nggak Sekeren yang Orang Lain Pikirkan dan tulisan Adhitiya Prasta Pratama lainnya.

Baca Juga:

Keluh Kesah Alumni Program Akselerasi 2 tahun di SMA, Kini Ngenes di Perkuliahan

Nasib Sarjana Musik di Situbondo: Jadi Tukang Sayur, Bukan Beethoven

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 19 Oktober 2021 oleh

Tags: jurusanKuliahpendidikan terminalsosiologi
Adhitiya Prasta Pratama

Adhitiya Prasta Pratama

Seorang mahasiswa yang hobi baca apa aja di depannya.

ArtikelTerkait

Beasiswa KIP Kuliah Salah Sasaran, Banyak Penerimannya yang Masih Bisa Jajan Kopi Mahal hingga Naik Transportasi Kelas Eksekutif Mojok.co

Penerima KIP Kuliah Gadungan: Kuliah Susah, tapi Gaya Hidup Mewah

5 Juni 2025
Ada yang Salah dengan Anggapan Lulus SMA Harus Kuliah, Lalu Kerja

Ada yang Salah dengan Anggapan Lulus SMA Harus Kuliah atau Kerja

6 Mei 2022
the doorway effect mojok

The Doorway Effect, Alasan Kita Mendadak Lupa Mau Ngapain

13 Juni 2021
CFD Universitas Negeri Malang (UM): Bukan Cuma Bikin Sehat, tapi Juga Bikin Sambat

CFD Universitas Negeri Malang (UM): Bukan Cuma Bikin Sehat, tapi Juga Bikin Sambat

3 Desember 2023
Fakta Pahit Jurusan Arkeologi yang Memikat tapi Sepi Peminat

Fakta Pahit Jurusan Arkeologi yang Memikat tapi Sepi Peminat

9 Januari 2023
5 Drama Korea yang Bisa Jadi Topik Skripsi buat Mahasiswa Jurusan Sosiologi Terminal Mojok

5 Drama Korea yang Bisa Jadi Topik Skripsi buat Mahasiswa Jurusan Sosiologi

30 Juli 2022
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi (Unsplash)

Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi: Menolong Ribuan Perantau, tapi Menyengsarakan Warga Sendiri

22 Desember 2025
Motor Honda Win 100, Motor Klasik yang Cocok Digunakan Pemuda Jompo motor honda adv 160 honda supra x 125 honda blade 110

Jika Diibaratkan, Honda Win 100 adalah Anak Kedua Berzodiak Capricorn: Awalnya Diremehkan, tapi Kemudian jadi Andalan

20 Desember 2025
Air Terjun Tumpak Sewu Lumajang, Tempat Terbaik bagi Saya Menghilangkan Kesedihan

4 Aturan Tak Tertulis agar Liburan di Lumajang Menjadi Bahagia

17 Desember 2025
Keluh Kesah Alumni Program Akselerasi 2 tahun di SMA, Kini Ngenes di Perkuliahan

Keluh Kesah Alumni Program Akselerasi 2 tahun di SMA, Kini Ngenes di Perkuliahan

18 Desember 2025
Tombol Penyeberangan UIN Jakarta: Fitur Uji Nyali yang Bikin Mahasiswa Merasa Berdosa

Tombol Penyeberangan UIN Jakarta: Fitur Uji Nyali yang Bikin Mahasiswa Merasa Berdosa

16 Desember 2025
Harga Nuthuk di Jogja Saat Liburan Bukan Hanya Milik Wisatawan, Warga Lokal pun Kena Getahnya

Harga Nuthuk di Jogja Saat Liburan Bukan Hanya Milik Wisatawan, Warga Lokal pun Kena Getahnya

21 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Jogja Mulai Macet, Mari Kita Mulai Menyalahkan 7 Juta Wisatawan yang Datang Berlibur padahal Dosa Ada di Tangan Pemerintah
  • 10 Perempuan Inspiratif Semarang yang Beri Kontribusi dan Dampak Nyata, Generasi ke-4 Sido Muncul hingga Penari Tradisional Tertua
  • Kolaboraya Bukan Sekadar Kenduri: Ia Pandora, Lentera, dan Pesan Krusial Warga Sipil Tanpa Ndakik-ndakik
  • Upaya “Mengadopsi” Sarang-Sarang Sang Garuda di Hutan Pulau Jawa
  • Menguatkan Pembinaan Pencak Silat di Semarang, Karena Olahraga Ini Bisa Harumkan Indonesia di Kancah Internasional
  • Dianggap Aib Keluarga karena Jadi Sarjana Nganggur Selama 5 Tahun di Desa, padahal Sibuk Jadi Penulis

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.