Pada masanya, anak-anak generasi 90-an selalu punya mainan yang asyik untuk dimainkan bersama. Tentu saja, hal tersebut jauh sebelum internet terbilang mudah untuk diakses seperti sekarang ini. Kalaupun mabar, sifatnya offline atau dimainkan secara konvensional di luar rumah tanpa embel-embel online. Betul-betul main bareng secara tatap muka, saling bertemu, dan berinteraksi secara langsung satu sama lain. Salah satu yang hype dan sering dimainkan adalah mainan kertas BP.
Jika sebagian di antara kalian ada yang lupa—atau mungkin belum tahu—BP adalah mainan berupa potongan kertas, berisikan banyak sekali karakter dengan segala kelengkapannya. Mulai dari outfit yang bisa dikategorikan ke dalam hobi, profesi, perlengkapan rumah tangga berupa cermin, kasur, rumah, dan lain sebagainya.
Konon, BP merupakan singkatan dari Busy Page. Namun, kebanyakan orang lebih mengenal dengan istilah “Bongkar Pasang”. Pasalnya, cara mainnya yang betul-betul dibongkar-pasang atau dipasangkan. Misal, dalam satu kertas BP berukuran A4 (atau lebih kecil) selain ada dua karakter laki-laki dan perempuan, ada pula perlengkapan lain seperti beragam pakaian, model rambut, tas, sepatu, dan lain-lain. BP juga sering disebut sebagai mainan barbie kertas atau paper doll (boneka kertas).
Pada masanya, harganya pun terbilang terjangkau, sekira Rp100-Rp200 untuk satu lembar kertas BP berisikan beragam karakter sekaligus perlengkapannya.
Agar lebih seru dan asyik, biasanya mainan BP dimainkan minimal oleh dua orang dengan cara role play/bermain peran. Permainan ini juga lintas gender, kok. Bisa dimainkan oleh laki-laki dan perempuan, tergantung karakter atau peran yang dimainkan. Makanya, kurang tepat jika menganggap BP adalah permainan untuk anak perempuan saja. Selain itu, nggak heran jika BP tergolong sebagai mainan edukatif karena ada unsur bermain peran.
Jika diingat kembali, main BP itu mirip-mirip atau versi lite dari The Sims yang dimainkan secara offline. Sama-sama bermain role play dengan tema sesuai keinginan. Bedanya, jika The Sims dimainkan secara perorangan, main kertas BP biasanya dilakukan (atau lebih asyik) secara berkelompok.
Sampai dengan saat ini, meski tidak sepopuler 2-3 dekade yang lalu, mainan BP masih banyak diperjualbelikan di toko online atau pedagang kelontong di pinggir jalan/keliling. Harganya pun bervariasi, tergantung karakter atau kualitas kertas yang ditawarkan.
Dari hal tersebut, setidaknya kita semua—atau paling tidak generasi 90-an—sama-sama tahu, bahwa mainan BP masih ada peminatnya hingga saat ini. Dan tidak serta merta menjadi punah dan lenyap begitu saja oleh gempuran dunia digital yang bertubi-tubi.
Tidak bisa tidak. Mainan BP juga bisa menjadi salah satu permainan jadul yang sangat direkomendasikan bagi anak-anak sekarang yang bisa dimainkan bersama dengan keluarga di rumah.
Selain edukatif karena bisa melatih komunikasi dan kemampuan bersosialisasi, harganya terbilang sangat murah dan terjangkau. Mainan BP juga bisa dikategorikan mengasah kreativitas karena siapapun yang bermain harus menyusun rumah, tempat tidur, dan menyesuaikan outfit tergantung tema cerita yang dibayangkan. Juga, sekaligus memperkenalkan salah satu mainan jadil yang beken pada masanya. Bagi para orang tua, mungkin bisa sekaligus nostalgia mainan yang dahulu sempat menjadi salah satu andalannya.
Hal lain yang menjadi bagian dari nostalgia BP pada masanya dan tidak akan terlupakan adalah, menukar per-bagian atau satu lembar BP sekaligus antara teman yang satu dengan lainnya.
Salah satu yang dirindukan dari main BP ini adalah penentuan tema cerita saat role play. Apakah menjadi suatu keluarga utuh dengan pembagian peran seperti Bapak-Ibu-Anak. Berperan seperti orang yang sedang bekerja di ruang lingkup perkantoran. Atau memerankan pekerjaan dokter, lengkap dengan suster dan pasiennya.
Ketiga cerita dan role play tersebut yang paling sering dimainkan. Bahkan, biar lebih seru, biasanya ada teman-teman lain yang bertugas untuk menonton atau sekadar memberi komentar sekaligus masukan terkait jalan ceritanya. Tentu saja, dengan memanfaatkan imajinasi liar yang dimiliki oleh teman-teman sebaya lainnya. Ya, namanya juga bocah.
Boleh jadi, saat ini sudah banyak permainan jadul atau tradisional yang kalah saing dengan mainan kekinian berbasis digital atau internet. Namun, siapa yang mau memungkiri bahwa segala kenangan yang sudah dilewati saat memainkan permainan tersebut, akan tetap hidup dan abadi dalam wadah nostalgia untuk sekadar berbagi cerita lama.
Sumber Gambar: YouTube Anis Nur Azizah
BACA JUGA 6 Rekomendasi Permainan Anak Jadul untuk Rumah Tak Berhalaman Luas dan artikel Seto Wicaksono lainnya.