Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Kampus Pendidikan

Berbicara Soal Emansipasi Tapi Masih Tanya Alasan Cewek Sekolah Tinggi: Ngana Sehat?

Atik Soraya oleh Atik Soraya
13 Agustus 2019
A A
emansipasi

emansipasi

Share on FacebookShare on Twitter

Banyak orang ngebacot soal emansipasi tapi tanpa disadari malah suka nyindir perempuan begini begitu—menghakimi perempuan harusnya mau diajak susah lah, perempuan terbaik adalah yang ikhlas mau dipoligami, perempuan yang idaman itu yang wajahnya tidak dipoles make up. Sampai ke pertanyaan yang sebenarnya udah ada dari jaman Bapak saya muda dulu kayaknya, ‘untuk apa sih perempuan sekolah tinggi—kan nanti kan ilmunya nggak kepake’—ya jelas biar nggak gampang dibegoin sama orang-orang mokondo lah.

Saya jadi ragu, sebenarnya orang yang suka meramaikan Hari Perempuan sedunia, Hari Kartini, atau Hari Ibu dengan menggunakan kata emansipasi itu ternyata tidak paham sama arti dari emansipasi. Begini, zheyeng—emansipasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pembebasan dari perbudakan; persamaan hak dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat—seperti persamaan hak kaum wanita dengan kaum pria. Dilihat secara sederhana dalam lanskap yang sangat kecil, maka ada kata kunci tentang emansipasi yang bisa kita dapat di situ—pembebasan dari perbudakan dan persamaan hak.

Lalu jika dikaitkan dengan pertanyaan ‘untuk apa sih perempuan sekolah tinggi—kan nanti kan ilmunya nggak kepake’ maka jawabannya adalah karena setiap manusia baik laki-laki maupun perempuan—atau bahkan sekarang yang non-binary—juga berhak untuk mendapatkan persamaaan hak. Persamaan hak disini ya termasuk untuk masalah pendidikan. Pendidikan dalam hal apapun yang dicita-citakan oleh setiap perempuan tanpa pernah menganggap “ih kamu kan perempuan ngapain belajar sesuatu yang didominasi laki-laki.” Kalau ternyata masih punya pemikiran yang begitu berarti kamu belum menangkap poin emansipasi dalam bentuk yang sangat sederhana yang ada di KBBI tadi.

Emansipasi tidak sebatas kenyataan bahwa perempuan sekarang sudah bisa belajar di sekolah, perempuan saat ini sudah diizinkan untuk membawa kendaraan sendiri, bisa kerja, bisa ikut memilih dalam pemilhan umum dan banyak hal lainnya. Kenyataan-kenyataan tersebut memang membawa kepada progres yang baik namun emansipasi sesungguhnya saya pikir tidak bisa berhenti sampai disitu. Setelah kebebasan tadi ada, maka timbullah permasalahan baru, termasuklah ocehan nggak jelas soal kenapa perempuan perlu sekolah tinggi.

Begini, susah-susah perempuan pejuang zaman dulu seperti Kartini, Cut Nyak Dien, Martha Christina Tiahahu, Cut Meutia, Rasuna Said, dsb berdiri di atas kaki sendiri untuk membela hak perempuan yang dilupakan eh manusia-manusia zaman sekarang justru dengan enaknya kembali menjajah perempuan lewat cara berpikir yang jahat dan sangat sangat sangat terbelakang. Sedih akutu.

Otakmu itu loh, tolong jangan terlalu dikekang. Coba pelan-pelan diajak lihat dan mengerti berbagai fenomena yang terjadi dari beragam sudut pandang, secara mendalam.

Yang punya pemikiran itu tuh nggak hanya laki-laki loh, perempuan juga ada. Sesama perempuan juga sering memberikan pernyataan yang penuh intimidasi apalagi kalau ada keputusan perempuan lain yang milih untuk menempuh pendidikan terlebih dahulu, mulai deh ngebacot.

Padahal emansipasi perempuan yang sejati nggak bakal bisa dilakukan oleh satu dua orang saja, perempuan harusnya bersatu bukan menghakimi perempuan dan semua cita-cita yang ada di kepalanya.

Baca Juga:

Dosa Jurusan Pendidikan yang Membuat Hidup Mahasiswanya Menderita

Selalu Diajar Dosen Nggak Becus, Sekalinya Ketemu Dosen Baik Dikit Jadi Dianggap Hebat, padahal Itu Bare Minimum

Progres persamaan hak untuk perempuan yang sudah dibangun dengan susah payah sama para pahlawan selama ini bisa jadi tidak berarti apa-apa kalau pola pikir sebagian besar masyarakatnya kembali pada konsep penjajahan dulu. Ditambah ideologi patriarki yang masih berlaku di masyarakat maka sepertinya bukan tidak mungkin konsep yang selama ini diperjuangkan akan mengalami penurunan.

Saya jadi teringat salah satu kutipan dari Nawal El Saadawi dalam bukunya The Hidden Face Of Eve yang sudah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia. Persoalan perempuan dan laki-laki memang akan selalu menarik dikupas tidak terbatas oleh waktu, dan yang jelas persoalan itu memang rumit, “Karena persoalan pria dan wanita dalam masyarakat kita adalah tanpa akhir, tanpa penyelesaian, meski usaha yang gigih terus dilakukan untuk membuka tabir perasaan kita dan memaparkannya di bawah akar persoalannya; persoalan yang sebenarnya ada di dalam struktur politik, sosial, ekonomi, seksual, dan sejarah yang di atasnya kehidupan kita dibangun“, apa yang dituliskan Nawal pada bukunya yang terbit tahun 1977 agaknya bisa dijadikan sebuah jawaban kenapa sampai sekarang masih ada saja orang yang menguliti persoalan perempuan dan tetap menempelkan segala stereotip yang entah sejak kapan ada. (*)

 

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) yang dibikin untuk mewadahi sobat julid dan (((insan kreatif))) untuk menulis tentang apa pun. Jadi, kalau kamu punya ide yang mengendap di kepala, cerita unik yang ingin disampaikan kepada publik, nyinyiran yang menuntut untuk dighibahkan bersama khalayak, segera kirim naskah tulisanmu pakai cara ini.

Terakhir diperbarui pada 4 Februari 2022 oleh

Tags: emansipasikekuatan wanitaKritik SosialPendidikansekolah tinggi
Atik Soraya

Atik Soraya

ArtikelTerkait

bioskop

Membuang Sampah Sendiri Seusai Nonton di Bioskop adalah Perkara Kemanusiaan

15 Juli 2019
pascasarjana

Apa Iya, Pendidikan Pascasarjana Itu Pelarian Saja?

28 Agustus 2019
ganteng dan cantik

Jangan Munafik, Hidup Memang Lebih Mudah Buat Orang Ganteng Dan Cantik

28 Juli 2019
menghakimi secara sosial

Menghakimi Secara Sosial Adalah Budaya Kita

11 Juli 2019
peternak ikan

Apa Salahnya Punya Cita-Cita Sebagai Peternak Ikan?

11 Oktober 2019
pelacur

Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur!

5 Agustus 2019
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Menjajal Becak Listrik Solo: Cocok untuk Liburan, tapi Layanan QRIS-nya Belum Merata Mojok.co

Menjajal Becak Listrik Solo: Cocok untuk Liburan, Sayang Layanan QRIS-nya Belum Merata 

24 Desember 2025
4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

25 Desember 2025
Jepara Adalah Kota Ukir, Kota yang Ahli Memahat Indah kecuali Masa Depan Warganya

Jepara Adalah Kota Ukir, Kota yang Ahli Memahat Indah kecuali Masa Depan Warganya

26 Desember 2025
Nestapa Tinggal di Kendal: Saat Kemarau Kepanasan, Saat Hujan Kebanjiran

Nestapa Tinggal di Kendal: Saat Kemarau Kepanasan, Saat Hujan Kebanjiran

22 Desember 2025
Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

25 Desember 2025
Perpustakaan Harusnya Jadi Contoh Baik, Bukan Mendukung Buku Bajakan

Perpustakaan di Indonesia Memang Nggak Bisa Buka Sampai Malam, apalagi Sampai 24 Jam

26 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Kala Sang Garuda Diburu, Dimasukkan Paralon, Dijual Demi Investasi dan Klenik
  • Pemuja Hujan di Bulan Desember Penuh Omong Kosong, Mereka Musuh Utama Pengguna Beat dan Honda Vario
  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.