Berat Rasanya Menjadi Selfiephobia, Buka Kamera Saja Sudah Berkeringat

selfiephobia terminalmojok (1)

selfiephobia terminalmojok (1)

Pernahkah kamu mendapati orang tanpa foto di sosial medianya lalu penasaran alasan di baliknya? Tentu ini tidak berlaku untuk fake account. Mungkin saja orang itu mengidap selfiephobia. Phobia ini bisa dikatakan aneh, ketakutan seseorang untuk mengambil foto diri dan mengunggahnya di internet. Biasanya bisa disebabkan ketakutan fotonya akan disalahgunakan, atau karena kurangnya rasa percaya diri dan merasa tidak photogenic.

Dari banyak akun sosial media yang saya miliki, nyaris jarang sekali ditemukan foto diri. Barangkali hanya foto bersama ataupun foto candid yang memang tidak disengaja, karena belakangan banyak juga foto candid ala-ala yang dipersiapkan dengan matang. Saya pribadi merasa kurang nyaman untuk mengambil selfie atau swafoto. Alasannya tentu saja kurangnya rasa percaya diri. Saya merasa tidak dikaruniai rupa yang bagus, sampai jarang sekali bercermin. Apalagi diabadikan dalam jepretan foto.

Sayangnya, masih banyak orang yang memang menganggap aneh hal ini. Mereka tidak menyadari saya mengalami hal sulit ketika harus mengambil foto. Parahnya, bukan hanya swafoto tapi foto bersama pun saya memilih absen saja. Biasanya foto angkatan, saya hanya ikut satu jepretan saja. Ini membuat teman saya berasumsi saya antisosial sampai tidak mau foto bersama. Padahal alasannya, karena saya memang takut untuk berfoto.

Teman saya bergurau, menebak banyak foto selfie saya di ponsel yang tidak diunggah. Tentu saja tuduhan yang tidak berdasar. Sebab, galeri di ponsel saya hanya berisi tangkapan layar dan foto-foto mbak idola. Saya tidak pernah menyimpan sebuah foto selfie. Pun saya mengambil foto hanya untuk keperluan semata. Misalnya, verifikasi akun penjual Shopee untuk program gratis ongkir dan sebagainya. Tapi, apa sih yang sebenarnya dirasakan ketika mengambil foto? Bukankah itu tidak memakan waktu lama dan sekedar mempertahankan pose selama beberapa detik?

Jika ketakutan itu hanya berlangsung pra-foto, mungkin saya bisa lebih mudah beradaptasi. Tapi, ketakutan itu juga melanda kala kamera mengarah ke saya. Rasa takut, malu hingga deg-degan, sampai berkeringat. Takut sebab hasilnya pasti tidak photogenic, malu karena pose saya mungkin tidak enak dilihat bidikan kamera, deg-degan kenapa tak kunjung usai. Hingga tahun lalu, saya benar-benar tidak mengambil foto diri kecuali di acara tertentu untuk dokumentasi.

Tapi, saya akhirnya menyadari jika foto adalah jejak memori yang penting. Mungkin kini saya tidak merasakan dampaknya, tapi ketika saya menua dan renta barangkali saya ingin menengok masa ketika saya masih segar. Pemikiran itu mendorong saya untuk mengenyahkan masalah phobia ini. Meskipun rasanya sulit bukan main.

Saya pernah mengunggah foto candid saya di Instagram, disertai kekhawatiran tingkat dewa tentunya. Dan… satu-satunya foto saya itu mendapat banyak sekali like dan komentar. FYI, saya jarang aktif di Instagram dan hanya memiliki pengikut 428 selama kurun nyaris empat tahun membuat akun. Hari itu saya mendapat lebih dari 50 komentar di postingan foto candid dengan filter inkwel di Instagram. Teman saya berkelakar foto hitam putih saya seperti selfie Nicholas Saputra ketika perayaan pemilu lalu. Akhirnya saya mengikuti jejaknya Mas Nico. Saya menghapus di kolom unggahan dan menyimpannya sebagai foto profil Instagram.

Tempo lalu, saya berkesempatan mengambil foto diri. Ini sebagai tugas dari dosen untuk profil siswa. Proporsinya setengah badan dan tersenyum ceria. Saya pusing sekali dengan tugas singkat semacam ini. Tapi hamdalah, dosen sepakat setelah foto pertama yang dikirim. Jika bukan karena itu, tentu saja tiga foto saya di galeri tidak pernah ada. Tapi, sejujurnya setelah melihat apresiasi orang-orang saya merasa tidak terlalu buruk. Bisa jadi itu langkah untuk mengurangi rasa grogi dari si selfiephobia ini.

Jika sampai proses pengambilan foto dan saya mampu mengikis ketakutan itu, tentu saja ini langkah selanjutnya untuk mengunggah di sosial media. Meskipun sebagian menganggap ini bukan perkara penting, tapi menyimpan di sosial media tentu lebih abadi dari sekedar di galeri yang sewaktu-waktu bisa menghilang. Jika orang berpikir selfiephobia adalah masalah yang tidak masuk akal, sebagian pun berpikir ini bukan masalah. Tapi, saya sebagai pengidap selfiephobia, berpikir ini memang masalah yang masuk akal dan harus diselesaikan.

Sebab, saya ingin memiliki gambaran diri dari masa ke masa. Hidup ini proses, pun saya ingin lebih mudah mengingat dengan memorabilia.

BACA JUGA Jerawat Setitik, Rusak Selfie Setongkrongan Itu Nyata

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.
Exit mobile version