Menanggapi isu makan siang gratis, ada reel di Instagram Mbak Suci Amanda. Ilustrator yang tinggal di Jepang bersama keluarganya ini menceritakan bekal makan siang atau bento, sangat rinci disiapkan oleh Jepang dengan standar yang tinggi. Menu makan siang nggak boleh sembarangan. Dipantau ketat oleh nutrisionis. Porsi karbohidrat tidak boleh terlalu banyak, dibandingkan protein dan gizi lain. Bahkan setiap hari, anak bisa mendapatkan 5 menu: karbo (dari roti, pasta, nasi), protein (dari daging, ayam, telur, ikan), sayur, buah dan susu.
Dapur tempat menyiapkan makan siang harus super bersih dan higienis. Tukang masak berseragam dengan topi pelindung yang menjamin kebersihan. Bahan pangan juga diambil dari produk daerah untuk mengurangi emisi karbon. Makan siang ini tidak 100% gratis, hanya disubsidi. Anak dengan orang tua berpenghasilan rendah dan mahasiswa beasiswa saja yang digratiskan.
Urusan makan siang gratis begitu serius disiapkan. Ada panduan lengkap dan informasi untuk orang tua agar merasa tenang tentang keamanan dan kandungan makanan. Dengan budaya makan yang sehat, diharapkan anak akan tumbuh optimal dan terbawa hingga dewasa. Tidak ada orang dewasa yang berperut buncit, semuanya akan fit seperti Jennnifer Bachdim.
Ekspektasi saya yang terlanjut melangit, langsung runtuh seketika setelah melihat video bertajuk “Simulasi Menu makan siang gratis”. Di dalam video, Pak Menteri mengambil siomay, telur rebus dan entah apa lagi seleranya. Ibu-ibu berseragam di depan Pak Menteri tampak ujuk kebolehan menata gado-gado dan makanan lain. Keroyokan, tidak higienis dan di tata di atas meja ala kadarnya. Adapun anggarannya, ternyata masih belum tentu juga dari mana. Di akhir video, ada murid yang menjadi tester berkomentar, “Nggak kenyang hehe, nasinya kurang banyak”.
Sungguh berbeda, bagaikan bumi dan langit. Bento yang bergizi dan maksi gratis ala kadarnya. Membandingkan chicken katsu dengan gado-gado memang sama-sama bergizi. Tetapi bagaimana perbandingan kandungan gizinya?
Baca halaman selanjutnya: Makan siang gratis yang menggelikan…
Makan siang gratis yang menggelikan
Sebagai contoh, mari kita ketahui Angka Kebutuhan Gizi (AKG) harian untuk anak kelas 1 SD. Anak usia 6-7 tahun ini butuh protein 40 gram, lemak 55 gram, karbohidrat 250 gram, serat 23 gram, air 1,5 liter dan total 1650 kkal. AKG 40 protein ini misalnya, bagaimana cara mencapainya dengan makan siang gratis?
Satu porsi makan, paling tidak harus mengandung 14 gram protein. Sedangkan 1 butir telur hanya mengandung 6 gram protein. Bisa juga dengan 50 gram daging ayam yang mengandung 15 gram protein. Kombinasi protein dari ayam, daging dan ikan yang lebih tinggi digunakan untuk mengejar AKG. Perlu diingat juga, anggarannya hanya 12ribu-15 ribu. Nah, sekarang ngerti kan kenapa ibu-ibu suka stress kalau menyiapkan menu masakan.
Makan siang gratis digadang-gadang akan diperuntukkan bagi siswa SD hingga SMA. Tapi bila ditarik lagi alasan kenapa ada makan siang gratis ini adalah sebagai program menghilangkan angka anak kekurangan gizi dan stunting. Narasi ini sungguh menggelikan, karena para dokter dan ahli sudah menyatakan cara pencegahan stunting. Yaitu dengan pemenuhan gizi sejak 100 hari pertama kehidupan, yaitu sejak pembuahan sel telur hingga anak berusia 2 tahun.
Jadi, ibu hamil, menyusui dan bayi berusia hingga 2 tahunlah yang nyata-nyata seharusnya menjadi target program menghilangkan anak kurang gizi.
Kalau perlu, geserlah langit!
Tapi sudahlah, bila nasi sudah menjadi bubur, mari kita membuatnya menjadi bubur ayam yang enak. Program makan siang gratis yang sudah menjadi bubur ini, bagaimana caranya menjadi bubur ayam yang lezat bagi anak-anak sekolah Indonesia. Tentu saja dengan menyiapkan dengan tidak ala kadarnya seperti yang sudah-sudah dari program-program pemerintah.
Bento Jepang memang standar yang tinggi. Berharap menu makan siang gratis akan seperti bento juga rasanya kok mustahil. Tapi, untuk anak, standar tertinggi haruslah jadi yang terendah, karena mereka wajib mendapat yang terbaik. Sekalipun harus menggeser langit agar hal itu bisa terwujud, maka, geserlah!
Ungkapan “Tidak ada yang namanya makan siang gratis” tampaknya harus punah. Anak-anak sekolah se-Indonesia, bergembiralah. Kalian akan makan siang gratis. Asyik!
Penulis: Aniesa Norma Dantie
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Membayangkan Program Makan Siang Gratis Diterapkan di Tadika Mesra dalam Semesta Upin Ipin