Baru-baru ini di lini masa jagat media sosial muncul postingan dan diskusi mengenai peta bumi. Diskusi ini bermula dari postingan dari Nuseir Yassin atau dikenal dengan akun Nash Daily yang menggambarkan bahwa peta bumi yang ada pada saat ini adalah salah. Peta bumi yang saat ini dikenal sebagai peta Mercator menggambarkan negara-negara dan ukuran yang salah dan tidak proporsional. Kondisi ini tentu saja membingungkan banyak orang terutama anak-anak sekolah yang baru belajar ilmu Geografi.
Sebagai alternatifnya Nash Daily menyarankan menggunakan peta yang dikenal sebagai peta Gall-Peters. Dia mengklaim bahwa peta Gall-Peter lebih baik dalam menggambarkan bentuk dan ukuran setiap negara. Sehingga para pelajar tidak menjadi tidak bingung dalam melihat ukuran setiap negara yang ada di bumi. Dia pun di dalam videonya menampilkan secara sekilas peta Gall-Peters yang dibuat secara manual. Akan tetapi, apakah benar pendapat yang disampaikannya? Mari kita tanya Galileo.
Baik, sebelum lanjut membahas kebenaran pendapat dari Nash Daily, mari kita belajar lagi memahami bumi ini dengan baik. Oh iya, ini penjelasannya juga dengan konsep bumi bulat, ya, bukan bumi datar. Jadi, buat pendukung bumi datar silakan untuk menyesuaikan atau membuat analisis sendiri.
Meskipun bumi sering dikatakan bulat, sesungguhnya bumi ini tidaklah benar-benar bulat dengan lengkungan yang sempurna seperti bola. Lantaran adanya rotasi bumi maka bumi bagian tengah menjadi sedikit mampat dan mengubah bentuk bulat menjadi sedikit lonjong.
Nah, akibatnya ketika rupa muka bumi diproyeksikan menjadi sebuah peta utuh ada banyak perubahan bentuk dan ukuran objek. Banyak ahli kartografi yang selanjutnya mencoba untuk membuat metode proyeksi permukaan bumi agar peta yang dihasilkan menjadi akurat. Namun, karena pada dasarnya bumi ini bentuknya bulat agak lonjong jadinya tidak ada satu pun sistem proyeksi peta yang bisa menggambarkan seluruh bentuk permukaan bumi dalam satu peta dengan baik. Dampaknya, peta setiap negara yang ada di peta dunia menjadi terdistorsi dari bentuk dan ukuran sebenarnya.
Saat ini ada banyak sistem proyeksi untuk menggambarkan bentuk permukaan bumi menjadi sebuah peta utuh. Yang paling terkenal adalah proyeksi Mercator yang diperkenalkan oleh Gerardus Mercator di tahun 1569. Ini adalah proyeksi peta yang paling umum digunakan di dunia. Kalau ada peta dunia yang tergantung di dinding sekolah, haqqul yaqin bisa dipastikan itu adalah peta Mercator.
Prinsip kerja proyeksi Mercator ini ibaratnya memasukkan bola bumi ke dalam sebuah silinder. Selanjutnya bentuk permukaan bola bumi diproyeksikan ke dinding silinder yang selanjutnya dibentangkan menjadi satu peta utuh. Akibatnya bentuk permukaan bumi di dekat khatulistiwa terproyeksikan dengan baik dan yang jauh menjadi menyimpang dan membesar. Makanya benua Afrika jadi kelihatan lebih kecil dibandingkan dengan Greenland jika menggunakan peta dengan proyeksi ini.
Oke jadi sudah paham, kan, kenapa peta yang tergantung di dinding kelas kita sebenarnya agak aneh dan alasan Nash Daily bikin video? Nah, ada sistem proyeksi peta lain yang juga digunakan untuk menggambarkan peta dunia yang namanya proyeksi azimuthal equidistant. Pernah melihat peta yang ada di lambang PBB, kan? Kalau nggak pernah ya kebangetan, Lur. Peta di lambang PBB menggunakan sistem proyeksi ini. Prinsip kerjanya seperti meletakkan cermin di kutub utara bumi. Makanya peta ini menggambarkan kutub utara sebagai pusatnya.
Problem utama proyeksi peta ini adalah menghasilkan gambar yang akurat di bagian lintang 0 dan menyimpang mendekati garis khatulistiwa. Jadi kalau menggunakan proyeksi ini wilayah Indonesia terlihat sangat luas sekali.
Sekarang kita balik ke penjelasannya Nash Daily mengenai proyeksi Gall Peters. Sebenarnya, proyeksi ini sudah diketahui sejak lama terutama yang belajar ilmu Geografi di tingkat universitas. Sistem proyeksi ini diperkenalkan oleh Pak James Gall pada tahun 1885. Sebenarnya, kalau dari sudut pandang ilmu Geografi proyeksinya termasuk ke dalam kategori proyeksi silinder jadi ya sebelas dua belas, lah dengan peta Mercator. Hanya saja, Pak Gall melakukan sejumlah koreksi untuk menghasilkan ukuran negara dan benua yang lebih proporsional satu sama lain.
Hasil kerja Pak James Gall ini kemudian diperkenalkan oleh Arno Peters di tahun 1970, selanjutnya peta ini dikenal dengan nama Gall-Peters. Peta ini kemudian di-endorse oleh UNESCO dan digunakan secara luas di sekolah-sekolah Inggris. Alasannya ya itu tadi, menghasilkan gambar negara dan benua yang lebih proporsional. Beberapa negara bagian Amerika Serikat juga menggunakan peta ini di sekolah-sekolah sejak tahun 2017. Peta ini memang cocok supaya anak sekolah nggak bingung dengan ukuran asli sebuah negara.
Namun, apakah benar peta Gall-Peters akurat? Ya, nggak juga karena memang problem awalnya adalah bentuk bumi yang bulat dan sedikit lonjong ke arah kutub mengakibatkan tidak ada satu pun proyeksi bumi yang sempurna.
Sebenarnya ada sejumlah masalah di peta Gall-Peter seperti halnya di proyeksi peta lainnya, misalnya saja bentuk benua Antartika jadi memanjang mulai dari ujung barat hingga timur dunia. Padahal benua ini bentuknya adalah pulau terpisah yang berbentuk bundar seperti Australia. Beberapa wilayah di kutub utara juga jadi menyimpang bentuknya. Problem lain dari peta Gall-Peters adalah adanya wilayah Rusia yang terpisah ribuan kilometer karena sebagian diletakkan di bagian timur sedangkan lainnya di bagian barat peta.
Sebenarnya ada proyeksi peta lainnya yang cukup baik dibandingkan dengan Gall-Peters, salah satunya adalah proyeksi Winkel-Tripel. Proyeksi peta ini diperkenalkan oleh Oswald Winkel di tahun 1921. Peta yang dihasilkan setidaknya diakui oleh banyak pihak sebagai peta yang proporsional termasuk National Geographic International. Cuma memang masalahnya lagi-lagi adalah gambaran wilayah-wilayah di dekat kutub utara dan selatan yang sedikit menyimpang.
Kalau dilihat-lihat lagi memang tidak ada proyeksi peta dunia yang cukup sempurna. Setiap proyeksi tetap menghasilkan sejumlah distorsi meskipun menghasilkan gambaran yang proporsional. Sebenarnya yang disampaikan oleh Nash Daily mengenai peta Gall-Peters nggak salah-salah amat, sih, tapi juga nggak benar-benar amat. Ya kalau pepatah bilang, tak ada gading yang tak retak.
BACA JUGA Disorientasi Daerah Dan Pendidikan Geografi Kita yang di Bawah Rerata