Beberapa minggu terakhir, BEM Unesa digoreng habis-habisan karena keberadaanya dianggap tidak berguna oleh beberapa mahasiswa, terutama soal bungkamnya mereka pada permasalahan RUU Pilkada Agustus kemarin. Terbaru, ramai kritikan dari BEM FEB yang mengatakan bahwa kepemimpinan BEM Unesa selalu dipenuhi gonjang-ganjing. Ada yang membenarkan, ada pula yang menyalahkan, bahkan tidak terima. Hadeh!
Di sini saya tidak akan membahas kritikan tersebut, melainkan saya heran kok ada mahasiswa yang masih membela kepengurusan BEM Unesa. Jelas-jelas BEM memang nggak becus mengurus kesejahteraan mahasiswa Unesa. Kampus lain lho wes sibuk ngurus demokrasi bangsa yang hampir rusak, lah ini BEM Unesa masih ngurus agenda-agenda yang nggak jelas.
Daftar Isi
BEM Unesa wajib dikritisi
Saya turut meminta maaf kepada bangsa Indonesia, karena sebagai mahasiswa Unesa, kemarin saya tidak begitu aktif bersuara peringatan darurat demokrasi. Tapi ketahuilah, ini bukanlah salah saya, melainkan salah BEM. BEM di kampus saya ini tidak begitu serius mengawal permasalahan RUU Pilkada, mereka malah menyibukkan diri dengan proker yang tidak penting. Makanya di samping permasalahan RUU Pilkada, saya dan mahasiswa lainnya juga sibuk mengurus kinerja BEM kita yang nggak becus.
Saya rasa, saya tak perlu menulis daftar ketidakbecusan BEM Unesa. Jika kalian mahasiswa Unesa, pastilah kalian merasakan sendiri. Saya tak heran pula jika BEM memilih diam pada masalah RUU Pilkada. Sebab, mereka juga bungkam untuk masalah kesejahteraan warga Unesa.
Maka dari itu, mengkritisi kinerja BEM ini sangatlah wajib. Jika tidak, jangan kaget jika kualitas BEM periode berikutnya tak jauh berbeda dengan yang sekarang. Kalian mau terjadi BEM Unesa nggak ngapa-ngapain part 3?
Tak ada yang salah dari mengkritisi kepengurusan BEM
Saya sekarang percaya bahwa tak semua yang berlabel mahasiswa itu berarti berintelektual, banyak juga mahasiwa yang ternyata aslinya bodoh. Pendapat saya, ya mahasiswa yang masih membela BEM Unesa ini. Saya tak mengatakan semua ya, tapi banyak.
Mengapa saya katakan bodoh, sebab jawaban mereka nggak masuk di kepala saya. Alih-alih menjelaskan alasannya membela, mereka malah bilang bahwa mahasiswa yang mengkritik BEM Unesa adalah kelompok yang berbeda gerbong saja. Woy pe’ak, beda ataupun sama yang nggak bisa kerja ya jangan dibela. Kalau terus begini, mau jadi apa Unesa? Mau jadi kampus Konoha?
Saya sampai berpikir, apa ini yang Rocky Gerung sebut dengan manusia dungu. Namanya saja mahasiswa, tapi pola pikirnya masih kaya anak TK. Hadeh!
Sudah bersuara untuk mahasiswa?
Saya tak punya alasan untuk mengapresiasi kinerja BEM Unesa. Sebab program-program yang mereka laksanakan menurut saya kurang begitu penting. Makanya sekali lagi, saya heran kok ada mahasiswa yang membela BEM. Pertanyaannya, dia mahasiswa Unesa bukan, sih?
Kalau kalian mahasiswa Unesa, tentu kalian akan paham betapa ditelantarkannya mahasiswa Unesa. Saya tak akan menyebutkan satu-satu, tapi yang paling memprihatinkan adalah ketersediaan gedung di kampus ini. Banyak mahasiswa, terutama kampus Ketintang, yang harus melaksanakan kuliah secara daring. Alasannya ya karena gedungnya nggak cukup. Padahal, mahasiswa sudah membayar uang kuliah secara penuh.
Ditambah lagi, tahun ini kampus juga menambah prodi baru, tapi tak ada penambahan gedung baru. Mau ditaruh mana mahasiswanya?
Nah, inilah yang harus disuarakan BEM. Sebab, hanya kalian yang dekat dengan para pimpinan Unesa. Kalau mahasiswa seperti saya bisa apa. Atau jangan-jangan, pengurus BEM sebenarnya lebih suka tidur di sekre daripada masuk kelas, jadi nggak tahu bagaimana kondisi mahasiswa? Saya harap pikiran saya ini salah.
Ya, menurut saya gaya kepemimpinan BEM Unesa ini nggak bisa dibiarkan begitu saja. Di saat mahasiswa kampus lain sedang turun ke jalan, kita malah masih harus ngurus BEM yang nggak karu-karuan. Belum lagi, masih ada saja mahasiswa bodoh yang mau membela BEM.
Saya harap, kepengurusan BEM ke depannya bisa lebih sadar diri. Nggak seperti yang sekarang ini. Bukannya bermanfaat bagi negara, eh malah jadi beban mahasiswa lainnya.
Penulis: Abdur Rohman
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA BEM Unesa Setahun Nggak Ngapa-ngapain Part 2: Gebrakan Nggak Ada, Malah Cuma Jadi Brand Ambassador!
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.