Apa kamu tega belajar nyetir mobil di jalan raya jam 7 pagi saat orang lain bergegas menuju kantor atau kampus mereka?
Sebagai mahasiswa nokturnal, saya resah ketika bulan kemarin dapat tempat magang yang menuntut saya untuk berangkat magang pukul 7 pagi. Sebelumnya saya sudah mengira bahwa masalah hidup yang akan saya hadapi pagi-pagi cuma dua, kalau nggak rasa malas, ya berkendara dengan cara ndladap-ndladap.
Untungnya saya masih bisa menghadapi kedua hal itu. Akan tetapi setelah magang selama 3 minggu, perkiraan saya salah. Masalah yang harus saya hadapi pagi-pagi tiap berangkat magang bertambah gara-gara kelakuan orang-orang yang naik mobil dengan bagian bumper depan dan belakang bertuliskan “latihan”. Iya, yang saya maksud adalah orang-orang yang sedang belajar nyetir mobil.
Kalian mungkin nggak akan pernah menduga kalau mereka bakal jadi hama lalu lintas jalan raya. Tapi percayalah, mereka beneran masuk dalam kategori hama tersebut. Memang nggak semuanya, tapi siapa pun yang belajar nyetir mobil di jalan raya jam 7 pagi adalah orang-orang yang nggak tahu diri. Begini alasannya.
Daftar Isi
Jam 7 pagi adalah waktu krusial bagi pengendara
Kita semua tentu sadar bahwa jam 7 pagi adalah waktu yang krusial bagi semua pengendara di alam semesta ini. Apa pun profesi mereka, entah mahasiswa, dosen, guru atau karyawan pabrik, jam 7 pagi adalah waktu yang menentukan sukses tidaknya hidup mereka. Minimal, kesuksesan itu tercermin dari mereka yang pada hari itu bisa sampai di tempat kerja, sekolah, atau kampus tepat waktu.
Walaupun kesuksesan itu sepele, tapi meraihnya nggak bisa dianggap remeh. Suara klakson yang merusak kuping dan pengendara yang menyalipnya nyasak-nyasak karena gopoh, niscaya ada di jalan raya tiap jam 7 pagi. Dan hal itu, jelas sebuah ujian hidup yang nggak bisa dihadapi hanya dengan mengucap, “Yo wis sing sabar le, kabeh ono dalane”. Rungkad bolo kalau caranya begitu.
Kepiawaian dalam berkendara, kecerdasan ekologi lalu lintas jalan raya, dan kesabaran untuk nggak misuh sangat dibutuhkan pada jam 7 pagi itu. Salah satu saja dari tiga komponen itu hilang, kesehatan sosial atau bahkan nyawa pun bisa jadi terancam. Dan belakangan ini, nyaris setiap hari pada jam 7 pagi, saya menemui salah satu dampak hilangnya tiga komponen itu dari orang-orang yang masih belajar nyetir mobil.
Menuai kemacetan dan bikin jantung berdebar
Saya kurang tahu pasti, apa saja persoalan teknis yang dihadapi sama mereka yang masih belajar nyetir mobil. Yang jelas, ketidakpiawaian mereka dalam berkendara adalah sebabnya. Misalnya melaju dengan lambat, berhenti secara mendadak, dan nggak segera maju saat lampu lalu lintas sudah hijau, belakangan sering saya temui tiap kali berangkat ke tempat magang jam 7 pagi.
Semua bentuk ketidakpiawian orang yang belajar nyetir mobil jam 7 pagi di jalan raya itu tentu saja menuai kemacetan. Bahkan, nggak hanya itu, jantung pengendara lain pun turut berdebar kencang ketika mengetahui tingkah laku pengendara mobil yang tak tahu diri ini. Sialnya, saya salah satu korban mereka.
Sebenarnya saya memahami dan sangat berhati-hati ketika tahu di depan saya ada pengendara yang masih belajar nyetir mobil. Tapi entah kenapa, walaupun saya sudah berjalan pelan, sudah fokus pada gerak-geriknya, tetap saja pengendara satu ini bisa tiba-tiba berhenti. Dari yang awalnya melaju pelan, lalu agak cepat, terus tiba-tiba saja berhenti mendadak gitu. Padahal di depannya ya nggak ada apa-apa.
Kalau sudah begini, mau sefokus apa pun pengendara di belakangnya, jantung pasti akan berdebar kencang. Selain deg-degan karena takut kecelakaan, kalau apesnya nabrak bumper belakang mobil yang lagi latihan pun bakal menguras isi mobil. Gimana ya, kalau kayak gini kan biasanya pengendara di belakang yang akan disalahkan dan disuruh ganti rugi.
Orang-orang yang belajar nyetir mobil jam 7 pagi di jalan raya mengundang emosi dan rawan menimbulkan kecelakaan
Selain itu, ketidakpiawaian orang yang belajar nyetir mobil di jalan raya jam 7 pagi juga mengundang emosi sosial. Pengendara lain yang sabarnya setipis UMP Jogja tisu nggak jarang saya temui. Bentuk emosi sosial mereka bermacam-macam. Ada yang membetot gasnya berkali-kali, misuh-misuh dengan ungkapan binatang, bahkan ada pula yang sampai ngomel-ngomel tepat di samping kaca mobil pengendara pemula itu. Kacaulah pokoknya.
Saya pikir, selain bikin kekacauan komunikasi, emosi sosial juga berpotensi menimbulkan kecelakaan. Misalnya (amit-amit) ketika pengendara lain emosinya terpantik, lalu kebut-kebutan karena melampiaskan emosi, bukan tak mungkin terjadi tabrakan. Atau ngerinya lagi, cara berkendara orang yang sedang belajar nyetir mobil jadi makin kacau gara-gara tertekan habis dimaki-maki pengendara lain.
Makanya biar kemungkinan-kemungkinan mengerikan di atas nggak terjadi, mulai sekarang jangan pernah belajar nyetir mobil di jalan raya jam 7 pagi, deh. Mending belajar nyetir di lapangan yang memang nggak dilarang dan khusus untuk belajar nyetir. Atau kalau memang terpaksa turun ke jalan raya, ya jangan belajar nyetir jam 7 pagi juga, dong. Setelah jam 10 atau siang hari gitu saat arus lalu lintas nggak sepadat jam pergi dan pulang kantor.
Sebagai sesama pengendara, saya paham bahwa yang namanya pengendara pemula pasti melakukan kesalahan. Tapi, karena situasinya jam 7 pagi, tentu banyak sekali pengendara lain yang mengejar waktu untuk bekerja, kuliah,a tau sekolah. Nggak lucu kan kalau pengendara lain sampai dipecat atau di-DO gara-gara terlambat tiba di kantor atau sekolah demi mementingkan orang-orang yang belajar nyetir mobil di jalan raya pagi-pagi?
Penulis: Achmad Fauzan Syaikhoni
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Belajar Menyetir Itu Sunah, Jaga Keselamatan Itu Wajib!