Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Kampus Pendidikan

Belajar Dari Sistem Zonasi Calon Menantu yang Pernah Saya Alami, Sistem Zonasi Sekolah Itu Tidak Ada Apa-Apanya

Taufik oleh Taufik
28 Juni 2019
A A
sistem zonasi calon menantu

sistem zonasi calon menantu

Share on FacebookShare on Twitter

Tahun ajaran baru untuk para siswa sekolah dari tingkat SMP dan SMA melahirkan banyak cerita. Sistem PPDB yang menzonasi para pelajar sebuah sekolah berdasarkan jarak rumah terhadap sekolah ini melahirkan begitu banyak polemik. Mulai dari sistemnya yang dianggap masih memiliki banyak celah sampai dengan serba-serbi kelakuan orang tua agar anak mereka bisa masuk sesuai sekolah yang diinginkan atau sekolah favorit.

Sistem zonasi sekolahan ini semacam pembatasan hak atas keinginan seseorang bersekolah sesuai dengan apa yang mereka mau. Walau yang ada, selama bertahun-tahun justru terciptanya sekolah-sekolah dengan label favorit dan unggulan. Namun secara kebebasan memilih, zonasi terhadap pemilihan sekolah oleh siswa-siswi ini termasuk kedalam pembatasan kemerdekaan.

Sistem zonasi dan batas membatasi yang dilakukan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sejak 2018 ini sebenarnya tidak membuat saya kaget. Walau dengan kondisi yang sedikit bertolak belakang, saya telah mengalami beberapa kali penolakan sebagai penerapan sistem zonasi ini. Dan itu terjadi tidak sekali, saya mengalaminya dua kali, bahkan tiga kali.

Sayangnya, seperti yang telah saya sebutkan, penolakan dari sistem zonasi yang saya alami berbeda dari yang dialami siswa sekarang. Penolakan yang saya alami adalah akibat sistem zonasi yang diterapkan oleh orang tua terhadap anak perempuan mereka. Pada titik yang saya alami dan mungkin juga banyak teman-teman alami adalah penolakan dalam tahap yang tingkatannya sepuluh kali lebih tinggi dari yang dialami teman-teman siswa baru di SMP atau SMA.

Teman-teman siswa siswi baru di SMP dan SMA bisa jadi mengalami penolakan di suatu SMP atau SMA dengan jarak zonasi yang tidak seharusnya. Namun mereka, sejatinya masih memiliki pilihan sekolah lain dengan zonasi yang mungkin akan lebih dekat ke rumah mereka. Dengan kata lain, mereka menemukan alternatif yang walaupun tidak benar-benar sama dengan sekolah sebelumnya, paling tidak memiliki kemiripan dalam hal jarak. Soal kualitas, zonasi ini memang bertujuan untuk meningkatkan sebuah sekolah agar setara dengan sekolah yang lainnya.

Penolakan yang saya alami sebagai akibat sistem zonasi pemilihan calon menantu oleh orang tua sedikit banyak akan berbeda dengan yang dialami oleh para siswa baru. Seperti yang saya jelaskan diatas, mereka masih memiliki begitu banyak alternatif. Tentu tidak berlaku untuk saya. Dalam memanfaatkan zonasi ini, saya telah dua kali ditinggal menikah. Dan mungkin akan segera menjadi tiga. Bayangkan, hanya karena berusaha memperoleh menantu yang sekampung kebahagian untuk anaknya, orang tua para mantan saya ini rela menelantarkan saya begitu saja. Sakit Ferguso, Sakit!!!!!

Para tim seleksi orang tua  ini membatasi kemerdekaan anak-anak mereka untuk bisa berkeluarga sesuai pilihan mereka seperti halnya pembatasan kemerdekaan terhadap siswa siswi baru SMP dan SMA . Atau kalaupun tidak sama persis dengan apa yang dialami siswa siswi baru SMP dan SMA tapi memiliki modus operasi yang sama. Sama-sama membatasi agar orang macam saya yang terlahir dan besar di kampung ini segera balik lagi ke kampungnya dan mencari saja orang kampung saya dan menikah dengannya. Benar-benar sadis!!

Padahal persoalan hati saya dengan mantan-mantan saya ini tidaklah segampang persoalan diunggulkannya atau tidaknya lokasi sekolah siswa siswi baru SMP dan SMA. Dipikirnya ketika wajah ganteng, uang banyak dan bagus IPKnya ketika lulus sudah cukup membawa anak-anak mereka kepada gerbang kebahagiaan. Tidak dong, tidak segampang itu dong.

Baca Juga:

Mas Wapres Benar, Sistem Zonasi Memang Sebaiknya Dihapus Saja karena Banyak Masalah

Pertanyaan Kapan Nikah Itu Nggak Akan Menyebalkan, asalkan Nggak Ditanyakan Setiap Hari

Rasa cinta secara alami yang tumbuh atau telah diperjuangkan sejak lama juga menentukan bahagia tidaknya sebuah hubungan. Lebih-lebih cocok atau tidaknya mantan-mantan saya ini dengan pasangan baru pilihan orang tua mereka. Tidak heran, jika ada juga mantan-mantan saya yang berusaha meminta saran kepada saya sebagai mantan terbaiknya, cowok seperti apa seharunya yang mereka pilih untuk melengkapi separuh agama mereka. Dari itu saja sudah membuktikan bahwa ada sesuatu dalam diri saya yang bahkan tidak bisa dipahami para orang tua dengan sistem zonasi calon menantu di kepala mereka ini.

Bahwa memilih calon menantu untuk anaknya bagi orang tua adalah juga termasuk sebuah pekerjaan berat. Dan jika memang mereka merasa itu berat, kenapa tidak dibiarkan saja kepada proses alamiah. Bahwa jika anak mereka suka dengan saya, ya sudah lanjut lah kita. Kalau pun tidak, ya cari yang lain.

Toh pada akhirnya, sesuai tuntunan agama tidak ada tuh Nabi memberi ketentuan untuk mencari yang se-daerah saja. Kalau seagama iya. Bahkan di dalam Al-Quran disebutkan dengan jelas bahwa Tuhan sengaja menciptakan banyak suku dan bangsa agar manusia bisa Bersatu. Bisa melalui ikatan pertemanan atau yang lebih agung lagi, ikatan pernikahan tentunya.

Jadi sekali lagi untuk para orang tua,  mari hilangkan pemikiran sistem zonasi untuk menentukan calon menantu anak-anak anda. Selain itu norak, anda juga menentang kehendak Tuhan. Mau kualat? Jangan berpikir anda punya orang dalam layaknya tes PPDB ya. Ini beda, Sob!

Terakhir diperbarui pada 13 Januari 2022 oleh

Tags: calon menantuKapan Nikahpenolakansistem zonasi
Taufik

Taufik

Ide adalah ledakan!

ArtikelTerkait

RUU Kesehatan yang Begitu Tergesa-Gesa: Apa Itu Proses? Apa Itu Asas Keterbukaan?

RUU Kesehatan yang Begitu Tergesa-Gesa: Apa Itu Proses? Apa Itu Asas Keterbukaan?

20 April 2023
Masih Ada Sekolah Favorit dan Orang Tua Pindah KK Anak, Sistem Zonasi Gagal Total!

Masih Ada Sekolah Favorit dan Orang Tua Pindah KK Anak, Sistem Zonasi Gagal Total!

29 Juni 2023
Untuk Orang-orang yang Kalah di Hari Kemenangan, Bertahanlah, Dunia Ini Mengasyikkan

Untuk Orang-orang yang Kalah di Hari Kemenangan, Bertahanlah, Dunia Ini Mengasyikkan

21 April 2023
Jomblo kok Diiming-imingi Seks biar Segera Menikah, Kami Nggak Selemah Itu mojok.co/terminal

Jomblo kok Diiming-imingi Seks biar Segera Menikah, Kami Nggak Selemah Itu

7 Maret 2021
Terlatih Mengalami Penolakan, Cara Ampuh Mengatasi Badai Kehidupan

Terlatih Mengalami Penolakan, Cara Ampuh Mengatasi Badai Kehidupan

16 Juli 2022
ibu

Dapat Tawaran Skripsi Jadi dan Calon Istri Saat Mudik Lebaran dari Ibu

24 Mei 2019
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Jalur Wlingi-Karangkates, Penghubung Blitar dan Malang yang Indah tapi Mengancam Nyawa Pengguna Jalan

Jalur Wlingi-Karangkates, Penghubung Blitar dan Malang yang Indah tapi Mengancam Nyawa Pengguna Jalan

17 Desember 2025
Kalau Mau Menua dengan Tenang Jangan Nekat ke Malang, Menetaplah di Pasuruan!

Kalau Mau Menua dengan Tenang Jangan Nekat ke Malang, Menetaplah di Pasuruan!

15 Desember 2025
Keluh Kesah Mobil Warna Hitam. Si Cakep yang Ternyata Ribet

Keluh Kesah Mobil Warna Hitam. Si Cakep yang Ternyata Ribet

19 Desember 2025
Mengenal ITERA, Kampus Teknologi Negeri Satu-satunya di Sumatra yang Sering Disebut Adik ITB

Mengenal ITERA, Kampus Teknologi Negeri Satu-satunya di Sumatra yang Sering Disebut Adik ITB

20 Desember 2025
Ngemplak, Kecamatan yang Terlalu Solo untuk Boyolali

Ngemplak, Kecamatan yang Terlalu Solo untuk Boyolali

15 Desember 2025
Mojokerto, Opsi Kota Slow Living yang Namanya Belum Sekencang Malang, tapi Ternyata Banyak Titik Nyamannya

Mojokerto, Opsi Kota Slow Living yang Namanya Belum Sekencang Malang, tapi Ternyata Banyak Titik Nyamannya

17 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Upaya Merawat Gedung Sarekat Islam Semarang: Saksi Sejarah & Simbol Marwah yang bakal Jadi Ruang Publik
  • Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat “Suami” bahkan “Nyawa”
  • Pasar Petamburan Jadi Saksi Bisu Perjuangan Saya Jualan Sejak Usia 8 Tahun demi Bertahan Hidup di Jakarta usai Orang Tua Berpisah
  • Dipecat hingga Tertipu Kerja di Jakarta Barat, Dicap Gagal saat Pulang ke Desa tapi Malah bikin Ortu Bahagia
  • Balada Berburu Si Elang Jawa, Predator Udara Terganas dan Terlangka
  • Memanah di Tengah Hujan, Ujian Atlet Panahan Menyiasati Alam dan Menaklukkan Gentar agar Anak Panah Terbidik di Sasaran

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.