Seperti biasa banyak artikel di Terminal Mojok yang menarik saya untuk membaca. Salah satu tulisan yang membuat saya tertarik banget adalah tulisan mengenai Bekasi yang disebut paling cocok ditinggali ketimbang kota penyangga Jakarta lainnya. Ya betul, alasan saya tertarik pada tulisan tersebut lantaran saya ini akamsi.
Menurut saya, argumen Mas Raihan Muhammad dalam tulisan tersebut memang valid. Terutama dalam harga properti yang lebih mending dari kota penyangga Jakarta yang lain. Mengingat UMR-nya juga cukup tinggi.
Akan tetapi, sebagai akamsi, saya punya pandangan berbeda dengan Mas Raihan Muhammad. Saya malah berpikir Bekasi adalah daerah yang paling nggak cocok ditinggali di sekitaran Jakarta. Kamu mau tahu alasannya? Saya akan jelaskan pada tulisan ini.
Pencemaran lingkungan dari kawasan industri
Kalau Jogja setiap sudutnya romantis, Bekasi setiap sudutnya ada pabrik. Saking banyaknya pabrik di sini Bekasi sampai diberi gelar Kota Industri. Makanya, Ketika seseorang memutuskan untuk tinggal di sini, itu berarti dia harus terbiasa tinggal di sekitaran kawasan industri.
Tinggal di sekitaran kawasan industri nggak pernah mudah lho, Gaes. Salah satu tantangannya adalah pencemaran lingkungan. Nyaris setiap tahun ada saja pencemaran lingkungan yang dilakukan oleh oknum pabrik tersebut.
Efek pencemaran lingkungan oleh oknum pabrik sangat berimbas ke masyarakat. Jika kamu tinggal di sekitaran sungai Bekasi lalu tiba-tiba muncul bau tak sedap, artinya sedang ada proses pembuangan limbah oleh pabrik.
Bekasi langganan banjir parah di mana-mana
Kalian masih ingat banjir di Jabodetabek kemarin? kalian pasti tahu dong daerah mana yang paling terimbas banjir tersebut. Betul! salah satu daerah yang banjirnya paling parah di Jabodetabek adalah Kota Bekasi dan Kabupaten Bekasi.
Sebagai akamsi, terus terang, saya nggak kaget, sih. Soalnya banyak perumahan yang kena banjir itu dulunya sawah atau rawa. Sawah dan rawa ini yang dulu menjadi tempat ditampungnya air saat hujan.
Makanya kamu nggak boleh buru-buru ngiler harga properti murah di Bekasi. Siapa tahu daerahnya rawan banjir. Sebab setahu saya, rumah di area rawan banjir susah dijual sehingga dibanderol dengan harga miring.
Pungli yang nggak ngotak
Jujur, pungli di Bekasi sudah pada level yang nggak ngotak. Pungli di sini nggak umum sama sekali. Biasanya, pungli di daerah lain paling lazim adalah parkir liar. Sementara di sini ada pungli renovasi rumah.
Jadi, beberapa pemilik rumah di sebuah perumahan ada yang dimintai uang saat merenovasi rumah oleh akamsi. Kalau nggak mau membayar, pemilik rumah harus memakai jasa akamsi yang nggak murah dan kerjaannya juga kurang berkualitas.
Nggak sampai di situ saja. Masih ada lho oknum kelurahan di Kota Bekasi yang mengajukan proposal ke pengusaha untuk minta AC. Padahal, kantor keluarahan ini ASN-nya sudah digaji dan dibiayai negara pula.
Dihina planet Bekasi
Mental merupakan hal utama yang perlu disiapkan untuk jadi warga Bekasi. Bukan hanya mental untuk menghadapi pungli, ya. Mental yang saya maksud adalah mental menghadapi teman-temanmu yang kerja di SCBD dan tempat fancy lainnya.
Kita sama-sama tahu lah citra Bekasi di Jabodetabek kayak gimana. Bisa dibilang Bekasi ini dianggap sebelah mata oleh masyarakat Jabodetabek secara umum. Bahkan sampai dihina dan dibuat meme beberapa tahun lalu.
Oleh karena itu jadi warga Bekasi itu berat. Saya yakin kamu belum tentu kuat. Biar saya dan warlok lainnya yang memikul beban berat menjadi warga Kota Industri.
Bener toh kata saya kalau Bekasi merupakan kota penyangga yang paling nggak cocok ditinggali di Bekasi? Jangan hanya karena propertinya murah, kamu maksa tinggal di sini. Saya khawatir nanti kamu malah menyesal.
Penulis: Ahmad Arief Widodo
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Cibitung Bekasi: Dulu Hijau Sawah, Kini Beton Merajalela.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.




















