Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Begini Rasanya Jadi Orang Batak Keturunan Jawa Berwajah Timur

Agnes Betania oleh Agnes Betania
23 Maret 2021
A A
Begini Rasanya Jadi Orang Batak Keturunan Jawa Berwajah Timur terminal mojok
Share on FacebookShare on Twitter

Lahir di Jakarta, tumbuh besar di Medan, kuliah di Bekasi 3 tahun, lalu pergi mencari sesuap nasi (dan beberapa lot saham ANTM) selama 5 tahun di Kalimantan dan Papua, rasanya saya hampir nggak pernah menerima pertanyaan: “Boru (cara menyebutkan marga Batak untuk perempuan) apa, Dek?” Sebagai orang Batak, sedih nggak, sih? Sedih laaah (kadang).

Bapak saya adalah salah satu produk BTL a.k.a Batak Tembak Langsung. Jadi, Ompung Doli dan Ompung Boru saya itu asli dari Tapanuli sana. Bapak dulu juga lahir di sana sebelum akhirnya kedua Ompung saya ini memilih untuk mengadu nasib ke Medan. Setelah lulus SMA dan sempat kuliah di Medan, Bapak memilih untuk hijrah ke Kediri. Kuliah lalu bekerja, dan tentu saja ketemu Ibu saya.

Ibu saya itu PeJaBat. Peranakan Jawa Batak. Ompung Doli saya produk BTL tapi lahir dan besar di Kuta Cane, salah satu daerah di provinsi Aceh yang mayoritas penduduknya orang Batak. Ceritanya waktu masih muda, Ompung Doli ikut kapal ke Jawa, eh, sampai Jawa ketemu sama si Mbah, jatuh cinta, menikah, punya anak-cucu, sampai akhirnya mengembuskan napas terakhir di tanah Jawa tanpa pernah sekalipun kembali ke tanah Sumatra.

Dari kombinasi yang ciamik ini, lahirlah 3 orang putri. Dua putri di urutan awal dan akhir itu mirip satu sama lain sedangkan yang satu di tengah itu unik. Kebetulan, yang unik itu saya.

Bahasa pengantar kami di keluarga adalah bahasa Indonesia. Sesekali Ibu berbicara dalam bahasa Jawa dengan Bapak walaupun blio selalu nyahut pakai bahasa Indonesia. Bahasa Batak? Bapak saya nggak pernah ngomong bahasa Batak sama istri dan anak-anaknya. Saya dengar bahasa Batak kalau lagi kumpul keluarga dari pihak Bapak saja, tapi ya blasss… Saya cuma bisa berhitung 1 sampai 10 doang dalam bahasa Batak. Nggak cuma saya, kakak dan adik saya pun begitu. Sedangkan kemampuan Ibu dalam berbahasa Batak sama kayak kemampuan Bapak dalam berbahasa Jawa. Ngerti tapi gak bisa nyahut~

Kakak dan adik saya rambutnya bergelombang di bagian bawah, berkulit kuning langsat, dan nggak terlalu punya bulu di tubuhnya. Tampang mereka mirip. Kalau diperkenalkan ke orang-orang sebagai kakak beradik, nggak bakal ada yang curiga.

Nah! Kalau giliran saya yang diperkenalkan, semua langsung curiga. Kenapa? Ya karena saya itu (nggak mirip sama mereka) unik. Rambut saya kribo dari akar, kulit saya sawo matang, dan punya bulu-bulu cukup lebat. Alis saya bahkan sering dikira hasil sulaman.

Mayoritas (bukan semuanya, ingat!) masyarakat Indonesia terkhusus di bagian barat ini, terlalu mengagungkan kulit putih dan rambut lurus sebagai standar kecantikan mutlak. Lalu, gimana kehidupan saya di masa lalu? Tentu saja berat, Rudolfo. Waktu saya masih bocah ingusan, bahkan bocah-bocah ingusan lainnya punya anthem sendiri meledek saya yang rambutnya kribo ini. Nangis? Ya tentu saja pernah (sering malahan).

Baca Juga:

Culture Shock Orang Jakarta Ketika Pertama Kali ke Jayapura, Ternyata Nggak Terpelosok seperti dalam Bayangan

Kalio Disangka Rendang Adalah “Dosa” Terbesar Orang Jawa di Rumah Makan Padang

Beranjak remaja, saya mulai usaha untuk bisa dianggap cantik sama orang-orang sekitar. Mulai ngelurusin rambut di salon berjam-jam hingga luluran tiap hari biar daki pada luntur juga pernah saya jabanin. Hasilnya? Tentu saja nggak permanen. Beberapa bulan kemudian, ya si kribo-kribo mini mulai tumbuh lagi. Kulit nggak putih, yang ada malahan iritasi karena eksfoliasi berlebihan.

Minder saja terus sampai akhirnya sering lihat Kak Shafira Umm di NET TV. Wow! Keren sih Kak Shafira. Saya langsung percaya kalau punya rambut dan kulit eksotis adalah suatu anugerah. Seenggaknya kulit kita nggak sunburn parah amat kalau habis main di bawah terik matahari dan tentu saja nggak perlu sering-sering sisiran. Wqwqwq~

Dan semua makin berubah ketika saya sampai di ujung timur Indonesia, Tanah Papua. Saya merasa langsung bahagia. Anthem ledekan rambut kribo? Ya nggak ada lah. Berani jamin 10000% kalau ada yang berani nyanyiin anthem itu, bakalan di-atem-in beneran. Rasanya masa-masa tinggal di Papua itu adalah masa di mana saya nggak dilihatin orang-orang dengan tatapan “eh?” lantaran rambut saya yang kribo dan kulit saya yang eksotis. Walaupun di Papua banyak juga kaum pendatang seperti saya. Tapi karena sudah berbaur dengan warga lokal, ya biasa saja bawaannya.

Jadi, gimana rasanya jadi orang Batak keturunan Jawa berwajah Timur? Ya, tergantung Anda tinggal di mana. Kalau di bagian barat, ya memang agak berat (apalagi kalau yang masih punya standar kecantikan “harus putih dan rambut lurus”). Kalau di bagian timur, ya woles saja. Based on my humble opinion, sebenarnya nggak masalah untuk jadi orang apa saja, yang bertampang gimana, yang tinggal di mana saja. Penampilan boleh beda, tapi semuanya ya sama saja. Sama-sama ciptaan-Nya Gusti Allah. Nggak ada yang di atas, nggak ada yang di bawah.

BACA JUGA 3 Stereotip Orang Batak yang Kuterima selama Sekolah di Jawa.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 6 Januari 2022 oleh

Tags: Jawaorang batakpapua
Agnes Betania

Agnes Betania

Pernah belajar Manajemen Logistik.

ArtikelTerkait

dalam negeri

Masalah Papua Merupakan Urusan Dalam Negeri Indonesia

3 September 2019
ibu hamil mitos seputar kehamilan di masyarakat jawa mojok.co

Mitos Seputar Kehamilan yang Aneh Banget, Nggak Usah Dipercaya deh!

17 Juli 2020
papua

Kerusuhan Menyengsarakan Masyarakat: Damailah Papua

2 September 2019
Cece Itu Kota dan Estetik, Mbak Kampungan Jawa Medok (Unsplash)

Fenomena Panggilan “Mbak” Berubah Jadi “Cece” Karena Terdengar Lebih Lucu, lebih Kota, dan Lebih Estetik

22 Juni 2025
13 Pamali yang Masih Dipercaya Orang Jawa hingga Kini

13 Pamali yang Masih Dipercaya Orang Jawa hingga Kini

25 Oktober 2023
mewakili vanuatu menyatakan kekesalan kepada indonesia sidang pbb pelanggaran ham di papua mojok.co

Mewakili Kesalnya Vanuatu kepada Negara Saya Sendiri

6 Oktober 2020
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

UNU Purwokerto, Kampus Swasta yang Sudah Berdiri Lumayan Lama, tapi Masih Nggak Terkenal

UNU Purwokerto, Kampus Swasta yang Sudah Berdiri Lumayan Lama, tapi Masih Nggak Terkenal

15 Desember 2025
Kalau Mau Menua dengan Tenang Jangan Nekat ke Malang, Menetaplah di Pasuruan!

Kalau Mau Menua dengan Tenang Jangan Nekat ke Malang, Menetaplah di Pasuruan!

15 Desember 2025
Air Terjun Tumpak Sewu Lumajang, Tempat Terbaik bagi Saya Menghilangkan Kesedihan

4 Aturan Tak Tertulis agar Liburan di Lumajang Menjadi Bahagia

17 Desember 2025
Rujak Buah Jawa Timur Pakai Tahu Tempe: Nggak Masuk Akal, tapi Enak

Rujak Buah Jawa Timur Pakai Tahu Tempe: Nggak Masuk Akal, tapi Enak

16 Desember 2025
Kembaran Bukan Purwokerto, Jangan Disamakan

Kembaran Bukan Purwokerto, Jangan Disamakan

16 Desember 2025
Nasib Sarjana Musik di Situbondo: Jadi Tukang Sayur, Bukan Beethoven

Nasib Sarjana Musik di Situbondo: Jadi Tukang Sayur, Bukan Beethoven

17 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Kartu Pos Sejak 1890-an Jadi Saksi Sejarah Perjalanan Kota Semarang
  • Ketika Rumah Tak Lagi Ramah dan Orang Tua Hilang “Ditelan Layar HP”, Lahir Generasi Cemas
  • UGM Dorong Kewirausahaan dan Riset Kehalalan Produk, Jadikan Kemandirian sebagai Pilar
  • Liburan Nataru di Solo Safari: Ada “Safari Christmas Joy” yang Bakal Manjakan Pengunjung dengan Beragam Sensasi
  • Upaya Merawat Gedung Sarekat Islam Semarang: Saksi Sejarah & Simbol Marwah yang bakal Jadi Ruang Publik
  • Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat “Suami” bahkan “Nyawa”

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.