Teman saya resah. Setelah menikah, badannya melar. Apalagi setelah melahirkan dua anak, badannya tambah melaaar. Ketika anak ketiganya menyusul setahun kemudian, badannya semakin melaaar. Akhirnya, ketika umurnya sudah kepala empat, tanpa bisa dikontrol lagi, badannya terus saja melaaaar! Materi sesi curhat pun sudah bisa ditebak. Susah nyari pakaian, luar dan dalam! Masalah pakaian “luar” mungkin bisa diatasi oleh bapak tukang jahit. Lah kalau pakaian dalam, apa kudu custom juga? Terus biar tahu ukuran BH, caranya gimana?
Walaupun badan saya tidak eh belum semelar blio, tapi ternyata masalah kami sama. Bentuk badan yang “semakin tua semakin nggak jelas” ini ternyata juga menyulitkan saya mencari pakaian dalam, terutama BH. Oh ya, saya lebih enak menyebut “BH” daripada “bra”. Kesannya lebih merakyat aja gitu.
Padahal, kata “BH” itu sebenarnya berasal dari bahasa Belanda yaitu Buste Hounder. Artinya, penyangga payudara. Mungkin karena Belanda lebih lama menjajah bangsa ini. Jadinya kata “BH” yang akhirnya lebih dikenal, dibanding kata “burajaa”, artinya kutang, dalam bahasa Jepang.
Kembali ke permasalahan BH, saya yakin tidak hanya saya dan teman saya yang “semakin tua semakin sulit cari BH”. Bentuk payudara wanita yang berbeda-beda, serta ukuran lingkar dada yang berubah-ubah, membuat saya kerap kesulitan mencari ukuran BH yang pas. Apalagi, standar ukuran BH tertentu belum tentu sama untuk merek yang berbeda. Rempong, deh.
Mengutip Sehatq.com, seorang wanita ternyata bisa berganti ukuran BH sampai 6 kali dalam hidupnya. Enam kali, Kakak! Saya langsung mengingat-ingat, sudah berapa kali ya saya beli BH dengan ukuran yang berbeda?
Dari sejak miniset-an sampai sekarang, sepertinya saya sudah berganti ukuran BH sekitar empat kali. Kalau “teori” dalam situs tersebut benar, paling nggak masih ada “jatah” dua kali lagi saya kudu bersusah payah mencari BH! Duh!
Menurut Kompas.com, sebanyak 80 persen wanita menggunakan BH dengan ukuran yang tidak pas sehingga kenyamanannya terganggu. Padahal, menggunakan BH dengan ukuran yang tepat bisa mencegah sakit leher dan nyeri pundak.
Terus bagaimana cara mengukurnya?
Dari berbagai sumber, pada dasarnya ukuran BH terdiri dari ukuran lingkar bawah payudara (underbust) dan cup. Ukuran underbust biasanya ditampilkan dalam bentuk angka 30, 32, 34, dan seterusnya. Sementara cup dalam bentuk huruf AA, A, B, C, dan seterusnya.
Suka bingung nggak, kenapa ukuran BH yang ada di pasaran itu seakan-akan ada dua angka? Misalnya, 30/65. Jadi, angka “30” ini adalah ukuran underbust dalam satuan inci. Sementara angka “65” adalah ukuran dalam satuan sentimeter. Satuan inci biasanya digunakan untuk BH impor, sementara satuan sentimeter lebih dimengerti untuk penggunaan BH lokal.
Jadi, ukuran underbust diperoleh dengan melingkarkan pita meteran mengelilingi dada, dengan posisi tepat di bawah payudara. Mengutip laman Femina.co.id, berikut pedoman memilih BH berdasarkan ukuran lingkar bawah payudara:
– Lingkar 63-67 cm, menggunakan BH berukuran 30/65.
– Lingkar 68-72 cm, menggunakan BH berukuran 32/70.
– Lingkar 73-77 cm, menggunakan BH berukuran 34/75.
– Lingkar 78-82 cm, menggunakan BH berukuran 36/80.
– Lingkar 83-87 cm, menggunakan BH berukuran 38/85.
– Lingkar 88-92 cm, menggunakan BH berukuran 40/90.
Proses berikutnya, menentukan ukuran cup. Jangan cuma dikira-kira, karena kalau BH yang sudah dibeli ternyata terlalu merecet, atau malah gombyor, kan nggak enak dilihat eh dipakainya.
Pengukuran cup BH dilakukan dengan melingkarkan pita meteran mengelilingi dada. Namun, pada posisi yang mengenai puncak payudara (top bust). Ukuran cup diperoleh dengan mengurangi angka top bust tersebut, dengan angka underbust. Berikut panduannya:
– Cup A, bila selisih angka top bust dan underbust berada di kisaran 10 sentimeter.
– Cup B, bila selisih angka top bust dan underbust berada di kisaran 13 sentimeter.
– Cup C, bila selisih angka top bust dan underbust berada di kisaran 15 sentimeter.
– Cup D, bila selisih angka top bust dan underbust berada di kisaran 18 sentimeter.
Nah, gampang kan ngukurnya. Pasti setelah ini kalian langsung pada ngambil pita meteran, dan ngukur payudaranya sendiri. Iyalah, masa payudara orang. Duh.
Mudah-mudahan setelah ini saya juga nggak perlu “memensiunkan” BH baru karena nggak bisa dipakai. Padahal BH sudah dicoba sebelumnya di toko. Aneh juga begitu sampai rumah, kok malah jadi nggak pas. Ini beli BH di toko baju lho, bukan beli makanan di restoran yang pakai penglaris. Eh.
BACA JUGA Stigma soal Ukuran Payudara yang Bikin Emosi dan tulisan Dessy Liestiyani lainnya.