Beberapa Momen yang Bikin Saya Sadar Pakai Kacamata Itu Nggak Enak

Beberapa Momen yang Bikin Saya Sadar bahwa Menjadi Orang Berkacamata Itu Nggak Enak Terminal Mojok

Kacamata sudah jadi barang yang wajib dipakai orang-orang dengan masalah penglihatan termasuk saya sendiri. Sudah sejak 4 tahun yang lalu saya memakai kacamata lantaran hasil cek mata saya menunjukkan minus 3. Mau nggak mau, saya harus pakai kacamata sesuai anjuran dokter. Menurut dokter yang memeriksa, mata saya sudah termasuk parah. Semua orang rumah saat itu pun kaget setelah mengetahui kondisi mata saya yang sudah parah untuk orang yang baru pertama kali cek mata. Salah saya juga sih nggak bilang-bilang kalau mata saya sudah bermasalah sejak beberapa tahun belakangan.

Awalnya, saya pikir pakai kacamata itu nggak buruk-buruk amat, toh malah bisa jadi aksesori tambahan yang menarik buat saya. Siapa tahu jadi lebih keren kan? Di hari-hari awal saya pakai kacamata, rasanya lega banget. Soalnya saya sudah lama nggak merasakan lihat objek secara jelas. Selain itu, saya juga merasa lebih cocok kalau pakai kacamata lantaran faktor wajah saya yang kelihatan culun.

Ternyata setelah beberapa bulan pakai kacamata, saya baru menyadari ada momen-momen tertentu yang sulit dilakukan orang berkacamata seperti saya. Sampai sekarang, saya masih belum menemukan solusi yang efektif untuk beberapa permasalahan ini.

Pertama, dipanggil teman pas nggak pakai kacamata. Mungkin ini momen pertama setelah pakai kacamata yang bikin saya bingung setengah mati, dan mungkin juga dirasakan orang berkacamata lainnya.

Orang dengan penglihatan normal, mungkin akan santai saja ketika ada teman yang memanggil karena bisa melihat secara jelas siapa yang memanggil. Tapi untuk orang berkacamata seperti saya, akan ada momen di mana saya sedang nggak pakai kacamata dan tiba-tiba dipanggil dari belakang, “Woi, Bal!” Refleks saya akan menoleh ke belakang untuk membalas panggilannya, “Woi…” Dan suara lanjutannya cuma bisa keluar dalam hati, “Woi, ini siapa yang manggil?” Hahaha.

Akhirnya, momen saat saya nggak memanggil balik nama teman saya itu bikin nggak enak hati. Takutnya teman saya berpikiran saya sombong! Sulit menghindari momen seperti ini lantaran kondisi kita yang pasti akan refleks menengok sehingga nggak ada waktu buat pakai kacamata dulu sebelum menengok.

Kedua, kacamata nyelip entah di mana dan pas lagi sendirian di rumah. Dalam beberapa momen tertentu, orang harus melepas kacamatanya sementara seperti saat sebelum tidur dan sebelum mandi. Anehnya, orang yang punya kacamata sering banget kelupaan di mana terakhir kali menaruh kacamata. Dengan posisi mata yang sudah burem, kita harus mencari satu benda yang ukurannya nggak besar-besar amat di seluruh penjuru rumah.

Kalau lagi nggak buru-buru sih enak, nggak harus kejar-kejaran dengan waktu buat cari kacamata. Tapi, kalau pas keadaan lagi buru-buru malah bakal menambah kepanikan yang bikin kacamata itu jadi semakin tak terlihat saat dicari. Sudah posisi di rumah sendirian, keadaan mata nggak mendukung, panik pula, ya sudah deh cuma bisa berdoa dan terus berusaha.

Ketiga, mengendarai motor di malam hari dalam kondisi cuaca hujan. Dengan kondisi mata minus 3, melihat jalanan di malam hari sudah hampir nggak bisa saya lakukan. Tanpa kacamata, yang terlihat hanya berkas-berkas sinar lampu dari kendaraan lain dan itu sama sekali nggak membantu saya mengidentifikasi objek apa yang ada di depan. Bisa saja itu mamang penjual nasi goreng pakai lampu petromaks lagi keliling. Jadi, pakai kacamata saat berkendara di malam hari wajib hukumnya.

Apalagi kalau cuaca sedang hujan. Mau copot kacamata? Malah makin nggak kelihatan. Penglihatan saat cuaca normal saja sudah memprihatinkan, apalagi dalam cuaca hujan yang jarak pandangnya makin kecil. Pakai kacamata pun bisa dibilang keputusan yang salah lantaran titik-titik air yang tertinggal di lensa bakal membiaskan cahaya yang masuk ke mata. Duh, semua jadi serba salah.

Makanya, sekarang saya pasti tunggu hujan reda dulu kalau mau pulang malam dan kebetulan turun hujan. Daripada memaksakan diri ngegas motor tapi kecepatannya setara berjalan kaki.

Jadi, itulah beberapa momen yang bikin saya sadar kalau ternyata jadi orang berkacamata itu nggak enak! Buat kalian yang masih punya penglihatan normal, jagalah mata kalian seperti menjaga pacar dari tikungan teman. Kalau masih nggak percaya pakai kacamata itu nggak enak, cobain aja sendiri!

BACA JUGA Kuliah Online Bikin Jiwa Bandel Mahasiswa Tidak Terfasilitasi dengan Baik dan tulisan Muhammad Iqbal Habiburrohim lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.
Exit mobile version