Kemeriahan Liga Inggris sudah dimulai. Begitu pula dengan FPL yang sama-sama sudah memasuki pekan kedua. Ada banyak kejutan yang terjadi, salah satunya adalah kekalahan Manchester United dari Crystal Palace di Old Trafford dengan skor 1-3.
Barangkali, saat ini fans United sedang dihadapkan dengan dua pilihan dalam menanggapi kekalahan tim kesayangannya tersebut: sudah terbiasa atau kesal setengah mampus.
Nyatanya, yang merasa mangkel ketika Liga Inggris sudah dimulai bukan hanya para fans yang timnya kalah saat bertanding, tapi juga para pemain FPL yang kehilangan banyak poin karena beberapa faktor.
Meski FPL hanyalah sebuah permainan, tapi selalu bikin kita kepikiran. Kalau asal main dan asal racik tim, nanti poinnya nggak maksimal. Tapi, diseriusin pun nggak melulu ngasih poin yang maksimal karena perolehan poinnya bergantung dari performa pemain di lapangan. Nyebelin, huft.
Akhirnya, para pemain FPL hanya bisa mengandalkan intuisi. Sebab, statistik dan angka, dalam beberapa hal, tidak berlaku di lapangan. Dan secara tidak langsung akan berpengaruh kepada poin di FPL.
Masih ada beberapa hal lain yang menyebalkan saat kita bermain FPL. Saya yakin betul, secara global, di mana pun dan dari negara mana pun pemain FPL berasal, pasti pernah merasakan hal menyebalkan yang serupa. Dan sebagian besar persoalan berkaitan dengan komposisi pemain.
Pertama, ragu-ragu ketika ingin membeli pemain. Giliran nggak jadi dibeli, eh malah dapat poin besar
Ini masalah klasik dan utama yang biasa dialami oleh para pemain FPL. Ya, sulit gitu untuk memastikan, apakah pemain ini akan menghasilkan poin yang tinggi ketika dibeli. Pilih pemain yang ini atau pemain yang itu. Banyak pertimbangan yang seharusnya tidak perlu dipikirkan, tapi tetap saja akan menjadi persoalan jika tidak ditentukan dengan baik.
Alhasil, saat memilih pemain jadi ragu dan akhirnya ketika memilih pemain yang tidak tepat malah menyesal kemudian dan menyisakan pisuhan. Apalagi pemain yang tidak jadi dibeli dapat poin besar. Bajingan, memang.
Kedua, pemain yang poinnya tinggi malah dicadangkan
Ini merupakan masalah klise yang kedua. Pemain tenar di tim besar belum tentu selalu mendulang poin tinggi. Berlaku sebaliknya, pemain kurang tenar di tim kecil bukan berarti tidak punya peluang untuk menghasilkan poin tinggi.
Para pemain FPL bisa saja main aman, lebih memilih pemain tenar yang ada di tim utama dan menaruh pemain antah-berantah di bench. Namun, kenyataan memang sering kali pahit. Dalam beberapa pertandingan, yang memberi poin tinggi justru yang para pemain FPL cadangkan.
“Nyakitiiin, semuanya. Nyakitiiin.” Mungkin itu kalimat yang akan diucapkan Mandra, ketika ia mengalami hal yang menyebalkan saat main FPL.
Ketiga, tidak tepat dalam menggunakan beberapa fitur tambahan pada suatu gameweek
Fitur di FPL mengalami pembaruan beberapa tahun terakhir. Jika jauh sebelumnya hanya ada wild card (transfer gratis tiada batas), kini FPL punya beberapa fitur tambahan untuk dapat menghasilkan poin secara maksimal. Seperti triple captain, bench boost, dan free hit.
Saya akan jelaskan ketiga fitur ini secara singkat.
Triple captain: jika pemain yang dipilih sebagai kapten tim poinnya dikalikan dua, triple captain menjadikan total poin pemain dalam satu pertandingan yang dipilih sebagai kapten dikalikan tiga.
Bench boost: biasanya, poin para pemain cadangan tidak akan masuk hitungan. Dengan fitur bench boost, poin para pemain cadangan akan dihitung dan ditotal secara menyeluruh. Dalam menggunakan fitur ini, perkirakan dengan jeli pada gameweek berapa semua pemain cadangan akan mendulang poin tinggi.
Free hit: transfer tidak terbatas dan tanpa mengurangi poin yang bisa digunakan dalam satu gameweek. Pada gameweek selanjutnya, komposisi tim akan kembali ke semula.
Nah, bagaimana jika fitur yang sangat membantu para pemain FPL ini tidak digunakan pada waktu yang tepat? Jawaban singkat dari saya adalah: malapetaka. Ambyar seambyar-ambyarnya.
Sadar atau tidak, tantangan sekaligus hal yang menyenangkan main FPL ya memang begitu adanya. Pada titik yang menyebalkan, bisa bikin kepikiran setengah mampus. Mana kalau gagal dalam satu gameweek, harus menunggu hingga gameweek berikutnya. Kan, nyebelin. Dan jika ketiga hal menyebalkan tersebut terjadi pada satu gameweek, sudahlah, lebih baik pensiun aja main FPL. Huh, kzl.
BACA JUGA Fantasy Premier League: Permainan, Strategi, dan Kejelian dalam Memilih Pemain dan artikel Seto Wicaksono lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.