Di tengah makin kempisnya penghasilan. Naas, akhir-akhir ini motor matic yang masih pakai karburator milik saya terasa makin boros bahan bakar saja. Memang sih, dari lahirnya motor matic yang kolot (masih menggunakan karburator) belum dibelai teknologi injeksi, borosnya “lebih-lebih” jika dibandingkan dengan tipe motor lain. Namun, saya merasa kali ini motor matic boros bensin ini sudah kebangetan. Dompet saya yang memang sudah tipis, menjadi makin tipis karena pengeluaran bertambah gegara dampak bahan bakar yang cepat menguap di motor saya.
Mau ganti motor baru, tapi kok sayang. Namun, kalau motor matic boros bensin ini masih saya pertahankan rasanya bakal menyiksa pengeluaran bulanan. Duh, dilema betul apalagi duit selalu cekak begini. Masalah selalu datang di waktu yang nggak tepat terus. Sebal sekali deh, jadinya.
Suatu siang yang panasnya ampun-ampunan, saya memutuskan menemui Pak Budi berharap mendapat solusi. Pak Budi sendiri adalah pemilik bengkel dekat rumah yang jaraknya kurang lebih 10 menit. Tujuan menemui Pak Budi tak lain, tentu saja karena ingin berkonsultasi masalah motor matic boros bensin milik saya. Dengan menempuh waktu kurang lebih 10 menit perjalanan, akhirnya sampai juga di tempatnya Pak Budi. Bengkel desa sederhana dengan lantai tanah yang berwarna hitam pekat akibat tumpahan oli yang tampak berkilau dari kejauhan.
Untung saja nggak begitu rame. Pak Budi hanya terlihat ngelap-ngelap motor yang sudah selesai diservis. Dengan basa-basi, motor matic boros bensin milik saya langsung saja saya parkir.
“Siang Pak Di, lagi santai, nih?” tanya saya membuka obrolan siang itu.
“Iya, Le, lagi santai. Semua motor sudah selesai diservis,” jawab beliau.
“Tumben siang-siang begini ke sini,” lanjutnya.
Lantas, saya langsung menyodorkan pertanyaan sambil duduk di kursi ampyak bambu. Posisi saya sekarang bak bos yang lagi menyuruh-nyuruh anak buahnya. Pak Budi masih jongkok sambil ngelap-ngelap motor yang sudah jadi.
“Pak Di, motor saya kok makin boros saja ini lho, kira-kira kenapa, ya?”
“Ada banyak faktor Le, dan kudu diperiksa dulu. Yang mana bukan saja ada masalah di mesinnya, tapi juga ada bagian-bagian lagi yang wajib dilihat juga.”
Setelah bilang begitu, Pak Budi langsung menggunakan tangan terampilnya untuk memeriksa setiap bagian di motor saya. Nggak pakai lama pokoknya, was-wes. Saya hanya khusyuk memerhatikan, pandangan saya membelalak tajam melihat apa yang dilakukan Pak Budi. Sungguh paduan tangan dan pengalaman yang saling berpadu.
Setiap bagian diperiksa dengan teliti. Yang mendapat kesempatan diperiksa pertama adalah bagian pencampur bahan bakar. Yup, Pak Budi membuka dan membersihkan bagian itu. Tak lama, beliau langsung memasangnya kembali.
“Karburatornya, masih normal dan settingannya sudah pas, kok. Terus ukuran spuyer dan posisi jarum skepnya sudah pas. Mungkin ada masalah pada bagian lain,” ujarnya.
“Terus yang bikin boros apa, Pak?”
Tak menyempatkan menjawab, tangan Pak Budi kembali meraba-raba bagian lain yang terindikasi sebagai penyebab motor jadi lebih boros dari biasanya. Baik roda depan serta belakang diputar-putar sambil berkelakar .
“Gini, Mas, putaran roda yang seret juga berpengaruh ke tingkat pemakzulan bahan bakar di motor. Semakin seret putaran roda, semakin berat pula mesin dipaksa bekerja. Lantas, asupan bahan bakar yang dibutuhkan juga bertambah,” ucap Pak Budi.
“Biasanya, putaran ban yang seret disebabkan rem. Biasanya lagi, yang jadi biang keladi di rem model disc brake. Piston yang ada di kaliper atau kepala babi ogah kembali ke posisi semula sesaat setelah tuas rem nggak ditarik lagi karena terhalang kotoran akibat luput dibersihkan saat mencuci motor. Pun laher atau bearing roda yang rusak/jebol jadi penyebabnya selanjutnya,” lanjutnya.
Saya sih hanya melongo sambil mengangguk-ngangguk melihat penjelasan Pak Budi yang tangannya tak henti membersihkan kaliper rem dan mengganti bearing yang sudah rusak.
Kemudian Pak Budi juga menceritakan hal-hal lain yang bikin motor makin boros bahan bakar. Sering mengendarai motor ketika ban motor kurang tekanan angin turut andil bagian dalam makin borosnya bahan bakar yang dibutuhkan sebuah motor. Selain itu, kebiasaan membejek gas secara spontan uhuuuy dan sering melakukan pengereman mendadak menjadi penyebab motor matic boros bensin dibanding biasanya.
Percakapan ini ditutup Pak Budi dengan saran agar saya membawa motor dengan santai, nggak usah grusa-grusu. Diperiksa juga setiap bagian motor sebelum dipakai, untuk memastikan tetap aman ketika di jalan. Di akhir bagian, tak lupa Pak Budi menyodorkan nota biaya perbaikan dan tentu saja, saya berbisik untuk ngutang dulu. Belum gajian, je….
BACA JUGA Prima Tossa, Kloningan Honda Supra 100 yang Jauh Lebih Unggul dan tulisan Budi lainnya.