Surabaya, bagi banyak orang, memang terkenal sebagai kota yang penuh dengan kuliner nikmat. Banyak kuliner melegenda yang hanya ada di kota ini. Sebut saja Sate Klopo Ondomohen Bu Asih, Soto Ayam Cak Har, atau Bebek Purnama Surabaya. Saya yakin ketiga kuliner tadi nggak asing untuk kalian yang pernah mampir ke Surabaya, apalagi Bebek Purnama.
Saking terkenalnya Bebek Purnama, kalian bisa menjumpai beberapa tulisan mengenai kuliner ini di Mojok dan banyak media lain. Bahkan, rating kuliner ini di Google Maps hampir sempurna dengan angka 4.4 dan lebih dari 1.500 review.
Oleh karena saya nggak pernah nyobain kuliner ini sebelumnya, saya pun jadi penasaran. Rasa penasaran ini semakin memuncak ketika saya membaca banyak ulasan yang menyatakan betapa nikmatnya Bebek Purnama. Namun, kunjungan pertama saya ke sini justru berakhir mengecewakan.
Kesan pertama
Buat kalian yang belum tau, warung Bebek Purnama itu ada banyak dan tersebar di seluruh Surabaya. Namun, semua warung itu “palsu” karena warung Bebek Purnama nggak pernah buka cabang. Warung yang asli terletak di pinggir pertigaan Jalan Dinoyo. Biar nggak bingung, kalian bisa buka Google Maps dengan keyword Bebek Goreng Purnama “Asli”.
Terus terang saya nggak menyangka kalau warung bebek yang melegenda ini modelnya masih kaki lima. Bukan masalah juga, sih. Justru lebih enak kaki lima gini, merakyat.
Meskipun kaki lima, tapi banyaknya antrean membuat saya kagum pada Bebek Purnama Surabaya. Apalagi, saat itu cuaca sedang hujan tipis-tipis. Banyak orang yang rela menerjang hujan demi menyantap kuliner bebek goreng yang katanya nikmat ini. Wah, ini membuat saya jadi makin yakin kalau beneran enak banget.
Awal mula kekecewaan
Saya memesan satu bebek goreng bagian paha dan satu gelas es teh. Dalam satu piring, bebek goreng disajikan lengkap dengan nasi hangat, serundeng, sambel merah, dan lalapan. Selain itu, nggak lupa ditambah bumbu kuning yang semakin membuat hidangan ini tampak menggugah selera.
Terus terang banyaknya ulasan yang saya baca ditambah tingginya rating di Google Maps membuat saya berekspektasi tinggi pada Bebek Purnama Surabaya. Namun, ekspektasi inilah yang justru membuat saya jatuh pada lubang kekecewaan pada gigitan pertama.
Nggak tau kenapa, daging bebek goreng yang saya pesan saat itu alot. Bahkan, saya nggak bisa motong dagingnya pakai tangan, harus digigit langsung. Tentu ini kekecewaan besar, soal rasa saya masih bisa kompromi, tapi kalau soal tekstur gini saya maunya yang perfect. Lha, ini malah saya dapet yang dagingnya alot.
Saya sepakat kalau rasanya enak, tapi saya belum menemukan sesuatu yang membuat Bebek Purnama berbeda dengan warung bebek lain yang pernah saya kunjungi. Kalau disuruh milih pun saya jelas milih warung bebek yang ada di dekat rumah, lebih dekat dan hemat waktu. Lha wong nggak ada spesialnya juga.
Berkunjunglah ke warung Bebek Purnama Surabaya
Jangan salah paham dengan mengira saya melarang kalian untuk berkunjung ke sini. Sebaliknya, saya justru sangat menyarankan kalian untuk mampir ke Bebek Purnama bila sempat. Sebab, bisa jadi pengalaman saya ini hanya terjadi saat saya berkunjung. Yah, namanya human error nggak ada yang ngerti.
Lagi pula, saya terbiasa memberi kesempatan sebanyak tiga kali untuk kuliner yang menurut saya masih ada kemungkinan untuk diperbaiki. Masih kurang dua kali kunjungan saya ke Bebek Purnama. Semoga kunjungan saya berikutnya nggak berakhir zonk. Aamiin.
Penulis: Dito Yudhistira Iksandy
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA 7 Bebek Goreng Paling Enak dan Populer di Surabaya