Bearish dan Bullish, Novel Unik Gabungkan Tema Bisnis Digital dan Genre Misteri

Bearish dan Bullish, Novel Bisnis Digital dengan Genre Misteri Terminal Mojok

Bearish dan Bullish, Novel Bisnis Digital dengan Genre Misteri (Buku Mojok)

Judul: Bearish dan Bullish
Penulis: Arshy Mentari
Penerbit: Buku Mojok
Tebal: 146 halaman
Tahun terbit: 2022

Kalian pernah dengar atau baca istilah bearish dan bullish nggak? Kalau belum, berarti kita sama. Sebelum mengenal buku yang akan saya bahas di bawah ini, saya nggak pernah tahu apa itu bearish dan bullish.

Melansir dari sikapiuangmu.ojk.go.id, bearish dan bullish adalah dua istilah yang berhubungan dengan tren pasar modal. Bearish yang berasal dari kata bear adalah kondisi pasar yang mengikuti pola serangan seekor beruang, yaitu gerakan dari atas ke bawah. Dalam tren pasar modal, hal tersebut menggambarkan keadaan harga pasar yang terus bergerak turun atau melemah.

Sementara bullish berasal dari kata bull, yaitu kondisi pasar serupa serangan banteng yang menyerang lawan/target dengan mengangkat tanduk di kepalanya. Dalam tren pasar modal, hal tersebut menggambarkan kondisi sebuah pasar yang sedang mengalami tren naik atau penguatan.

Jadi, sudah sangat jelas ya bahwa kedua istilah tersebut memang sangat erat kaitannya dengan kondisi/tren pasar. Lantas, bagaimana isi buku Bearish dan Bullish yang baru saja diterbitkan oleh Buku Mojok ini?

Satu info penting yang harus saya sampaikan sebelum kalian membaca tulisan ini lebih jauh adalah buku Bearish dan Bullish karya Arshy Mentari ini merupakan novel alias karya fiksi. Jadi, ini bukan buku tentang panduan ikut tren pasar modal, pasar saham, dan sebagainya, ygy, melainkan sebuah novel yang menjadikan salah satu komponen bisnis digital sebagai latar cerita. Unik, kan?

Bearish dan Bullish berkisah tentang Ken, anak muda yang sengaja menunda kuliah karena pengin ngerasain cari duit sendiri. Bersama dengan Loui dan Eza, Ken membangun komunitas bisnis digital. Mereka bertiga mengelola aset digital, perdagangan, investasi, mining, dan semacamnya.

Dalam lingkup keluarga, latar belakang keluarga Ken bisa dibilang tidak begitu baik. Aba (ayah) dan ibunya sudah berpisah, sementara kakaknya meninggal dunia setelah ditemukan bunuh diri.

Tak ada peringatan kematian atau ritual lain di kemudian hari. Tahun-tahun berlalu, bersama dengan kepergian Aba yang mendekam di bui di pulau selatan Talu. Kenzi, anak laki-laki di rumah itu, mempertahankan kamar kakak perempuannya seperti sedia kala. Dia menjaga kamar itu agar tidak kehilangan kenangannya (bagian prolog).

Bearish dan Bullish adalah novel dengan cita rasa baru bagi saya. Dengan menjadikan bisnis digital—yang memang jadi satu tren beberapa tahun belakangan—sebagai salah satu poin penting dalam cerita, novel ini jadi terasa relate dengan kehidupan masa kini. Apalagi ada genre misterinya, jadinya makin terasa unik.

Ken dan dua sahabatnya adalah gambaran anak muda yang punya keinginan besar untuk bisa mandiri secara finansial di usia yang masih muda. Keputusan menunda kuliah atau bahkan tidak kuliah sama sekali pun bukan sekadar karena tidak ingin kuliah, melainkan berdasarkan hitung-hitungan biaya yang dibutuhkan. Mereka juga berpikir tidak perlu selalu melewati jalur perguruan tinggi untuk mencapai prestasi tertentu.

“Katakanlah biaya masuknya tujuh juta. Itu saja sudah seharga sepersepuluh koin LTC. Jika kubeli hari ini, itu akan menjadi aset yang akan naik setidaknya sepuluh kali lipat dalam hitungan bulan saja. Tapi, untuk kuliah aku memerlukan biaya lebih besar. Ketika lulus kuliah pun, belum tentu akan menjadi sesuatu, belum tentu juga akan membuatku balik modal.” Demikian pendapat Ken (hal. 25).

Apa yang dikatakan Ken memang bisa jadi pro kontra, jangankan bagi pembaca, bahkan tokoh di dalam novel ini pun ada yang tidak sepakat dengan pemikiran Ken dan sahabatnya. Kakek dan Aba-nya Ken adalah dua orang yang paling vokal menentang pilihan Ken. Bagi mereka, keputusan menunda kuliah adalah sesuatu yang mengada-ada. Toh, Ken sendiri bukan berasal dari keluarga tidak mampu.

Nah, di situlah letak salah satu kelebihan novel ini. Membaca perbedaan pendapat antara Ken dengan keluarganya, saya juga seperti diajak untuk bertukar pikiran, menimbang-nimbang, mana pendapat yang bikin ngangguk setuju, mana pendapat yang monmaap nggak dulu, deh.

Bearish dan Bullish juga menyinggung tentang skema afiliasi. Meski tidak begitu detail, tetapi cukuplah untuk memantik ingatan tentang satu kasus yang dulu juga sempat viral di dunia nyata.

Selain itu, ada pula semacam warning tentang bagaimana pasar bisnis digital itu berjalan. Tentang perbedaan dampaknya jika menggunakan uang dingin dan uang panas sebagai modal. Jadi, kita semacam dijejali peringatan, begini lho yang biasa terjadi dalam bisnis digital. Orang-orang tentu akan siap dengan keuntungan yang didapatkan, tetapi bagaimana dengan risiko yang menanti di depan? Sudah siapkah?

Belum lagi soal timing. Memasuki pasar dengan memulai penanaman koin sejak harga baru dibuka atau masih di bawah, bisa beda situasinya dengan yang datang ketika harga sudah di atas awan (hal. 115).

Selama dijejali informasi tentang dunia bisnis digital, ada terselip kisah cinta lama bersemi kembali antara Ken dengan Alysa, mantan pacarnya saat SMA. Misteri kematian Yuka, kakaknya Ken, juga menjadi satu hal yang bikin penasaran untuk terus membuka lembar demi lembar novel ini. Saya malah berharap ada seri selanjutnya dari buku ini yang khusus membahas tentang kisah Yuka.

Jika butuh bacaan yang ringan di weekend ini, Bearish dan Bullish bisa jadi pilihan kalian. Kalau tertarik ingin membacanya, kalian bisa beli buku ini di sini.

Penulis: Utamy Ningsih
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Lemon Cake: Mensyukuri Duka, Melanjutkan Hidup, dan Mengapresiasi Diri.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.
Exit mobile version