Jika Indomaret punya Point Coffee, maka Alfamart punya Bean Spot. Bean Spot sudah mempunyai lebih dari 1930 gerai yang tersebar di 165 kota di penjuru Indonesia. Ada berbagai macam varian kopi yang bisa dipesan di Bean Spot. Di antaranya Kopi Jadul, Orange Macchiato, Kopi Klepon, Café Latte, Cheese Espresso, dan masih banyak yang lain. Kalau butuh rekomendasi menu Bean Spot yang enak, bisa meluncur ke sini.
Sebagai salah satu pelanggan setianya, saya berani jamin bahwa rasa kopi di Bean Spot Alfamart nggak kalah dengan kopi-kopi mahal yang ada di coffee shop kekinian. Namun, tak ada gading yang tak retak. Seenak-enaknya kopi di Bean Spot, tetap saja ada celahnya.
Daftar Isi
Beda karyawan, beda rasa
Pertama, soal konsistensi rasa. Ini yang paling fatal menurut saya. Bagaimana tidak? Di dalam sebuah bisnis F&B, rasa adalah hal yang utama. Sekarang saya tanya. Menurut kalian, kenapa pelanggan rela balik lagi dan repeat order? Tentu karena si pelanggan cocok dengan rasa (dan harga), bukan?
Ndilalah, rata-rata harga kopi di Bean Spot Alfamart masih terjangkau dompet. Sering ada promo pula. Tapi kalau soal rasa? Iya, kopi dia emang enak. Saya akui itu. Itu sebabnya saya selalu repeat order. Tapi, maaf-maaf aja, nih, rasa kopinya kurang konsisten kalau kata saya mah.
Coba Bean Spot dijawab. Kenapa kopi kalian beda karyawan beda pula rasanya?
Pengalaman beli Kopi Jadul dan Cheese Espresso
Saya mau cerita sedikit pengalaman saya saat beli kopi di Bean Spot. Waktu itu, saya pesan Kopi Jadul. Berbeda hari, berbeda pula rasa Kopi Jadul yang saya dapatkan. Pernah saya dapatkan kopi Jadul yang rasa kopinya kuat sekali. Seketika, mata jadi melek karenanya. Namun, pernah juga saya dapatkan kopi Jadul yang sedikit terlalu manis.
Yang varian Cheese Espresso juga sama. Beberapa waktu lalu, ketika saya beli varian ini, yang lebih dominan adalah rasa manisnya. Meskipun tetap terasa enak, jujur saja saya agak sedikit kecewa. Saya lebih suka rasa Cheese Espresso pada pembelian sebelumnya, yang gurih si kejunya lebih berasa.
Sebagai pelanggan, mau nggak mau saya jadi bertanya-tanya. Masa iya sekelas Bean Spot tidak punya standar pembuatan kopi hingga membuat beda karyawan beda pula rasa kopi racikannya? Bukan sekali dua kali loh ini terjadi.
Pelayanan Bean Spot yang kurang
Selain soal konsistensi rasa, hal lain yang sangat disayangkan dari Bean Spot ini adalah karyawannya yang kurang gercep dalam melayani pelanggan. Alih-alih fokus dengan pesanan pelanggan, sering saya dapati karyawannya malah menyiapkan pesanan sambil ketawa-ketiwi, ngobrol dengan karyawan yang lain. Asik banget diliat-liat. Ta-tapi kan, pesanan saya jadi molor nggak selesai-selesai~
Maaf, bukannya saya menuntut supaya dijadikan prioritas, ya. Namun, boleh dong kami –sebagai pembeli, berharap agar dilayani dengan baik? Setidaknya, mbok pesanan kami diselesaikan dulu, gibahnya kemudian.
Ah, iya. Satu lagi. Kenapa karyawan Bean Spot tidak seramah kompetitornya, ya? Senyum mereka mahal amat. Tadinya saya pikir, ini hanya perasaan saya saja. Hingga pada satu ketika, saya menemukan keluhan netijen perihal karyawan yang kurang senyum di platform X dan diamini oleh netijen yang lain.
Tetap cinta dengan Bean Spot
Herannya, meskipun, katakanlah, saya ‘disakiti’ berkali-kali oleh Bean Spot, saya rela-rela saja untuk kembali lagi ke sana. Kembali memesan Kopi Jadul dan Cheese Espresso kesukaan saya. Jika pada umumnya orang merasa deg-degan setelah minum kopi, saya justru deg-degan saat menerima kopi. Kira-kira, kopi seperti apa ya yang kali ini akan saya dapatkan? Begitu kurang lebih saya bertanya-tanya tiap kali pesanan selesai.
Kalau soal pelayanan yang kurang ramah, mungkinkah itu hanya kebetulan saja? Bisa saja ketika saya ke sana, mereka lagi bad mood karena stok yang kurang. Eh. Stok kurang apa gaji kurang, ya?
Penulis: Gita Daeviana
Editor: Rizky Prasetya