Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Baru Nonton Trailer Film-nya, Udah Ngegas Aja

Muhammad Najib Murobbi oleh Muhammad Najib Murobbi
19 September 2019
A A
trailer film

trailer film

Share on FacebookShare on Twitter

Bukan pertama kalinya seruan pemboikotan film terjadi di Indonesia, setidaknya ada 4 film yang pernah diboikot di Indonesia—dan tentu masih banyak lagi. Film Soekarno: Indonesia Merdeka karya Hanung Bramantyo. Karena dianggap melecehkan Soekarno.  Dua Garis Biru karya Retna Ginatri S. Noer. Dituduh menjerumuskan anak remaja dengan gaya pacaran yang melewati batas. Kucumbu Tubuh Indahku karya Garin Nugroho. Dituduh  mengandung unsur LGBT. Senyap karya Joshua Oppenheimer. Dituduh karena menuai kontroversi sejarah yang terjadi di era tahun 1965.

Dan awal pemboikatan film semua itu hanya melihat trailer semata-mata, ya, hanya trailer.  Film The Santri yang disutradari oleh Livi Zheng baru-baru ini menjadi buah bibir warganet—padahal baru trailer film saja. Tentu saja respondennya bermacam-macam. Seperti #boikotfilmsantri yang sempat trending topik di media sosial. Alasannya, mengandung bau-bau liberal, bercampurnya putra dan putri, dan yang terbilang cukup konyol karena disutradarai ‘bukan’ orang Indonesia, Hollywood katanya. wqwq

Saya jadi ingat salah satu perkataan Gus Mus, kalau memahami status saja tak sempat, mengapa tergesa-gesa mengomentarinya. Lantas bagaimana dengan film The Santri? Sebagai mahasiswa yang juga berstatus santri. Saya sendiri kurang setuju dengan penamaan judul The Santri. Mengapa? Karena kata santri terlalu sempit bila dijadikan judul film. Bayangan kita saja saat mendengar kata santri, tentu sangat buaaanyak!

Kalao kalian pernah menonton film Negeri 5 Menara yang  disutradarai Affandi Abdul Rachman yang diambil dari novel karya A. Fuadi, sebenarnya film itu adalah film santri. Tanpa embel-embel dengan judul santri. Dan hampir semua responden positif semua. Keren kan!

Jika kita melihat trailer film The Santri nampak biasa-biasa saja. Tapi di beberapa scene—yang menjadi pusat perhatian—terbilang cukup menjadi hal yang tidak biasa terlihat di media sosial. Seperti saat 2 santriwati masuk dan mengantarkan tumpeng  ke gereja. Dan bercampurnya santri wati dan santri putra. Paling tidak 2 hal ini yang menjadi sorotan. Lalu mulailah #boikotfilmthesantri.

Pertama, saat kedua santriwati memasuki gereja dan memberikan tumpeng—mungkin sebagai kado sih—pada saat upacara di gereja. Wah murtad nih, tulis salah seorang netizen. Gila, gampang banget murtad-in orang, wqwq. Duh ukhty mending masuk KUA aja sini, tulis saya sendiri hehe. Jika kalian pernah belajar semiotika di sana ada salah satu pelajaran tentang analogi. Jika masuk gereja saja murtad, mungkin kita-kita yang saat kecil pernah berwisata ke candi-candi berarti sudah murtad sejak dini, wqwq.

Kedua, saat bercampurnya santri putra dan putri, dan saling pandang memandang keduanya. Sesederhana saja untuk hal ini. Berarti itu manusia normal, suka dengan sama jenis. Tidak akan bisa dipungkiri sewaktu mondok bahkan sekolah saling curi-curi pandang, itu adalah sebuah kebahagiaan sendiri. Yang terpenting bagi santri adalah tahu batasan yang harus dilakukan. Paling banter ya sekedar surat-suratan saja untuk mengutarakan isi hatinya. Berbeda dengan yang bukan pesantren.

Permasalahan sebenarnya ada di cara kita berkomentar. Bukan filmnya, dan apalagi sekedar menonton keluar trailer film-nya sudah mencaci rono rene. Ini seperti kita mencaci melihat seorang perempuan bercadar yang sedang menunggu di pinggir jalan dengan anjing disampingnya. Padahal tidak lama datang seorang perempuan Nasrani tampak terburu-buru datang dan berterimakasih kepada perempaun bercadar itu karena telah menjaga anjingnya sebentar.

Baca Juga:

5 Tayangan Netflix yang Sebaiknya Jangan Ditonton Saat Makan, Bikin Mual!

Film Pangku Jadi Gerbang untuk Saya sebagai Laki-laki Memahami Isu Gender

Budaya kita memang masih terus berkembang-berkembang dan berkembang. Melihat segala sesuatu tidak dengan konteks, tapi sekedar teks. Kata-kata don’t judge people by cover ini sangat berlaku untuk kita-kita yang menilai sesuatu hanya sekilas.

Nah, jika kita lihat film-film yang sempat diboikot itu akhirnya tetap saja berjalan dengan sendirinya. Bahkan salah satu dari film-film itu menjadi wakil Indonesia untuk ajang penganugrahan Piala Oscar 2020. Mengapa bisa demikian? Ya salah satunya karena mereka menonton filmnya sampai habis. Bukan hanya sekedar menonton trailer film.

Sama halya film The Santri yang direncanakan akan tanyang pada 2020. Barulah kalian boleh menilai seperti apa. Tidak perlu mencaci filmya, mudah saja untuk menilai film jika memang buruk. Beri rating yang rendah dan dengan sendirinya mereka akan rugi, gulung tikar deh. (*)

BACA JUGA Tagar #GoodbyeMaudy dan Harapan Orang Indonesia atau tulisan Muhammad Najib Murobbi lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 19 September 2019 oleh

Tags: boiko film the santriFilmGus Muskucumbu tubuh indahkulivi zhengthe santritrailer
Muhammad Najib Murobbi

Muhammad Najib Murobbi

ArtikelTerkait

nicholas saputra

Ladies, Perbaiki Segera Mood Kalian Dengan Singgah ke Kolom Komentar Instagram Nicholas Saputra Yuk!

30 Agustus 2019
Nonton Film Horor Bikin Bulu Kuduk Merinding

Nonton Film Horor Bikin Bulu Kuduk Merinding

3 Mei 2019
Kukira Kau Rumah: Bagus, tapi Masih Banyak Celah

Kukira Kau Rumah: Bagus, tapi Masih Banyak Celah

16 Februari 2022
3 Rekomendasi Film tentang Bencana Alam selain 2012 yang Bikin Ngeri Terminal Mojok

3 Rekomendasi Film tentang Bencana Alam selain 2012 yang Bikin Ngeri

29 Mei 2022
4 Dosa Penonton Bioskop Jogja yang Mengganggu dan Sulit Dimaafkan Mojok.co

4 Dosa Penonton Bioskop Jogja yang Mengganggu dan Sulit Dimaafkan 

18 September 2025
Saya Lebih Takut KPI Ketimbang Isu Kebangkitan PKI terminal mojok.co

Saya Lebih Takut KPI Ketimbang Isu Kebangkitan PKI

24 September 2021
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Banyuwangi: Ditinggal Ngangeni, Ditunggui Bikin Sakit Hati

Banyuwangi: Ditinggal Ngangeni, Ditunggui Bikin Sakit Hati

20 Desember 2025
Mojokerto, Opsi Kota Slow Living yang Namanya Belum Sekencang Malang, tapi Ternyata Banyak Titik Nyamannya

Mojokerto, Opsi Kota Slow Living yang Namanya Belum Sekencang Malang, tapi Ternyata Banyak Titik Nyamannya

17 Desember 2025
Potensi Wisata Indramayu yang Belum Tergarap Maksimal (Wikimedia)

Potensi Wisata Indramayu yang Belum Tergarap Maksimal

21 Desember 2025
Setup Makaroni Kuliner Khas Solo, tapi Orang Solo Nggak Tahu

Setup Makaroni: Kuliner Khas Solo tapi Banyak Orang Solo Malah Nggak Tahu

19 Desember 2025
Niat Hati Beli Mobil Honda Civic Genio buat Nostalgia, Malah Berujung Sengsara

Kenangan Civic Genio 1992, Mobil Pertama yang Datang di Waktu Tepat, Pergi di Waktu Sulit

15 Desember 2025
Motor Honda Win 100, Motor Klasik yang Cocok Digunakan Pemuda Jompo motor honda adv 160 honda supra x 125 honda blade 110

Jika Diibaratkan, Honda Win 100 adalah Anak Kedua Berzodiak Capricorn: Awalnya Diremehkan, tapi Kemudian jadi Andalan

20 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Slipknot hingga Metallica Menemani Latihan Memanah hingga Menyabet Medali Emas Panahan
  • Nyaris Menyerah karena Tremor dan Jantung Lemah, Temukan Semangat Hidup dan Jadi Inspirasi berkat Panahan
  • Kartu Pos Sejak 1890-an Jadi Saksi Sejarah Perjalanan Kota Semarang
  • Ketika Rumah Tak Lagi Ramah dan Orang Tua Hilang “Ditelan Layar HP”, Lahir Generasi Cemas
  • UGM Dorong Kewirausahaan dan Riset Kehalalan Produk, Jadikan Kemandirian sebagai Pilar
  • Liburan Nataru di Solo Safari: Ada “Safari Christmas Joy” yang Bakal Manjakan Pengunjung dengan Beragam Sensasi

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.