Bantul Nggak Cuma Berisi Gondes, (Dulu) Ada Banyak Stasiun Kereta di Sini

Bantul Nggak Cuma Berisi Gondes, (Dulu) Ada Banyak Stasiun Kereta di Sini

Bantul Nggak Cuma Berisi Gondes, (Dulu) Ada Banyak Stasiun Kereta di Sini (unsplash.com)

Beberapa waktu yang lalu, saya menulis daftar stasiun kereta di Sleman yang sudah non-aktif, tepatnya di jalur Jogja-Secang dan sudah bersalin rupa menjadi bangunan lain. Jumlah stasiun di Sleman lebih banyak daripada jumlah stasiun di Kota Jogja. Tapi rupanya Bantul nggak mau kalah. Kapanewon satu ini diam-diam punya lebih banyak stasiun ketimbang Sleman dan Jogja kota.

Setidaknya ada tiga jalur kereta yang masih dan pernah berjalan di wilayah Bantul. Pertama adalah jalur selatan Jawa yang sekarang masih aktif, kemudian jalur Jogja-Sewugalur Kulon Progo dan jalur Jogja-Pundong yang sama-sama sudah mati. Ini bikin Bantul pernah memiliki banyak stasiun dengan total 20. Lebih banyak daripada Sleman yang pernah punya total 9 stasiun dan hanya sisa 2 yang aktif serta Jogja Kota pernah punya 4 stasiun dan hanya 2 yang aktif.

Tinggal satu stasiun yang masih aktif di Bantul

Dari 20 stasiun yang ada di Bantul, hanya tersisa 1 yang masih aktif, yakni Stasiun Rewulu yang letaknya di Sedayu, atau berada di jalur selatan Jawa. Stasiun ini pun merupakan stasiun untuk kereta tangki BBM milik Pertamina.

Stasiun lainnya di jalur yang sama adalah Stasiun Sedayu yang berada di barat Stasiun Rewulu. Tapi khusus stasiun ini sudah mati sejak tahun 90-an.

Jalur kereta Jogja-Sewugalur

Berbeda dari jalur selatan Jawa yang melintang dari timur ke barat, jalur Jogja-Sewugalur dan Jogja-Pundong menyusur dari pusat Kota Jogja ke selatan, ke arah Bantul, dan tembus ke Kulon Progo. Kedua jalur ini lahir karena dulu banyak pabrik gula yang ada di wilayah Jogja, khususnya Bantul. Jadi, untuk mengangkut barang hasil produksi pabrik gula tersebut digunakanlah jalur kereta.

Yang terkenal di jalur ini adalah PG Padokan alias Madukismo yang masih aktif hingga sekarang. Orang Bantul pasti tahu PG Madukismo. Selain itu, jalur ini juga digunakan untuk angkutan penumpang.

Jalur Jogja-Sewugalur adalah jalur kereta di Bantul bagian barat yang mulai dibangun tahun 1895 dan berujung di Stasiun Sewugalur Kulon Progo. Jalur ini punya total 13 stasiun dan di Bantul ada 8 stasiun. Stasiun tersebut antara lain Stasiun Dongkelan di depan pasar hewan Pasty, Stasiun Winongo yang jadi stasiun percabangan ke PG Padokan, Stasiun Jepit, Stasiun Bantul yang jalurnya bercabang ke PG Bantul, Stasiun Palbapang yang sekarang jadi terminal bus, Stasiun Batikan, Stasiun Pekojo, dan Stasiun Srandakan di timur Sungai Progo.

Jalurnya Jogja-Sewugalur sekarang adalah sepanjang Jalan Bantul dan berbelok ke barat ke arah Terminal Palbapang dan terus ke barat. Bagi yang sering lewat Jalan Bantul, coba lihat di sisi barat jalan, beberapa bekas rel masih ada yang nyembul di tanah serta beberapa tiang persinyalan dan telegraf.

Jalur kereta Jogja-Pundong

Kalau jalur Jogja-Pundong ini adalah jalur di Bantul bagian timur yang mulai dibangun tahun 1917 dan berujung di PG Pundong, Bantul. Di jalur ini ada total 15 stasiun dan yang ada di wilayah Bantul ada 10 stasiun. Kesepuluh stasiun tersebut antara lain Stasiun Kuncen, Stasiun Bintaran, Stasiun Kedaton Plered yang menghubungkan ke PG Plered, Stasiun Wonokromo yang letaknya di dekat Sate Klathak Pak Pong, Stasiun Ngentak dan Stasiun Jetis di Jalan Imogiri Barat, Stasiun Barongan yang bercabang ke PG Barongan, Stasiun Patalan, Stasiun Petrobayan, dan Stasiun Pundong.

Jalur Jogja-Pundong ini titik awalnya sama dengan jalur Jogja-Sewugalur, sama-sama dari Stasiun Ngabean menuju ke selatan. Bedanya, jalur ke Sewugalur setelah Jokteng Kulon Kidul tetap lurus ke selatan, sementara kalur ke Pundong berbelok ke timur lewat Jalan MT Haryono dan terus ke timur sebelum akhirnya ke selatan setelah Kotagede.

Nggak banyak orang Bantul tahu kalau di sana ada banyak stasiun

Akan tetapi jalur kereta Jogja-Sewugalur dan Jogja-Pundong sudah nggak aktif sejak tahun 1940-an karena rangkaian relnya dibongkar Jepang dan dipindah ke Burma alias Myanmar. Jadi sekarang, bekas-bekas relnya relatif nggak kelihatan. Makanya banyak orang Bantul nggak tahu kalau di kapanewon kebanggaannya itu pernah ada jalur kereta dengan banyak stasiun. Jalur kereta di Bantul yang masih bisa dilihat bekasnya hingga kini adalah jalur Jogja-Palbapang karena baru ditutup tahun 1970-an olah PJKA.

Jumlah stasiun yang banyak ini membuktikan kalau Bantul nggak kalah dari Jogja dan Sleman. Seharusnya Bantul nggak cuma terkenal karena banyak gondesnya, tapi juga karena sejarah stasiunnya.

Penulis: Rizqian Syah Ultsani
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Bantul Bukan untuk Kaum Mendang-Mending, Pikir Ulang kalau Mau Tinggal di Sini!

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version