Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Pojok Tubir

Banjir Kendal Persoalan yang Sudah Lama Ada dan Pemda Selalu Gagap Mengatasinya

Muhamad Iqbal Haqiqi oleh Muhamad Iqbal Haqiqi
4 Februari 2025
A A
Banjir Kendal Persoalan yang Sudah Lama Ada dan Pemda Selalu Gagap Mengatasinya Mojok.co

Banjir Kendal Persoalan yang Sudah Lama Ada dan Pemda Selalu Gagap Mengatasinya (unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Banjir kembali merendam beberapa wilayah Kabupaten Kendal. Pada 21 Januari 2025 lalu, tanggul Sungai Bodri di Dusun Babadan, Desa Kebonharjo, jebol akibat hujan deras. Kejadian  itu membuat setidaknya 7 desa di sekitar sungai terendam banjir dengan ketinggian mencapai 2 meter. Luapan banjir bahkan melebar hingga ke jalur utama Pantura. Kemacetan panjang pun tidak bisa terhindarkan. 

Banjir besar sebenarnya bukan persoalan baru di Kendal. Itu mengapa, dalam beberapa tahun terakhir, warga selalu cemas apabila hujan deras mengguyur selama berhari-hari. Apalagi, secara geografis Kendal berada di hilir sehingga berpotensi menerima limpahan air bervolume tinggi dari dataran tinggi.

Melihat polanya, Pemda Kendal seharusnya punya langkah antisipasi. Banjir bak bom waktu apabila tidak ditangani dengan serius. Hanya menyalahkan dan mengutuk tingginya intensitas hujan bukanlah solusi yang bijak. Bukannya ingin memperkeruh suasana, tapi seharusnya, memang sudah bisa diantisipasi jauh sebelum musim hujan. Tanggul jebol, selokan atau parit yang tak mampu menampung tingginya debit air adalah kelalaian sistemik. Itu artinya, infrastruktur drainase di Kendal sangat tertinggal, diperburuk dengan metode pengendalian banjir yang tidak terencana.

Pemerintah daerah yang gagap menghadapi banjir

Saya ambil contoh dua daerah dengan kepadatan penduduk tinggi seperti Kecamatan Kota Kendal dan Weleri. Dua daerah tersebut punya sistem drainase yang sangat buruk. Banyak saluran air yang tidak cukup besar untuk menampung curah hujan yang tinggi. Kemudian terdapat saluran air yang tidak terhubung satu sama lain sehingga aliran air seperti kebingungan. Kebanyakannya justru diarahkan ke area persawahan. Hal itu berakibat pada terciptanya genangan air di pemukiman warga.

Di sisi lain, Kecamatan Kendal yang jadi episentrum kabupaten pun tidak punya sumur atau area resapan yang betul-betul memadai. Kecamatan ini, hanya mengandalkan sebuah parit besar di sepanjang pinggir jalan pantura untuk mengarahkan aliran air. Padahal parit ini punya kedalaman yang pendek, walau memang cukup luas. 

Saya masih ingat, kira-kira pada 2018, Kendal pernah mengalami kebanjiran berhari-hari di area jalan utama Pantura Semarang-Kendal hingga kurang lebih 6-7 km. Kondisi itu menghasilkan kemacetan panjang yang merepotkan pengguna jalan. Penyebabnya, tentu karena drainase yang buruk.

Perkara jebolnya tanggul Sungai Bodri juga bukan kali pertama. Setidaknya sejak 2017, tanggul ini sudah beberapa kali jebol dan penyebabnya karena tanggul tersebut tak mampu menahan tekanan debit air yang penuh akibat tingginya curah hujan.

Pemeliharan dan pemantauan kenyataannya tidak benar-benar dilakukan dengan baik oleh Pemda Kendal. Dibiarkan begitu saja hingga lapuk dan berakibat pada banjir yang terjadi saat ini. Pemda Kendal lebih sering reaktif alih-alih inisiatif dalam memperbaiki fasilitas publik. Contoh nyatanya ketika jalan banyak yang berlubang, pemerintah menunggu masyarakat melakukan swadaya gotong royong dulu untuk memperbaikinya dengan model alakadarnya. Setelah itu nunggu bertahun-tahun baru deh dibenerin.

Baca Juga:

Nestapa Tinggal di Kendal: Saat Kemarau Kepanasan, Saat Hujan Kebanjiran

Banyuwangi: Ditinggal Ngangeni, Ditunggui Bikin Sakit Hati

Hal lain yang memperburuk banjir Kendal

Masalah lain yang membuat banjir semakin rumit adalah manajemen sampah yang buruk di Kendal. Kondisi ini, baik Pemda maupun masyarakatnya sama-sama kurang peka dan kurang beres. Pemda selaku otoritas yang membangun infrastruktur nggak niat menyediakan titik pembuangan sampah yang proper di kawasan padat penduduk, seperti perumahan dan pasar.

Titik pembuangannya cuma alakadarnya, nggak memadai, dan nggak ditangani berhari-hari meski sampah sudah benar-benar menumpuk dan memenuhi bahu jalan. Fenomena itu diperparah dengan kebiasaan oknum warga yang memanfaatkan aliran deras di selokan atau sungai untuk membuang sampah. 

Sampah yang dibuang pun kadang  berbentuk kasur tak terpakai, plastik-plastik berukuran besar, hingga limbah rumah tangga lainnya. Tentu saja perilaku seperti ini membuat selokan jadi banyak yang mampet. Akibatnya ya banjir. Kombinasi Pemda yang gagap dengan masyarakat yang kurang peka membuat banjir di Kendal akan tetap berlangsung.

Semua pihak perlu lebih sigap

Lalu bagaimana solusinya? Setelah ini, pemerintah harus melek kalau sistem drainase di daerah Kendal itu buruk. Semuanya harus diperbaiki total dan terintegrasi. Jadi aliran sungai tidak mengendap di satu titik. Memperlebar dan memperdalam saluran drainasenya supaya dapat menampung air dengan kapasitas yang lebih besar. Ini penting untuk mencegah saluran yang sudah ada mengalami penyumbatan dan meluap.

Lakukan revitalisasi untuk berbagai sungai. Mau itu naturalisasi atau normalisasi, intinya jangan biarkan Sungai itu terbengkalai. Perkuat tanggul sungai, terutama di daerah yang rawan jebol seperti Sungai Bodri. Kemudian hadirkan kolam retensi atau waduk kecil di beberapa titik yang mampu menampung air hujan. Ini setidaknya dapat mengurangi tekanan pada sungai ketika volume air meningkat, sehingga mencegah banjir.

Selain itu, sumur resapan pun bisa diperbanyak, mulai dari daerah hulu hingga hilir. Ketika Sumur resapan ada di hulu, makan hujan yang turun akan langsung masuk ke tanah sehingga mengurangi tumpahan aliran air ke daerah hilir. Begitu juga di daerah hilir yang harusnya punya banyak sumur resapan kecil untuk mengurangi beban dari selokan atau Sungai.

Kemudian nggak kalah penting adalah pengendalian sampah. Titik pembuangan sampah harusnya bisa diperbaiki dan dibuat lebih memadai di kawasan-kawasan padat penduduk. Petugas kebersihan kabupaten pun harus sigap. Selain itu buat regulasi setingkat Perda untuk mencegah orang-orang pekok membuang sampah di Sungai atau selokan. Perilaku ini jelas-jelas perlu dicegah dengan hukuman yang berat.

Kalau semua sudah dilakukan, jangan melupakan aspek perawatan dan pemantauan. Percuma dibangun, tapi nggak pernah dicek untuk kemampuannya mengendalikan banjir. Jangan sudah banjir dulu baru dicek. Masak sekelas orang-orang Pemda nggak paham perkara seperti ini?

Penulis: Muhamad Iqbal Haqiqi
Editor: Kenia Intan 

BACA JUGA Kendal, Daerah Salah Urus yang Bakal Jadi Kota Sampah di Pantura

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 4 Februari 2025 oleh

Tags: banjirbanjir kendalkendalpemdapemda kendal
Muhamad Iqbal Haqiqi

Muhamad Iqbal Haqiqi

Mahasiswa Magister Sains Ekonomi Islam UNAIR, suka ngomongin ekonomi, daerah, dan makanan.

ArtikelTerkait

UNESA Jangan Buru-buru Mengejar World Class University, deh. Itu Kampus Ketintang Surabaya Masih Banjir, lho! unesa surabaya

UNESA Jangan Buru-buru Mengejar World Class University, deh. Itu Kampus Ketintang Surabaya Masih Banjir, lho!

1 Desember 2023
Lik Sughiroh, Penjual Bandros Kendal Coba Bertahan di Tengah Terpaan Takjil Modern di Bulan Ramadan

Lik Sughiroh, Penjual Bandros Kendal Coba Bertahan di Tengah Terpaan Takjil Modern di Bulan Ramadan

3 April 2024
SKE, Taman Rekreasi yang Kalah Menarik ketimbang Wisata Kuliner Sekitar Taman dan Banjirnya

SKE, Taman Rekreasi yang Kalah Menarik ketimbang Wisata Kuliner Sekitar Taman dan Banjirnya

24 Juli 2023
Saya Hidup Cukup Lama hingga Bisa Melihat Wonosobo yang Daerah Pegunungan Itu Kebanjiran Mojok.co

Saya Hidup Cukup Lama hingga Bisa Melihat Wonosobo yang Daerah Pegunungan Itu Kebanjiran

12 Desember 2025
Di Kendal Memang Nggak Cocok Diadakan Konser karena Isinya Orang Mabuk, Adu Pukul, terus Ricuh!

Di Kendal Memang Nggak Cocok Ada Konser karena Isinya Orang Mabuk, Adu Pukul, terus Ricuh!

30 Juli 2024
Hujan Itu Indah, tapi Tidak buat Orang yang Rumahnya Dekat Sungai

Hujan Itu Indah, tapi Tidak buat Orang yang Rumahnya Dekat Sungai

7 Desember 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Universitas Terbuka (UT): Kampus yang Nggak Ribet, tapi Berani Tampil Beda

Universitas Terbuka (UT): Kampus yang Nggak Ribet, tapi Berani Tampil Beda

26 Desember 2025
Mengenal ITERA, Kampus Teknologi Negeri Satu-satunya di Sumatra yang Sering Disebut Adik ITB

Mengenal ITERA, Kampus Teknologi Negeri Satu-satunya di Sumatra yang Sering Disebut Adik ITB

20 Desember 2025
Banyuwangi: Ditinggal Ngangeni, Ditunggui Bikin Sakit Hati

Banyuwangi: Ditinggal Ngangeni, Ditunggui Bikin Sakit Hati

20 Desember 2025
Garut Bukan Cuma Dodol, tapi Juga Tempat Pelarian Hati dan Ruang Terbaik untuk Menyendiri

Garut Itu Luas, Malu Sama Julukan Swiss Van Java kalau Hotel Cuma Numpuk di Cipanas

23 Desember 2025
Nggak Punya QRIS, Nenek Dituduh Nggak Mau Bayar Roti (Unsplash)

Rasanya Sangat Sedih ketika Nenek Saya Dituduh Nggak Mau Bayar Roti Terkenal karena Nggak Bisa Pakai QRIS

21 Desember 2025
Tips Makan Mie Ongklok Wonosobo agar Nggak Terasa Aneh di Lidah

Tips Makan Mie Ongklok Wonosobo agar Nggak Terasa Aneh di Lidah

22 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa
  • Sempat “Ngangong” Saat Pertama Kali Nonton Olahraga Panahan, Ternyata Punya Teropong Sepenting Itu
  • Pantai Bama Baluran Situbondo: Indah tapi Waswas Gangguan Monyet Nakal, Itu karena Ulah Wisatawan Sendiri

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.